Jam dua dini hari, Windy terbangun dari tidurnya. Windy turun dari ranjang, kemudian berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga ke arah dapur. Tenggorokan Windy sangat kering dan dirinya lupa tidak membawa tumbler ke kamar, itu sudah kebiasannya ketika di rumah.
Perempuan yang menggunakan piyama beruang dengan rambur digerai panjang, ia membuka kulkas, menuangkan air ke gelas. Suasana di rumah barunya sangat sepi, berbeda dengan rumahnya dulu, dan sekarang hanya ada dirinya di rumah. Hugo mendadak dipanggil ke kantor setelah makan malam, karena ada kendala dengan desain klien. Hugo berjanji akan pulang jika sudah selesai.
Windy meletakkan gelas ke wastafel, mencucinya, lalu meletakkan di rak. Windy berniat kembali ke kamar, tapi sekelebat bayangan lewat di depan matanya.
"Astaga! Itu tadi apa, ya? Kayaknya aku cuma halu, deh," gumam Windy.
Windy berusaha abai dengan bayangan itu. Windy berpikiran jika itu hanya halusinasi dan berpikiran kecapekan, apalagi harus menemui tamu undangan. Windy berniat naik ke tangga, tapi ia melihat sosok perempuan bergaun putih, rambut digerai panjang, sebagian rambutnya menutupi wajahnya. Windy menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan langkahnya ke kamar.
"Argh!" teriak Windy ketika sosok perempuan itu melempar tubuhnya, hingga membentur dinding dekat dengan dapur.
Sosok perempuan itu melayang menuju Windy. Windy langsung memundurkan langkanya. Sungguh, ia benar-benar takut dengan sosok menyeramkan di depannya. Terlihat wajahnya hancur, seperti dipukuli dan disiksa.
"Si—apa ka—mu? Ja—ngan ganggu aku!" teriak Windy berusaha berani menghadapi sosok itu.
"Aku nggak akan ganggu kamu jika kamu berikan suamimu ke aku. Izinkan aku membawa suamimu," jawab makhluk itu dengan senyum mengerikan.
"Nggak! Dia suamiku dan kalian beda alam! Plis, jangan ganggu kehidupanku ..." lirih Windy di akhir kalimatnya.
Sosok perempuan itu marah, tangannya terkepal erat, lalu ia kembali melempar tubuh Windy. Tubuh Windy sangat lemas. Windy sangat takut dengan sosok yang ada di depannya. Ingin berteriak, tapi mulutnya seakan terkunci.
"Astaga, Sayang!" pekik Hugo yang baru saja datang dan terkejut melihat istrinya terbaring lemah di dinding, dengan kondisi kurang baik. Bersamaan dengan itu, sosok perempuan itu menghilang.
Hugo melempar tasnya ke lantai, kemudian mempercepat jalannya menemui sang istri. Hugo kaget dengan kondisi Windy ketika ia baru pulang dari kantor.
"Sayang—"
Grep!
Windy memeluk suaminya erat dan ia masih takut dengan sosok perempuan itu. Hugo yang peka, menepuk pundak istrinya. Hugo tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Sayang, kamu nggak papa? Ada yang sakit?" tanya Hugo melepas pelukan Windy dari dirinya.
Windy menatap sendu wajah suaminya. Ia tidak bisa membayangkan jika Hugo tidak datang, mungkin nyawanya tidak tertolong. Windy merasakan energi sosok perempuan itu cukup kuat dan ia tidak bisa melawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] 👻 Incident House | wonruto
Korku👻 Setelah menikah, Hugo dan Windy menempati rumah barunya yang agak dekat dengan tempat kerja Hugo. Rumah itu dibeli dengan hasil kerja keras Hugo sebagai produser lagu dan desain grafis di kantor. Windy sendiri memiliki usaha batik milik mendiang...