Ara masuk ke kamar ia melihat chika dengan tubuh yang bergetar dan freya yg masih menangis di dekapan nya.
Rasa gugup ara menghilang melihat kondisi istri dan anaknya. Ia berjalan memeluk tubuh chika dengan freya di tengah mereka.
"Maaf,... Jangan takutt, ada dada" bisik ara, hati chika menghangat mendengar penuturan ara.
'rasa ini,...aku sangat merindukan nya,..ara' batin chika.
"Dadaa" ara dan chika melepaskan pelukan dan melihat freya yg langsung memeluk leher ara.
"Takutt..., dada ndapapa kan?" Celoteh Freya membuat ara gemas.
"Siap siapa,..kamu harus ikut aku, mulai sekarang" chika menatap wajah ara, ia berhenti di bibir ara yg berdarah.
"Gapapa, siap siap sana" karena merasa dipregokin, chika langsung mengangguk dan berjalan ke lemari.
Ara manatap sang istri, sambil memeluk sang anak.
Sedangkan di ruang tamu." Pelan pelan lah, jamet!" Ketus zee karena olla menekan luka di bibir nya.
"Heh kampung, udah di tolong malah maki maki"
"Yehh, ya udah makasih "
"Jadi ini gimana kelanjutannya?" Tanya miraa.
"Tanya ka ara"
Mereka pun duduk sembari menunggu ara keluar dari kamar.
Flashback:
Lima tahun yg lalu, ara dan chika menikah setelah enam tahun berpacaran, mereka menikah saat grecio melakukan perjalanan bisnis di Italia seorang diri.
Awalnya grecio merestui hubungan mereka hingga mereka menikah.
Namun saat kembali dari Italia, grecio langsung meminta ara untuk menceraikan Chika.
"Apa apan sih pa!"
"Papa tidak mau tau, ceraikan Chika, sekarang juga!"
"Enggak itu gak akan pernah terjadi" ara pergi meninggalkan grecio yg masih di kantor nya.
Ara pulang ke rumah saat sampai perasaan marah dan kesal nya pada cio hilang seketika, ia melihat chika yg sedang hamil besar duduk bersama Christy dan Shani.
"Eh, ka ara" chika hendak menghampiri ara namun dengan sigap shani dan Christy menahan nya.
"Eh-eh kamu duduk aja, ara kamu mandi terus turun kita makan malam bersama" ucap Shani.
"Hm" ara berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.
"Ka chika, ka chika kalau udah lahir, dedek nya di kasih nama apa?" Celetuk Christy dengan wajah polosnya.
"Iya, apa nih" sahut Shani sambil mengelus perut chika.
"Hm, ka ara bilang sih, frey-" "saya pulang" Chika menghentikan ucapannya, shani langsung menghampiri grecio.
Namun grecio langsung berjalan ke kamar nya.
'entah kenapa, aku ngarasa papa ga suka sama aku' batin chika.
"Udah jangan di pikirin, papa kalau capek emang kaya gitu" ucap shani mencoba menenangkan chika, ia takut kekhwatiran chika malah menjadi beban pikiran yg akan berdampak pada bayinya.
"Hm, makasih ma"
"Iya, mama siapin makanan dulu ya" sebenarnya chika ingin membantu namun itu akan membuat shani marah padanya.
Mereka sedang makan malam bersama, zee yg baru pulang dari bermain langsung ikut serta.
Selama makan mereka tampak bahagia tapi tidak dengan ara dan grecio. Mereka hanya diam.
"Chika" Chika dan yg lainnya langsung menatap grecio yg sedang mengelap area bibir nya dengan tisu.
"Iya pa?," chika memperlihatkan wajah ramahnya.
"Tanda tangani"
Brak!
"Ayah jangan seenaknya saja!" Ara bangkit dari duduknya, dengan tangan yg terkepal di meja makan.
"I-ini-" "kau hanya perlu menandatangani, tampa protes" kali ini kesabaran ara sudah di puncak ia berjalan mendekati grecio dan.
Plak
Plak
Ara meraih tangan grecio dan menampar ke pipinya sendiri.
Plak
Plak
"Kalau ayah marah sama ara, ayah boleh pukul ara!, tapi jangan ginii...pa" lirih ara di akhir kalimat nya.
"Juan sudah menunggu di depan, untuk mengantar kan ke mana pun yg kamu mau" tampa mempedulikan ara, grecio mendesak chika.
Zee berlari memeluk tubuh ara, "ka ara, cukup!"
Shani yg masih tidak paham akan situasi pun hanya diam. Begitu pun dengan Christy ia masih melongo melihat kejadian yg menurut nya mendadak ini.
"Zee, kata kan itu pada ayahmu!" Tekan ara.
"Ini tuan" seeorang art membawa satu koper besar san tas kecil, ia meletakkan nya dengan hati hati.
"Ini untuk proses persalinan mu" mata ara langsung menoleh setelah grecio meletakkan amplop tebal di dalam koper itu.
"K-kenapa papa melakukan ini?" Tanya zee.
"..."
"Pa, alasan papa itu, tidak jelas!" Teriak ara.
"..." Hati chika sakit saat ia harus bercerai di saat ia sedang sayang sayang nya dengan ara.
"Sudahh.." lirih chika, shani langsung menghampiri Chika. "Jangan gegabah chika!, kamu sedang hamil!".
"Ka chikaa.., jangan pergii.." lirih Christy sambil memeluk erat lengan chika.
"Sial!" Ara berjalan mendekati Chika.
Brukh
"Akhh, lepas kan, teri!, jangan sampai aku membunumu!" Teriak ara namun sang bodyguard nya ya itu teri, tidak menggubris.
'maaf tuan, kalau bukan karena ini perintah tuan besar grecio, saya tdak akan melakukan nya.' batin teri
"Silahkan" Chika menatap sakit melihat ara yg di hampit di lantai oleh Teri dan seorang bodyguard lainnya.
Namun ia tidak punya pilihan lain, "CHRISTY!" Christy tersentak kaget mendengar bentakan ayahnya, ia sontak langsung melepaskan lengan chika.
"Sayang, coba bicara lah baik ba-" "shani, cukup!" Grecio meletakkan tangan nya tanda shani harus diam.
"Zee, Kity, ma, ka ara...chika pamit ya"
"Jangan bodoh chika!, KALAU KAMU KELUAR DARI RUMAH INI!, AKU AKAN MENIKAH LAGI!" ancam ara, ya terkadang ketika ara melarang chika, ia akan mengancam dengan berkata kalau ia akan menikah lagi.
"Pa, chika pergi dulu" tampa mempedulikan ucapan ara chika keluar dari rumah.
"CHIKA!, pa tolong, jangan begini..hiks" grecio langsung meninggalkan mereka ia masuk ke ruang kerja nya, setelah memastikan Chika pergi.
"Teri!, lepas kan aku!"
"Maaf tuan"
"Teri, le-" "JANGAN ADA YG BERANI MELEPASKAN NYA! Mereka kaget karena grecio ternyata masih berada di atas dan memperhatikan mereka.
***
Tinggal kan jejak