Chapter Five - the Son Who Sccepts His Mother

6.9K 680 7
                                    

Di antara lautan rak buku yang menjulang tinggi, sesosok pria berjubah mewah duduk dengan anggun di atas kursi antik berlapis kulit. Jubahnya, berwarna biru tua dengan sulaman benang emas, berkilauan bagaikan dihiasi bintang-bintang kecil. Rambutnya yang seputih rembulan tertata rapih, memperlihatkan wajah tegas dengan tatapan mata biru sedalam samudra.

Di tangannya tergenggam erat sebuah buku tebal, halamannya terbuat dari perkamen yang menguning karena usia. Jemarinya yang lentik menari di atas lembaran kuno, mengikuti barisan kata-kata yang telah terukir berabad-abad lampau.

"Diam lah Crish! Aku sedang membaca!" Suaranya menggema diantara rak-rak buku, tatapannya tak lepas dari lembaran buku dihadapannya.

"Anda tidak bisa terus seperti ini, Yang Mulia."

Sang penasehat terpercaya yang dipanggil Crish terus protes pada sosok yang dipanggil 'Yang Mulia' itu meski tetap diabaikan.

"Kenapa tidak? Aku adalah Rajanya, aku tidak perlu tunduk dengan siapapun."

"Tapi Yang Mulia, anda tidak bisa terus mengabaikan panggilan dari Kaisar. Ini sudah keterlaluan!"

"Kenapa kau sangat takut pada pria tua itu sih, Crish!"

"Yang Mulia!" Crish meninggikan suaranya, tak kuasa menahan kekhawatirannya. Jantungnya nyaris keluar saat mendengar ucapan pria yang dilayaninya menyebut Kaisar dengan sebutan 'pria tua'. Pikirannya dipenuhi bayang-bayang konsekuensi jika ada yang mendengar ucapan kurang ajar tersebut. Bagaimanapun, nyawanya masihlah berharga.

"Tolong jaga ucapan anda, Yang Mulia. Pria tua itu adalah seorang Kaisar, ia memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari anda, mengabaikannya sama saja dengan menentang otoritasnya."

"Ckckck! Selalu saja kau mengkhawatirkan hal-hal sepele seperti itu. Kaisar itu sudah tua dan lemah, dia tidak akan berani macam-macam denganku."

Pria tua dan lemah?!!

Crish mengulangi perkataan itu dalam hati, nyaris tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Crish hanya dapat menahan kesal, rasanya ingin sekali dia menendang mulut tuannya yang kurang ajar itu sebelum kemudian dia tersadar siapa yang memiliki kekuasaan tertinggi di kerajaan ini.

"Kaisar memang sudah tua dan lemah, tapi bagaimana orang-orang yang ada di belakangnya? Anda tidak bisa melupakan fakta bahwa orang-orang dibelakangnya sangatlah kuat, Yang Mulia."

Pria yang berstatus sebagai Raja dari Kerajaan Glodielic itu terdiam sejenak, memikirkan perkataan penasehatnya yang ada benarnya. Kaisar Serron memiliki banyak orang kuat di belakangnya, membuat mereka menjadi lawan yang tangguh. Bayangan pasukan sang Kaisar bagaikan kawanan serigala lapar, siap menerkam Glodielic kapan saja, ia tidak ingin kerajaannya yang damai ini terjerumus ke dalam jurang perang yang mengerikan.

Di dalam hatinya, ia dilanda kebimbangan. Di satu sisi, dia ingin mempertahankan harga dirinya sebagai Raja dan tidak tunduk pada Kaisar. Di sisi lain, dia sadar bahwa konsekuensi dari pembangkangannya bisa sangat berbahaya. Bukan hanya untuk dirinya tapi juga Kerajaan dan para rakyatnya.

Bagaimanapun, Kerajaannya masihlah dibawah kepemimpinan Kekaisaran Carravise.

"Yang Mulia, mari dengarkan saja apa yang ingin Kaisar sampaikan, mungkin saja ada masalah yang perlu kita selesaikan bersama."

Sang raja menghela nafas panjang, meletakkan bukunya diatas meja.

"Baiklah, aku akan pergi menghadapnya. Tapi perlu diingat Crish, aku tidak akan sepenuhnya tunduk pada Kaisar!"

Crish mengangguk lega, "Terimakasih, Yang Mulia. Saya yakin Kaisar akan senang mendengarnya."

****

Kediaman Duke Vaske
Beberapa hari yang lalu

DEFYING FATE: SERAPHINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang