#32. Bertemu Calon Mertua

150 26 0
                                    

Kidung sama sekali tidak terlelap sampai masjid perumahan mengumandangkan azan subuh. Dengan hati-hati Kidung meninggalkan kamar untuk ambil wudhu. Sewaktu Kidung membuka pintu, dia berpapasan dengan Yama yang juga hendak ke kamar mandi.

Sejenak Kidung tertegun melihat Yama. Penampilan Yama yang baru bangun tidur sangat menggemaskan. Pagi itu Yama muncul dengan memakai piyama bercorak kartun, sementara bando telinga kelinci yang fluffy menghiasi kepalanya, memperlihatkan keningnya yang bundar dan mengilap.

Pada dasarnya wajah Yama memang awet muda. Di usia 30-an tahun ini, Yama masih kelihatan seperti bocah. Tetapi, Kidung tidak mengira, perempuan yang dulu bertampang sangar itu sekarang imut sekali.

"Mau ambil wudhu, Dung?" sapa Yama mengantuk.

"Iya, Ma," jawab Kidung semringah.

"Silakan," ujar Yama sambil menguap lebar. "Lo pake duluan."

"Mmm ... abis shalat ... kita jalan cari sarapan, yuk," ajak Kidung sebelum masuk toilet.

"Males, ah," sahut Yama, menguap lagi. "Nyarap di rumah aja, gue masakin."

"Kalo gitu gue bagian bikin kopi," sahut Kidung penuh semangat.

"Iya, iya!" Yama mulai bosan menunggu. "Buruan lo pake tuh kamar mandi!"

Kedua orang di rumah itu menggunakan kamar mandi bergiliran, lalu shalat di kamar masing-masing. Seperti yang sudah Kidung tahu, Yama cukup lama menunaikan shalat. Usai shalat pun masih banyak lagi yang dia kerjakan, seperti berdzikir serta membaca al-Qur'an.

Tenang hati Kidung mendengarkan suara mengaji Yama dari kamarnya. Lantunan ayat-ayat suci memulihkan rasa lelah Kidung. Dan Kidung pun berdoa semoga ia dapat mendengar suara yang dicintainya itu selamanya.

Kidung membuka jendela kamar Yama, menikmati semilir angin waktu aram yang menyegarkan. Ketika langit sudah cukup terang, kegiatan ibadah Yama pun berakhir. Yama menemui Kidung di kamarnya.

"Gimana, Dung, semalem lo bisa tidur nyenyak?" tanya Yama.

Kidung hanya mengangguk dan tersenyum.

"Ayo bikin sarapan," ajak Yama.

Keduanya sibuk di dapur selama setengah jam. Kidung amati, Yama cekatan dalam memasak. Kidung ingat, dulu Yama selalu membawa bekal buatannya sendiri ke kantor untuk menghemat uang.

Pagi itu Yama membuat pancake dan salad, dan Kidung menyiapkan dua cangkir kopi tubruk sebagai pelengkap. Sambil menyantap sarapan, mereka bertukar cerita. Perbicangan santai pun menjadi serius, tatkala mereka fokus mendiskusikan rencana pernikahan mereka.

Kidung berkata, "Kita gak usah banyak wacana. Pokoknya hari ini gue akan bilang sama ortu gue bahwa gue mau nikah sama lo. Terus gue harap besok, atau hari apapun minggu ini, gue bisa melamar lo ke perwakilan keluarga lo."

"Haaah ...." Yama buang napas panjang. "Jadi, gue sedikit pelajari soal wali nikah semalem. Ternyata wali nikah gak bisa sembarang orang. Untuk jadi wali nikah, kakak laki-laki bokap gue masih hidup, tapi beliau udah lumpuh karena stroke. Beliau tinggal di Klaten. Kayaknya kita harus ke sana, Dung, minta surat taukil wali dari pakde gue supaya wali nikah gue bisa diwakilkan hakim KUA."

"Lo pelajari soal itu tadi malem?" Kidung tersentuh, menyadari bahwa Yama pun serius ingin menikah dengannya. "Siap, Ma. Ayo kita ke Klaten, ketemu kakak bokap lo. Naik mobil aja gak apa-apa, kan?"

"Oke, gak masalah naik apapun juga, asal nyampe aja dengan selamat."

"Ha-ha."

"So, lo mau ketemu ortu lo hari ini?"

Biar Saja Rusuh di Ranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang