Hugo menatap wajah damai sang istri yang masih betah memejamkan mata, padahal sudah tiga hari sejak ia masuk rumah sakit. Hidup Hugo seakan hampa, tidak ada tawa dan senyum dari sang istri. Hugo juga tidak ada nafsu makan dan memilih menunggu Windy siuman. Hugo hancur, itu semua karena sosok perempuan yang sudah membuat istrinya terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Cklek!
Pintu kamar inap terbuka, memperlihatkan Johan yang masuk ke dalam. Di tangannya sudah ada kresek hitam yang isinya kotak nasi. Lelaki yang menggunakan kaos putih oblong dan celana jeans, meletakkan kresek itu di meja nakas. Johan menghampiri Hugo.
"Hugo, kamu makan dulu, ya. Udah tiga hari, kamu nggak makan," ucap Johan.
"Aku nggak nafsu makan. Aku hanya ingin Windy siuman, itu aja udah cukup. Bagiku, Windy itu hidup dan matiku," balas Hugo tanpa memandang lawan bicaranya.
Johan menepuk bahu Hugo. "Makan aja sedikit—"
Hugo menepis kasar tangan Johan dari bahunya. "Kalau aku nggak mau makan, ya nggak usah dimakan! Aku nggak mood kalau nggak ada Windy di sisiku!" bentaknya, membuat Johan kaget dan menghela napasnya.
"Sori, aku nggak maksud buat kamu marah. Kalau lapar, makan aja kotak makan dariku. Aku keluar dulu," balas Johan yang mengerti dengan keadaan lelaki yang kondisinya sangat berantakan. Mata panda, rambut acak-acakan, dan terlihat lusuh.
Johan melangkahkan kaki keluar dari kamar Windy, lalu ia menemui Lizzy yang duduk di kursi ruang tunggu. Lizzy yang asik membalas pesan dari temannya, lantas menolehkan kepalanya ke samping.
"Gimana? Hugo mau makan?" tanya Lizzy.
"Nggak, Yang. Dia nggak mau makan sebelum Windy siuman."
Lizzy menghela napasnya. "Semoga aja Windy cepat sadar. Aku nggak suka lihat Hugo kayak orang nggak punya tujuan hidup."
"Iya, Sayang."
Di kamar, Hugo menggenggam tangan Windy, berharap istrinya bangun. Namun, percuma karena Windy tidak kunjung membuka matanya. Hugo pasrah dengan hidupnya, tanpa hadirnya sang istri.
"Sialan," kesal Hugo. Lalu, ia teringat sosok yang sudah menyakiti istrinya. Hugo mengepalkan tangannya.
"Awas aja kamu, Dania!"
Hugo berdiri dari kursi, mengambil jaket yang disampirkan di sofa, kemudian keluar dari kamar. Hugo tidak bisa tinggal diam atas apa yang sudah terjadi kepada Windy.
"Hugo, kamu mau ke mana?" tanya Lizzy yang melihat Hugo keluar dari kamar Windy dan melewati dirinya dengan Johan.
Tidak ada jawaban dari Hugo. Tak lama, Alzin datang dengan memakai jas putih. Alzin menghampiri adik kandung dan adik iparnya.
"Kalian cepat susul Hugo. Hugo berniat menemui sosok itu. Kalian harus cepat dan jangan sampai sosok itu bawa Hugo ke dunianya," ujar Alzin.
"Maksud Kakak?" tanya Johan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] 👻 Incident House | wonruto
Horror👻 Setelah menikah, Hugo dan Windy menempati rumah barunya yang agak dekat dengan tempat kerja Hugo. Rumah itu dibeli dengan hasil kerja keras Hugo sebagai produser lagu dan desain grafis di kantor. Windy sendiri memiliki usaha batik milik mendiang...