Setelah kemarin malam Seraphina mengajukan permohonan perpisahan kepada Aaron dan berakhir dengan penolakan keras dari sang duke, Seraphina mencoret rencananya untuk melarikan diri secara damai.
Kegagalannya semalam membuatnya dihantui rasa takut akan akhir yang tragis menanti. Duduk termenung di taman kediaman Duke Vaske, Seraphina menyesap teh lavender sambil memutar otak untuk mencari cara baru melarikan diri dan menyelamatkan hidupnya.
Taman yang biasanya ramai kini terasa sunyi dan mencekam bagi Seraphina. Bayangan-bayangan pohon seolah mengintai setiap gerakannya, mengingatkannya akan bahaya yang mengintai di balik kemegahan kediaman Duke Vaske. Genggaman Seraphina menegang di cangkir tehnya, tekad untuk melarikan diri semakin membara di hatinya.
Dia tahu bahwa Aaron tidak akan pernah membiarkannya pergi dengan mudah setelah melihat reaksinya semalam. Sehingga Seraphina harus merencanakan pelariannya dengan cermat, penuh perhitungan, dan tanpa celah. Pikirannya berpacu, memikirkan berbagai kemungkinan rintangan dan jalan keluar. Satu hal yang pasti, dia tidak akan menyerah!
Nyawanya terlalu berharga untuk dipertaruhkan.
Di tengah paparan sinar matahari pertengahan musim panas itu, Seraphina terus bergumam pada dirinya sendiri, merajut benang-benang rencana pelariannya.
"Dua tahun," gumamnya, "cukup waktu untuk membangun perbekalan ku, baik fisik maupun mental." Matanya menjelajah ke taman, mengamati bunga-bunga yang mekar dengan penuh semangat, seolah-olah mereka pun mendukung tekadnya.
"Hal terpenting yang harus aku siapkan adalah uang dan identitas baru."
Seraphina tahu bahwa uang itu tidak hanya untuk perbekalan. Dia juga membutuhkannya untuk menyuap orang-orang di pasar gelap agar memalsukan identitasnya. Dia harus menjadi orang lain, orang yang tidak dikenal oleh Duke Vaske dan para anteknya.
Namun, Bagaimana dia bisa mengumpulkan uang yang cukup? Harta karun di brankasnya memang berlimpah, tapi dia harus berhati-hati agar tidak menarik kecurigaan sang Duke.
"Perhiasan!" Pekik Seraphina ketika sebuah ide cemerlang muncul di otaknya, "perhiasan yang berkilauan itu bisa menjadi kunci kebebasanku."
Dia mungkin bisa memilih beberapa perhiasan terindah dan paling berharga dan menyembunyikannya di tempat yang aman.
Dia tahu bahwa menjual perhiasannya di pasar resmi akan membahayakan identitasnya. Oleh karena itu, dia harus mencari pembeli yang terpercaya di pasar gelap. Di sanalah dia akan bertemu dengan para pemalsu identitas, orang-orang yang bisa mengubahnya menjadi bayangan, menjadi hantu yang tak terdeteksi.
"Lalu informasi!"
Seraphina harus banyak membaca buku-buku tentang geografi, sejarah, dan budaya dari berbagai tempat. Dia ingin mengetahui rute pelarian yang aman, tempat persembunyian yang tersembunyi, dan cara berkomunikasi dengan penduduk lokal. Semakin banyak informasi yang dia miliki, semakin besar peluangnya untuk mencapai kebebasan.
Dua tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi bagi Seraphina, setiap detiknya berharga. Dia yakin bahwa dengan tekad, persiapan, dan sedikit keberuntungan, dia akan berhasil melarikan diri dari tempat ini dan memulai kehidupan baru yang penuh kebebasan.
"Informasi apa?"
Deg!
Suara khas anak kecil itu, bagaikan bisikan angin, mengagetkan Seraphina yang tengah tenggelam dalam lautan rencananya.
Segera, ia memutar tubuhnya, matanya beradu pandang dengan sumber suara itu. Di hadapannya berdiri bocah laki-laki kecil, dengan surai dan iris hitam legam yang begitu mirip dengan Aaron, suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFYING FATE: SERAPHINA
FantasiSeraphina Vaske menjalani kehidupan sebagai seorang istri yang tidak dianggap. Malangnya, Seraphina pun juga harus mengalami kematian yang mengenaskan dalam sebuah konspirasi yang didalangi oleh selir kesayangan suaminya. Tepat setelah kematiannya...