LXR 45

678 70 0
                                    

"Apa dia yang lo maksud guru privat itu?" Tanya Putra pada adiknya.

"Yup, ganteng kan?" Sahut Tian menjawab.

"Heleh masih ganteng gue" Sahut Putra dengan pd nya.

"Kalian sudah berbaikan?" Tanya Diki pada adiknya.

Mengingat tiga hari lalu ia selalu melihat adiknya murung bahkan melamun sendiri. Hal tersebut membuatnya mengerti jika mungkin ia sedang memiliki masalah dengan teman-temannya.

"Udah dong, kalau belum kita gak mungkin ketemuan sama Rui di sini" Sahut Andara menjawab.

"Emang kalian deket banget sama dia ya?" Heran Farrel melihat interaksi mereka berempat dengan Rui.

Kini atensi mereka beralih menatap mereka berempat. Tian, Ishaq, Andara, dan Ary.

"Iya dong itu jel—"

"Uhuuk"

Ucapan Ishaq terpotong saat seseorang terbatuk dengan suara serak. Hingga mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Rui.

Degg

Dan betapa terkejut nya mereka saat melihat Rui terbatuk dengan jejak darah yang terlihat jelas ada di mulut dan tangannya.

"Abang!"

Ary sontak menatap cemas ke arah wajah Rui yang kini mulai memucat. Tak hanya itu tangannya sendiri mulai gemetar.

"Racun" Ucapan dari Mahen membuat Ishaq yang ada di dekatnya sontak meraih gelas minuman Rui.

Begitu ia mencium aroma pada gelas tersebut tentunya membuat ia segera melemparkan nya ke tempat sampah.

"Abang... Bisa dengar suara Ary gak? Abang?"

Melihat Rui yang keracunan sebisa mungkin Ary tidak cemas, sementara Zion bertindak dengan mendekat dan memeriksa keadaan Rui.

Menyadari tidak ada tanggapan membuatnya memilih untuk membawanya pergi ke rumah sakit.

Di bantu Mahen, keduanya beranjak pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun pada yang lain. Bahkan menghiraukan mereka yang menjadi pusat perhatian anak-anak di kantin.

"Tch... Bisa-bisa nya... Gini doang langsung tumbang..."

Baik Zion maupun Mahen di buat was-was sendiri mendengar gumaman Rui barusan. Meskipun yang di ucapkan tertuju untuk dirinya sendiri, mereka jadi merasa cemas karena nya.

"Seseorang pasti ngelakuin ini, tapi siapa?"

Feeling detektif mulai muncul. Anak-anak OSIS tentunya memutuskan untuk menyelidiki apa yang tidak mereka lihat tadi dengan memeriksa CCTV sekolah. Sementara Ary, Andara, Ishaq dan juga Tian akan memutuskan untuk ikut pergi menyusul Rui.

Tentunya dengan bodyguard mereka.

————•••

"Halo, dengan Nona Besar? Tugas sudah kami selesaikan Nona"

“Bagus, kalian cukup lama memberikan laporan pada ku tapi tidak masalah. Aku bisa memaklumi semua luka yang kalian dapat”

"Dan Nona mengenai bonusnya..."

“Ya ya ya, aku paham, kalian ingin berapa jam? Atau bahkan semalaman? Di mana? Hotel? Hutan? Atau tempat lain”

(Berbisik) "Menjijikkan"

"Jika kami menginginkan nya selama lima bulan apa Nona sanggup? Untuk tempatnya nanti kami satu persatu mengirimkan alamatnya. Mau itu di hutan ataupun di hotel mewah"

“Hmm... Terlalu cepat, ku tawar menjadi delapan bulan. Dan itu ku nyatakan kesepakatan kita, ouh dan tenang saja aku tidak akan hamil karena pengaman yang ku pakai”

Berbisik "Benar-benar gila. Lima bulan memangnya dia bisa berjalan? Ini delapan bulan anjir"

"Baik, terimakasih untuk bonus dari Nona, kami akan mengirimkan bukti dia sudah kami hancurkan malam nanti, dan juga salah satu dari kami akan mengirim alamat pada Nona. Kami harap Nona bisa berdandan dengan sangat cantik"

“Tentu saja, apapun untuk kalian yang membutuhkan tubuhku”

Tutt...

"Gila kali ya, cewe begituan ada aja di zaman sekarang. Jijik banget gue denger suaranya di centil-centil in anjir" Seorang gadis dengan pakaian tomboy terlihat bergidik geli mendengar percakapan Ketua nya dengan si penelepon.

"Yang penting... Dia sudah masuk ke jebakan pertama kita. Selanjutnya kita akan melakukan tipuan ilusi padanya, dan membuatnya menderita secara perlahan" Sahut gadis yang lain.

"Wakil, oh maksud gue Oliver. Lo yang bakal mulai duluan?" Seorang pria lelaki terlihat menatap seorang pria lain yang sedang menyiapkan takaran racun di botol reaksi kimia nya.

"Hmm, kebetulan gue butuh kelinci percobaan buat racun yang udah gue buat. Dan kebetulan banget dia mudah ketipu sama kita. Dan meski racun ini gak ngebunuh dia langsung, seenggaknya dia bakal ngerasain panas di tubuhnya" Jawab yang di panggil Oliver itu.

"Hampir mirip sama obat perangsang, tapi ini versi racun nya" Celetuk sang Ketua.

"Btw aku dapet info, kalau orang yang minta bantuan ke kita itu di racuni sama ni cewek. Perlu di tambah dosis buat dia? Atau lo pada punya rencana sendiri-sendiri?" Tanya seorang pria yang terlihat meletakkan ponsel nya di tengah yang memperlihatkan potret Aleena menuangkan cairan asing ke minuman Rui.

"Dia benar-benar gila, orang rendahan kaya dia berani cari mati. Karena dia udah nunjukin keberanian nya, kita juga harus nunjukin betapa licik nya genk 'Licik' bermain dendam" Seorang gadis terlihat menatap gambar di ponsel tersebut dengan tatapan gelapnya.

Ia juga hampir saja menghancurkan ponsel rekannya saking emosinya.

"Aku ingin menjalankan rencana percobaan ku pada nya. Setidaknya ini sepadan dengan bayaran kita yang seharga 800 juta untuk sekisar memburu tuan yang sudah mencari kematian nya pada Tuan Kita" Sahut gadis yang lain.

"Baik, Dominic, Oliver, Beatrice, dan Freya. Kita akan menjalankan rencana yang rumit ke depan nya. Jangan sampai ketahuan gagal ataupun hancur karena ego kalian. Kita mungkin akan menyamar sebagai orang biasa ke depannya tapi jika tugas sudah selesai, baru kalian bisa membuka topeng kalian di depan jalang rendahan ini" Titah sang Ketua. Archer.

"Baik!"

"Dengan kata lain, nasib hidup Tuan Kita ke depan nya ada di tangan kita"

Mereka berlima lantas beranjak pergi untuk menyelesaikan urusan mereka masing-masing. Tentunya dengan komunikasi yang tetap terhubung untuk mengetahui kemajuan rencana mereka.

————•••

Di lain tempat.

Tepatnya rumah sakit Keluarga Arbianka.

Mendapat panggilan dari Ary yang mengatakan dirinya di rumah sakit keluarga nya membuat sang Kepala keluarga dan juga istrinya beranjak ke sana.

Mereka mengira jika Ary kembali menjadi korban perudungan anak-anak di sekolahnya. Tapi ternyata yang ada di ranjang pesakitan adalah Rui.

"Seseorang berniat membunuhnya?" Ulang Leona saat mendengar penjelasan dari Ishaq, Andara, dan juga Tian.

Untuk Zion dan Mahen memang sempat memberikan penjelasan tapi sisanya di tuntaskan oleh mereka bertiga.

"Iya, dokter juga bilang racun yang masuk ke tubuh Rui termasuk mematikan. Tapi cukup beruntung Rui bisa menahan sisa racunnya di perut nya yang membuat dokter sesegera mungkin mengeluarkan nya. Tapi kita sendiri gak tau gimana bisa ada racun di minuman nya si Rui" Jelas Andara.

"Sudah di cek CCTV sekolah?" Tanya Zayan.

"Lagi di cek dan nunggu konfirmasi dari temen-temen Abang Zion sama Abang Mahen"

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

To be continue...

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang