09. Cemburu dan Rahasia Masa Lalu

96 18 10
                                    

- a sign and a piece of a cheescuit.
an original story, written by deen.

Cemburu dan Rahasia Masa Lalu

...

   Jika sebuah adegan kecelakaan dalam film atau seri drama berupa mobil dan motor yang saling tabrak, maka kecelakaan yang terjadi di dapur milik Melvan merupakan salah satu yang paling berbeda dari yang lainnya.

   Di atas meja keramik, tempat menyajikan sarapan dan makan malam itu, telah dipenuhi oleh berbagai macam mangkuk, piring, gelas, sendok, serta teko air berukuran kecil yang diletakkan sembarangan. Mangkuk-mangkuk itu berisikan biskuit, selai beri, serta krim keju kocok yang Melvan dapatkan dari Super Market tadi pagi.

   Lelaki yang telah genap berusia dua puluh tujuh tahun itu bertekad untuk bisa membuat cheesecuit enak seperti buatan Moza. Sebenarnya, tekad itu telah ia dapatkan sejak semalam, usai berkirim pesan dengan Moza yang katanya pergi berbelanja dengan seorang pria bernama Juan. Lebih tepatnya, lelaki itu merasa cemburu.

   Suara orang yang bicara dari video tutorial di ponsel Melvan makin keras setelah diatur oleh sang pemilik, berusaha untuk fokus dan tidak melewatkan sedikitpun detail yang disebutkan.

   Kaku-kaku tangan lelaki itu saat mulai menuangkan tiga sendok krim keju ke dalam kotak plastik transparan berukuran sedang. Badannya sendiri sudah mencong sana-mencong sini demi meratakan krim hingga ke sudut kotak, dilanjutkan dengan mencelupkan biskuit ke dalam air susu, sebelum diletakkan ke atas krim keju yang sudah rata tadi, begitu terus hingga penuh. Terakhir, lelaki itu menghias bagian atas cheesecuit dengan selai buah beri.

   Jiaco dan Chico yang baru saja kembali dari toilet terpana melihat hasil karya Melvan yang nampak cantik rupanya. Namun, mereka juga bergidik saat membayangkan apa bahan-bahan yang digunakan oleh Melvan saat membuatnya. Jiaco menarik ujung baju sebelah tangan Chico dan berbisik tepat ditelinganya. "Ini serius Bang Melvan bikin cheesecuit? Kok gue merinding, ya?"

   Chico hanya tersenyum dan berjalan menghampiri Melvan yang tengah menatap puas cheesecuit pertamanya itu. Lelaki itu berkacak pinggang sebelum akhirnya berucap. "Buset! Ini mau nyaingin Moza Bouquet, kah Mel? Cakep amat cheesecuitnya!"

   Sekalipun Melvan tahu bahwa seruan Chico itu bermaksud mengejek dirinya yang sama sekali tak pandai memasak, dirinya tetap saja memasang wajah penuh percaya diri dan bersedekap dada serta menaik turunkan alisnya, sombong. "Cicipin gih!"

   Chico menolak dengan halus, lelaki itu menggeleng sembari mengusap-usap perutnya, memberi kode bahwa dirinya sudah kenyang (walau sebenarnya berbohong). "Suruh Jean aja! Lidah dia paling pinter soal mendeteksi rasa makanan! Jean! Ji, panggilin Jean ke sini, gih!" Titah Chico kepada Jiaco.

   "Cobain dikit, sih!" Melvan memasang wajah sedih sembari menyuapi Chico sesendok besar cheesecuit. Lelaki itu mundur-mundur ke belakang dan tetap menggelengkan kepalanya. Namun, tetap saja dirinya terbujuk oleh Melvan yang bersikeras menyuapinya, dengan sangat terpaksa Chico menerima suapan itu dengan kening yang berkerut seperti menahan sesuatu.

   "Buset, asin banget!" Jerit Chico dalam hati. Melvan tertawa melihat respon lucu dari wajah Chico, ditambah lagi dengan tawa Jean, Jovian, dan Jiaco yang pecah dari jauh.

   "Kenapa nih? Bikin apa, Mel?" Tanya Jean saat sampai di dapur.

   Melvan menunjuk cheescuit itu dengan ujung bibirnya yang dimanyunkan. "Cheesecuit, cobain gih!" Lagi-lagi Melvan menawarkan. Namun, justru Chico yang menyendok cheesecuit tersebut untuk disuapinya kepada Jean. Lelaki itu pandai memasang tampang manis demi membuat Jean merasakan betapa 'enaknya' cheesecuit buatan Melvan.

A Sign and A Piece of A CheesecuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang