Aku dan jajaran tim penyambutan sedang menunggu ketibaan pesawat, yang ditumpangi oleh Tuan Jack Brown dan rombongan. Cuaca begitu cerah hari ini, kulihat jam tanganku, baru pukul 9 lewat 10 menit. Hari ini akan menjadi hari bersejarah dalam hubungan diplomatik antara San Pata dan Amerika Serikat.
Seorang pegawai bandara terlihat sedang membisikkan sesuatu pada Dominggo, selalu ketua tim penyambutan. Dominggo kemudian menyampaikan apa yang tadi disampaikan oleh pegawai bandara tadi kepadaku.
"Pesawat Konsul Jack Brown beserta rombongan akan tiba 5 menit lagi," Bisik Dominggo.
Aku mengangguk kecil. "Baik, terimakasih atas infonya, Dominggo."
Dominggo kemudian memerintahkan agar tim penyambutan untuk mulai bersiap-siap. Dan sebaiknya aku juga menyiapkan diriku untuk memberi impresi yang baik pada tuan konsul.
Pesawat yang membawa konsul John Brown beserta rombongan tiba sesuai jadwal. Pesawat itu mendarat dengan mulus, dan berhenti di tempat yang telah ditentukan. Beberapa pegawai bandara terlihat mendorong anak tangga portabel, yang digunakan untuk menaik turunkan penumpang.
Pintu pesawat terbuka, dan konsul John Brown terlihat menuruni anak tangga disusul rombongan. Aku dan Dominggo kemudian berjalan menuju ujung tangga pesawat. Sambil menuruni anak tangga, kulihat konsul Brown tersenyum kepadaku, dan aku juga membalasnya dengan senyuman.
"Senang bertemu dengan tuan Brown," Ucapku dengan bahasa Inggris, sambil tersenyum.
Tuan Brown terlihat tersenyum dan menatapku dengan tatapan bersahabat. "Terimakasih tuan Presiden, senang bisa berkunjung ke negeri anda yang indah."
Kami berjabatan tangan, dan para juru foto melakukan tugasnya mengabadikan momen bersejarah ini. Setelah sesi jabat tangan dan foto. Upacara penyambutan tamu kenegaraan dimulai ; Para pemain musik menjalankan tugasnya dengan memainkan lagu kebangsaan Amerika Serikat disusul lagu kebangsaan San Pata. Kedu gadis San Pata dengan mengenakan pakaian tradisional, memberikan karangan bunga pada tuan John Brown, yang diterima olehnya dengan baik.
Aku mengajak tuan Brown untuk menaiki mobilnya yang sudah disiapkan. "Mari tuan Brown, mobil anda sudah menunggu."
Tuan Brown mengangguk. "Ah tentu saja, terimakasih tuan Presiden."
Aku dan tuan Brown berjalan menuju mobil kepresidenan, sementara para rombongan sudah dipersiapkan mobil masing-masing. Setelah kami berdua menaiki mobil, kami langsung menuju istana kepresidenan.
"Wah, terimakasih banyak atas sambutannya, tuan presiden. Saya benar-benar merasa tersanjung," Ucap tuan Brown.
"Masih ada banyak sambutan yang menanti di Istana Kepresidenan saya, tuan Brown," Ucapku, sambil tersenyum.
"Wah, kalau begitu saya tidak sabar menantikannya," Sahut tuan Brown.
Di dalam mobil kami bercakap-cakap mengenai keadaan cuaca dan perjalanan Brown beserta rombongan kemari. Tak terasa kami sudah tiba di istana kepresidenan, pengawal kehormatan membukakan pintu mobil kami.
Kami keluar dari mobil dan berdiri dalam sikap sempurna ketika lagu kebangsaan Amerika dan San Pata dimainkan lagi oleh marching band. Kemudian aku mempersilahkan masuk Brown beserta rombongan ke dalam istana.
Tiba di ruang pertemuan, para mentri dan tamu lain telah menunggu kami datang. "Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian, kupersembahkan pada kalian Tuan Jack Brown, Konsul Amerika Serikat untuk San Pata."
Gemuruh tepuk tangan terdengar menggema di ruang pertemuan, tuan Brown terlihat senang dengan sambutan ini, melambaikan tangan dan menangkupkan tangan kepada hadirin di dalam.
Pesta penyambutan berlangsung meriah. Setelah beberapa ramah tamah dan menikmati hidangan, aku dan tuan Brown beralih ke ruangan kecil disamping ruang pertemuan, pengawal menutup pintu agar suara dari sebelah tidak masuk kedalam.
"Wah, benar-benar sambutan yang meriah sekali, tuan presiden," Ucap Brown, sambil tersenyum padaku.
"Senang mendengarnya," Sahutku.
Seorang pelayan masuk membawa baki berisi minuman, lalu menyajikannya kepada semua yang ada di dalam ruangan.
Duduk di kursi berlengan samping Tuan Brown, Aku melihat seorang pria, yang nampaknya adalah asisten dari tuan Brown.
Aku bertanya pada pria itu. "Maaf, kalau boleh saya tahu, apakah anda asisten tuan Brown?"
Pria itu mengangguk dengan sopan kepadaku. "Benar tuan, saya adalah asisten tuan Brown. Nama saya Joseph Roswell."
"Oh begitu, senang berkenalan dengan anda, tuan Joseph."
Joseph menganggukkan kepalanya lagi padaku. "Sama-sama tuan Presiden."
Setelah menyesap minuman kami masing, tuan Brown memulai pembicaraan tentang inti pokok pereratan hubungan Amerika-San Pata.
"San Pata sungguh negara yang indah, tuan Presiden," Ucap Brown.
"Terimakasih banyak tuan Brown, saya berharap negara saya yang indah ini, bisa bersahabat baik dengan negara sebesar Amerika Serikat."
Brown mengangguk, lalu menatap sekilas Joseph, kemudian ia tersenyum padaku.
"Tentu tuan Presiden. Amerika Serikat juga senang bisa bersahabat dengan negeri seindah San Pata ini. Oleh karena itu, saya dan rombongan rela terbang jauh-jauh dari Amerika, agar hubungan kedua negara bisa lebih dekat lagi." Kata Brown.
Basa-basi ini mulai mengalir kearah yang lebih serius, pikirku.
"San Pata siap membuka diri agar aliran modal Amerika Serikat bisa masuk kesini, San Pata juga siap mengikuti garis kebijakan Amerika Serikat..." Ucapku. Kujeda kalikatku sejenak sebelum kulanjutkan lagi. "Terutama dalam rangka memerangi bahaya Komunisme yang kian nyata."
Brown mencondongkan tubuhnya sedikit, agar bisa lebih dekat kepadaku. "Kita sama-sama melihat dari mata-ke-mata pak Presiden. Kami senang, anda sepemikiran dengan kami, terutama dalam rangka menghadapi bahaya komunisme."
"Kalau begitu, kita harus lebih dekat, menaikkan status hubungan diplomatik kita, agar dapat bersama-sama menghadapi bahaya itu." Sahutku.
"Tentu saja pak Presiden." Kata Brown. "Amerika menjanjikan bantuan keuangan sebesar $5 juta dollar per tahun, dalam bentuk tunai. Untuk membantu revitalisasi perekonomian San Pata. Jumlah yang cukup besar untuk San Pata tentunya kan?"
Aku mengangguk. $5 juta dollar cukup untuk merevitalisasi ekonomi, serta membayar setengah dari hutang kepada Grandio Alhambra yang akan jatuh tempo akhir tahun nanti.
Aku melirik pada Dominggo, ia menyenderkan tubuhnya kesamping, membisikkan sesuatu padaku.
"Ini bagus sekali pak Presiden. Sesuai dengan yang kita harapkan." Bisik Dominggo.
"Saya suka itu, Amerika benar-benar negara yang sangat dermawan." Ucapku, dengan nada penuh terimakasih pada tuan Brown.
Brown dan Joseph terlihat tersenyum. Brown kemudian bicara. "Saya senang. Karena Amerika baru saja memiliki kawan, dan Sekutu baru di kawasan Tierra Novo ini."
Brown bangkit berdiri, dan aku juga bangkit berdiri. Ia terlihat merentangkan tangannya untuk berjabatan tangan. Aku merentangkan kedua tanganku, sambil tersenyum, dan ia membalas senyumanku. Alih-alih berjabatan tangan, kami berdua berpelukan seperti sahabat yang lama tak bertemu.
Hari ini, secara resmi San Pata memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Amerika Serikat. Tuan Brown menjanjikan kepadaku, bantuan keuangan bisa segera cair selambat-lambatnya musim panas tahun ini.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
El Jefe
General FictionTakdirnya telah digariskan. Kakeknya adalah presiden pertama, ayahnya adalah presiden kedua, dan kini Juan Mendez sebagai ahli waris, menjadi Presiden ketiga di negerinya yang bernama Republik San Pata. Di usianya yang baru 25 tahun, Juan Mendez h...