"Sayang, aku berangkat kerja dulu. Kalau laper, pesan online aja," ucap Hugo mengelus rambut panjang sang istri.
Windy mencium bibir Hugo, lalu tersenyum manis. "Iya, Yang. Kalau pulang, kabari aku, ya. Hati-hati di jalan."
"Siap, Yang."
Hugo memasukkan tas kerjanya lewat jendela mobil yang baru saja ia buka. Hugo berjalan ke kursi pengemudi, memasang sabuk pengaman. Lelaki yang menggunakan setelan jas biru tua dan kaos putih pendek melambaikan tangannya ke Windy, sebelum melajukan mobilnya.
Setelah mobil Hugo keluar dari pagar, Windy berniat masuk ke dalam. Namun, seseorang datang dengan baju santai, rambut diikat ke belakang. Dia adalah Lizzy. Mengenai daerah tempat tinggal mereka agak sepi, bahkan jarak rumah satu dengan rumah lainnya cukup jauh. Kebetulan aja, Windy dan Lizzy tetangga, jadi tidak merasa kesepian.
"Ada apa pagi-pagi ke sini?" tanya Windy merapikan rambutnya.
"Nggak papa. Cuma mau main aja. Boleh, nggak? Soalnya di rumahku nggak ada siapa-siapa, Johan udah berangkat kerja," jawab Lizzy dengan nada lembut.
"Ya nggak papa, dong. Justru aku malah senang kalau ada yang mampir. Yuk masuk."
Windy dan Lizzy masuk ke dalam rumah. Lizzy kagum dengan rumah Windy yang rapi, mulai barang yang tertata rapi, dapur bersih, dan tidak ada yang berserakan di lantai. Windy mempersilakan Lizzy duduk di sofa.
"Liz, kamu mau minum apa?" tanya Windy sembari membuka kulkas.
"Apa aja, Win."
"Oke."
Lizzy mengedarkan pandangannya ke arah lain, laku atensinya tertuju ke arah tangga. Terlihat sosok perempuan berbaju putih dengan noda darah di pakaiannya, sedang menatap tajam ke arah Lizzy. Lizzy menghela napasnya ketika melihat sosok menyeramkan itu.
"Jangan pernah ganggu mereka atau kamu akan tau akibatnya," kata Lizzy kepada sosok itu lewat telepati.
"Aku nggak peduli. Aku hanya ingin dia ikut denganku."
Lamunan Lizzy buyar ketika Windy menepuk bahunya. Bersamaan dengan itu, sosok perempuan itu menghilang entah ke mana. Windy merasa aneh dengan sikap Lizzy mulai dari kemarin.
"Kamu kenapa, sih? Liatin apa?" tanya Windy penasaran.
"Nggak papa, Win. Oh ya, aku boleh tanya, nggak?"
Windy duduk di samping Lizzy setelah meletakkan lemon tea dan camilan di meja ruang televisi. "Iya, tanya aja nggak papa."
Lizzy menarik napasnya. "Selama kamu tinggal di rumah ini, kamu ngerasain sesuatu atau diganggu penghuni rumah ini?"
"Hm, nggak pernah, tuh. Emangnya kenapa?"
Lizzy tersenyum. "Nggak papa, cuma pingin tau aja. Hm, aku cuma peringatin, hati-hati di rumah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] 👻 Incident House | wonruto
Horror👻 Setelah menikah, Hugo dan Windy menempati rumah barunya yang agak dekat dengan tempat kerja Hugo. Rumah itu dibeli dengan hasil kerja keras Hugo sebagai produser lagu dan desain grafis di kantor. Windy sendiri memiliki usaha batik milik mendiang...