Hallo semuanyaa
Apa kabar?
Yuhuu aku update lagi
Absen hadir dulu coba👉🏻👉🏻
04. SEPENGGAL CERITA TENTANG DULU
"Kenapa bukan lo aja, sih, yang mati? Kenapa Ayah harus ngerelain nyawanya buat nyelamatin adek nggak berguna kayak lo." -Heksa
****
Suara alunan musik instrumental lembut mengalun memenuhi kamar berukuran 4x4 meter tersebut, membuat suasana sore ini terasa begitu tenang dan damai. Sembari merebahkan dirinya di kasur, Haura memejam menikmati alunan musik kesukaannya itu. Setelah beberapa saat, barulah dia membuka mata dan mengamati ruangan ini.
Kamar ini tidak seberapa besar jika dibandingkan dengan kamar kakak-kakaknya. Namun, di tengah-tengah keluarga yang membenci dan tak mengharapkan keberadaannya, kamar ini menjadi rumahnya. Satu-satunya tempat bagi dia untuk pulang dan bisa menyuarakan tangis dan bahagianya tanpa perlu takut akan menggangu siapa pun. Haura menyukai kamarnya ini, tempat persembunyian terbaiknya.
Pandangan mata Haura lantas tertuju pada nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Dia langsung mengubah posisi rebahannya menjadi tidur menyamping saat melihat sebuah bingkai berisi foto keluarga utuh di nakas tersebut. Di foto itu, mereka semua terlihat berbahagia. Haura digendong oleh Ayahnya, sementara Bunda dan keempat kakaknya berdiri sambil memamerkan senyuman. Kala itu, semuanya terasa sangat sempurna.
Haura mengembuskan napas lelah. Sungguh, jika tahu semuanya akan sangat menyakitkan saat tumbuh dewasa, Haura akan mengemis pada Tuhan untuk menghentikan waktu. Dia ingin terus berhenti di momen itu, agar segala sakit dan sepi tidak pernah dia rasakan. Sayangnya, perihal apa yang akan terjadi di masa depan, tidak ada satu orang pun yang dapat mengetahuinya.
Masih sambil tetap menikmati alunan lagu, Haura kini beranjak bangkit dari kasurnya. Sweater oversize berwarna abu yang dia kenakan terlihat kusut karena tadi sempat berguling-guling di kasur, sementara celana training hitam semata kakinya sedikit tergulung. Setelah merapikan ujung celananya, Haura melangkah menuju sudut ruangan, lalu menjatuhkan dirinya di atas bean bag. Sejenak, cewek itu memejam, meresapi rasa nyaman yang diberikan oleh bean bag tersebut. Dia memang sengaja membuat spot nyaman untuk membaca atau melakukan kegiatan lain di kamarnya dan sudut ini adalah favoritnya.
Selang beberapa detik, Haura kembali membuat mata. Tangannya mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, mencoba mengecek akun media sosial yang biasa dia gunakan untuk berjualan. Dia langsung melongo.
"Wah, seratus pesanan?"
Haura menatap takjub total pesanan di layar ponselnya. Senyumnya pun mengembang. Dengan semangat memuncak tangannya terulur, meraih sebuah kotak berisi gulungan benang warna-warni dan manik-manik aneka bentuk dan ukuran. Benda-benda tersebut biasa dia gunakan untuk membuat gelang, yang kemudian akan dia jual. Terhitung sudah hampir satu tahun Haura menjual gelang hasil buatan tangan terampilnya.
Ada beberapa alasan kenapa Haura menjual gelang-gelang buatannya. Selain untuk menambah uang tabungan, cewek itu teringat akan gelang pemberian kakak-kakaknya di pantai, saat keluarga mereka masih utuh. Awalnya dia hanya iseng-iseng saja. Namun, saat mengunggahnya secara anonim di Twitter, beberapa orang tertarik untuk membeli. Sejak saat itu Haura membuka akun Instagram dan mencoba memasarkan gelang buatannya di e-commerce. Pengikutnya di Instagram bahkan hampir menyentuh dua belas ribu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAURA JASMINE [ON GOING]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] Haura Jasmine, 16 tahun, tak pernah mengira hidupnya akan sepelik ini. Semula, dia hidup dalam keluarga yang penuh cinta, dan rumah yang selalu memeluknya. Namun, sejak dituduh menjadi penyebab meninggalnya Ayah Arga enam...