-a sign and a piece of a cheescuit.
an original story, written by deen....
Melvan menatap sendu Moza yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Gadis itu mengenakan piyama berwarna abu-abu milik rumah sakit, sebab pakaian miliknya tadi sudah basah kuyup terkena guyuran air hujan. Surai gelap gadis itu masih basah, padahal Melvan telah mengeringkannya dengan handuk kecil yang ada, wajah dan bibirnya masih pucat, serta ujung-ujung jarinya masih terasa dingin.
Jemari Melvan bergerak, mengusap dengan perlahan peluh yang ada pada kening Moza dan berucap. "Maafin gue, ya? Maaf karena gue perginya lama."
Tatapan mata Melvan beralih pada sesuatu yang aneh dipergelangan tangan Moza. Tanda lahir yang berbentuk hati itu menyala, memancarkan cahaya berwarna putih yang samar-samar. Melvan sampai terperanjat dari duduknya, kala melihat hal yang serupa terjadi pada dirinya. Ia melotot tak percaya.
"What's going on? Kenapa tanda lahir gue sama Moza keluar cahaya kayak begini?" Melvan mendekat ke arah ranjang, meraih pergelangan tangan Moza dan mengusap tanda lahir itu dengan pelan. Ditatapnya pula tanda lahir miliknya, sebelum ia sejajarkan dengan milik Moza. Tak disangka, cahaya yang keluar makin terang, diikuti oleh Moza yang tersadar dari pingsannya.
"Za? Are you okay?" Moza mengangguk lesu dan mencoba untuk duduk, namun dengan cepat ditahan oleh Melvan. "Jangan bangun dulu, nanti pusing. Mau minum? Haus, nggak?" Lagi-lagi gadis itu mengangguk.
Dibantunya Moza agar bisa sedikit mengangkat kepala dan tubuh bagian atas, sebelum menegak air putih pemberiannya agar tidak tersedak. "Pelan-pelan," titah Melvan, gadis itu menurut.
"Makasih," ucap Moza parau. Ia berkata tanpa menatap Melvan sedikit pun. Mungkin masih kesal atas kejadian tadi siang, Melvan sendiri hanya tersenyum dan menyadari betul kesalahannya. "Nanti pulangnya gue yang antar, ya?" Namun, Moza hanya diam dan memandang ke arah jendela.
Suhu ruangan sepertinya kalah dingin dari gadis yang sedang diam menahan kesal itu. Suasana berubah jadi semakin canggung, membuat Melvan jadi kebingungan dan salah tingkah sendiri. Untuk sekadar bertanya apakah Moza lapar pun dirinya enggan, takut makin merusak suasana hati gadis itu. Akhirnya, ia berdiri dan pamit untuk pergi keluar sebentar, Moza hanya mengangguk tanpa menoleh sedikitpun.
Kemunculan Melvan membuat Orion sang kakak berdiri dari duduknya. Dirinya menangkap guratan sedih pada wajah adik satu-satunya itu. "Kenapa? Udah bangun, belum anaknya?" Melvan mengangguk.
"Tapi dia marah sama gue, Bang. Dia juga nggak mau lihat muka gue sama sekali. Makanya gue keluar, kasian nanti makin badmood karena gue anaknya." Melvan akhirnya duduk di kursi tunggu yang ada. Menatap kosong dinding putih di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sign and A Piece of A Cheesecuit
Teen FictionMoza mendapati bahwa gelang pemberian Omanya hilang saat kembali ke rumah, setelah mengantarkan pesanan cheesecuit pada pelanggan. Dirinya kemudian membuat sebuah utas di Twitter supaya dapat menemukan gelangnya kembali. "GUYS SIAPAPUN BANTU TEMUIN...