#33. Mushroom-ku

165 25 0
                                    

Mereka masuk mobil, lalu sama-sama terdiam.

Yama melirik Kidung dengan cemas, dan ia justru mendapati lelaki tersebut rupanya sedang menahan tawa sekuat tenaga.

Melihat Yama mengernyitkan dahi terheran-heran, Kidung pun terbahak-bahak selama beberapa menit sampai air matanya bercucuran.

"Kenapa sih kamu, Dung?" tanya Yama kebingungan. "Apa yang lucu?"

"Yamaaa, Yama!" Kidung merangkul leher Yama dan menggesekkan pipinya di kepala perempuan itu karena gemas. "Emang kamu tuh cute banget!"

"Hah?" Sambil menatap Kidung, Yama merenungi apa maksud ucapan lelaki itu. "Ah! Gak usah bohong! Sebenarnya maksud kamu, ucapan aku ke ibu kamu tadi konyol dan memalukan, kan?"

"Wa-ha-ha-ha-ha!" Kidung tergelak lagi. "Yaaa, sedikit konyol sih. Tapi gak memalukan, kok. Malah aku bangga, kamu berani ngomong sama Ibu dan bahkan ngebelain aku."

"Terus, kenapa kamu ketawa?"

"Abisnya, walaupun bentuk kamu kayak jamur Mario, tapi begitu kamu ngomong, Ibu pun gak bisa berkata-kata!"

"Iiish, teganya ngatain aku kayak jamur Mario!" Yama memukul lengan Kidung, sementara wajahnya berubah rona karena malu.

Benar juga yang dikatakan Kidung. Dengan rambut bondolnya yang bulat dan kemeja bermotif polkadot yang dipakainya, Yama memang terlihat agak mirip karakter jamur antagonis di permainan Super Mario Bros. Apalagi perempuan itu juga mungil dibanding Kidung yang jangkung, sebab tingginya hanya 153 sentimeter.

"Jangan ngambek dong, Mushroom-ku." Kidung mengendus puncak kepala Yama. "I love you, Mushroom Bau Asem."

"Enak aja gue bau asem!" Yama merepet dongkol. "Wangi surga begini!"

"Iya, maaf. Kamu laper gak? Mau makan apa?"

"Apa aja, yang penting jangan mushroom!"

"Sip, kita makan di mall aja, ya."

"Terserah!"

Kidung menyalakan mesin mobil, lantas mereka pun berangkat. Kidung biarkan Yama menyetel lagu-lagu favoritnya, juga bernyanyi sepanjang jalan. Kidung pun sadari, baru kali ini ia meninggalkan rumah orang tuanya tanpa mengalami panic attack di tengah jalan.

Hati Kidung tenteram, dan bibirnya tidak bisa diam, terus membentuk senyuman.

Euphoria melanda Kidung deras, membuat padang bunga di hatinya bermekaran, menerbangkan ribuan kupu-kupu di perutnya. Agaknya euphoria itu pula yang membuat suara kekanakan Yama yang sedikit sumbang terdengar bagai alunan melodi surgawi di telinga Kidung. Bahkan, kemacetan ibukota membuat Kidung bersyukur, karena dia dapat menghabiskan waktu lebih lama bersama Yama di tengah kemacetan ini.

***

Yama jadi kelimpungan, sebab Kidung tidak jemu memandangnya.

Sorot mata Kidung yang tajam terus terpaku padanya, menyorot setiap gerak-gerik Yama dengan saksama.

Si introvert Yama tidak pernah mendapat perhatian seintens itu, dan itu membuatnya tidak nyaman.

"Apa orang pacaran harus makan sambil pelotot-pelototan, Dung?" tanya Yama polos.

"Enggak," sahut Kidung lugas. "Kok nanya begitu?"

"Abisnya, ngapain amat lo melototin gue dari tadi?"

Mendengar celetukan Yama, Kidung pun tertawa.

"Aduuuh, Mushroom-ku, kenapa sih kocak banget kamu?"

Yama bergidik geli. Yama tidak mengerti, Kidung sedang jatuh cinta berat. Makanya, semua hal yang dilakukan Yama tampak indah, lucu, serta menggemaskan di mata Kidung.

Biar Saja Rusuh di Ranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang