incident house ♤ tujuh

50 8 0
                                    

Prang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prang!

Gelas yang dipegang oleh Hugo jatuh ke lantai, membuat rekan kerjanya kaget yang kebetulan bersebelahan duduknya dengan Hugo. Gavin, lelaki itu menarik kursinya mendekat ke kursi Hugo.

"Hugo, kamu nggak papa?" tanya Gavin terlihat khawatir.

Hugo menarik napasnya. "Aku nggak tau. Perasaanku nggak enak soal rumah, takut istriku kenapa-napa."

Gavin menepuk bahu Hugo. "Coba kamu hubungi istri kamu buat memastikan. Siapa tahu itu cuma perasaan kamu aja."

Hugo menganggukkan kepalanya. Lelaki yang mengenakan kemeja biru muda, pemberian Windy ketika dirinya ulang tahun ke-25. Hugo mendial nomor Windy, tapi hanya suara operator. Hugo semakin gelisah dengan istrinya. Tidak biasanya, Windy menolak panggilan darinya.

"Gimana?" tanya Gavin.

"Nggak diangkat, Gav. Aku takut hal buruk terjadi ke Windy ..." lirih Hugo.

"Positif aja. Mungkin ponselnya Windy di charger dan mati. Nanti kamu coba hubungi istri kamu lagi, siapa tau diangkat," saran Gavin.

"Iya, makasih, Vin."

Hugo dan Gavin kembali melanjutkan pekerjaannya mendesain dan untuk dibuat presentasi seminar besok. Di antara pekerja yang lain, mereka selalu tepat waktu mengerjakannya dan mungkin ada kesalahan sedikit. Mangkanya, atasan mereka mempercayakan perusahaan ke mereka.

□□□

"Serahkan Hugo ke aku. Aku nggak akan ganggu kamu."

"Enggak! Kamu nggak bisa bawa Hugo ke dunia kamu. Kalian beda alam."

"Aku yakin aku bisa bawa Hugo ikut ke duniaku. Sebelum aku bawa dia, aku bakal habisi nyawa kamu, Windy Alora."

"Ahh!" teriak Windy terbangun dari pingsannya setelah kejadian dirinya diserang oleh sosok perempuan itu. Keringat membasahi dahi Windy. Matahari sudah muncul lewat jendela kamarnya.

Brak!

Lizzy datang setelah mendengar Windy berteriak dan kebetulan, dirinya ada di kamar sebelah. Lizzy berjalan cepat ke ranjang, sebelum itu ia membawa air putih untuk Windy. Lizzy memberikan air putih kepada Windy. Windy menerima gelas itu dan menegaknya hingga habis.

"Win, kamu kenapa?" tanya Lizzy sambil meletakkan gelas kosong ke meja.

"Sosok itu datang ke mimpiku. Dia bakal bunuh aku sebelum bawa Hugo pergi," jawab Windy yang napasnya mulai normal.

Lizzy menghela napasnya. Sosok itu tidak akan berhenti mengganggu Windy sebelum membawa Hugo bersamanya.

"Liz, suami kamu mana?" tanya Windy yang sedari tadi belum melihat Johan.

Lizzy tersenyum miris. "Johan ada di kamar sebelah. Dia masih ditangani kakaknya."

Windy ingat bagaimana Johan melindungi dirinya dan Lizzy. Windy merasa bersalah sudah melibatkan Johan ke masalahnya. Windy tidak menduga jika sosok itu menyerang Johan dan sebelum kesadarannya menghilang, tubuh Johan penuh dengan luka.

[✔️] 👻 Incident House | wonruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang