Selamat membaca...
05. RUMAH YANG TAK SEPERTI RUMAH
"Gue juga sekarang temen lo. Gue harap kita bisa temenan baik ke depannya. Lo nggak usah khawatirin apa pun. Semua aman sama gue." -Bagas
****
Bu Indah mengamati seisi kelas dengan wajah serius, lalu mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja sambil berujar. "Jadi bagaimana? Ada yang masih belum jelas?" tanyanya. "Intinya Ibu minta kalian membentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang, lalu kerjaan tugas laporan hasil observasi, ya! Ingat, hanya tiga orang per-kelompok, dan semuanya harus kerja."
Perintah tersebut membuat suasana kelas jadi ramai. Banyak murid yang langsung ribut mengobrol, saling mengajak untuk sekelompok dengan mereka. Haura sendiri hanya bisa tertegun. Tiga orang? Dia mengernyit bingung. Kalau hanya dua orang, dia bisa melakukannya dengan Ghea, satu-satunya temannya di kelas ini. Namun, apa Ghea mau sekelompok dengannya?
Saat Haura melirik Ghea yang ada di meja sebelah, rupanya cewek itu juga sedang menatapnya.
"Ra, sekelompok yuk!" ajak Ghea.
Senyum Haura pun terulas, dan lalu mengangguk. Dia senang , setidaknya sekarang sudah memiliki kelompok. Namun, siapa satu orang lainnya?
Ghea juga terlihat senang saat melihat respons Haura. Cewek itu lalu menoleh pada seorang cowok yang duduknya agak di belakang. "Bagas!" panggilnya tiba-tiba.
Cowok bernama Bagas itu pun melihat ke arah Ghea, juga Haura. Raut wajahnya seolah bertanya ada apa?
Ghea pun tersenyum sambil menampakkan giginya. "Lo udah punya kelompok belum?"
Cowok bernama Bagas itu pun menggeleng.
"Orang dari tadi diajak sekelompok kagak mau, gimana mau punya kelompok? Cih!" ucap murid cewek di depan Bagas, Amora.
"Gue nggak nanya lo, sorry," sela Ghea dengan nada jutek. Namun, dia mengeluh lirih saat tangan Haura terulur untuk mencubit tangannya. "Awww!"
"Jangan kayak gitu," ucap Haura mengingatkan. Dia tahu Ghea memang tak begitu suka dengan Amora. Menurut Ghea, Amora menjengkelkan. Karena itulah sahabatnya itu kerap kali lantang meneriaki Amora dengan sebutan pick me, saat "musuh"nya itu mulai melakukan segala tipu daya untuk mencari perhatian murid cowok di kelas.
Sesekali Ghea dan Amora akan bertengkar, tapi mereka tak pernah melebihi batas. Paling-paling hanya sampai adu argumen, tak sampai jambak-jambakan, atau menyakiti satu sama lain. Mereka pun sesekali akur, jika keduanya lupa mereka saling tidak menyukai.
"Dih, ya udah. Aku juga ngomong sama tembok," ucap Amora sambil menunjukkan ekspresi meledek, yang langsung disambar tatapan sinis dari Ghea.
Sambil kembali mengabaikan Amora, Ghea pun kembali mengajak Bagas mengobrol. "Berhubung lo belum punya, sekelompok sama gue dan Haura mau nggak?" Senyumnya kembali terulas lebar saat melihat Bagas memberikan anggukan. "Yeay!"
Saat mendengar itu, Amora langsung mendelik. Pasalnya, sejak tadi dia mencoba mengajak Bagas sekelompok dengannya, tapi cowok itu hanya diam tanpa memberikan tanggapan. Sementara ketika Ghea yang mengajak, Bagas malah langsung mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAURA JASMINE [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] Haura Jasmine, 16 tahun, tak pernah mengira hidupnya akan sepelik ini. Semula, dia hidup dalam keluarga yang penuh cinta, dan rumah yang selalu memeluknya. Namun, sejak dituduh menjadi penyebab meninggalnya Ayah Arga enam...