06. MAKAN BERSAMA

151 92 81
                                    

Annyeong

Balik lagi yeorbun👋🏻

Semoga kalian sehat selalu, dan baca cerita Haura☺️

06. MAKAN BERSAMA

"Yah, kenapa tinggalin Haura sendiri? Kenapa kita nggak pergi bareng aja Yah waktu itu?" -Haura

****

Haura berdiri di depan kaca, mengamati hasil karya Gistara semalam. Rupanya cukup banyak bukti kekerasan Bundanya itu yang membekas, meninggalkan jejak biru kehitaman di beberapa bagian tubuhnya: tangan, lengan, badan. Untunglah bekas di wajahnya tidak terlalu menyolok, masih bisa ditutupi dengan menggunakan masker.

Hari ini sebetulnya Haura merasa kurang sehat. Setelah kemarin pulang malam, badannya juga masih terasa remuk pasca dihajar oleh Bundanya. Namun, dia memaksakan diri untuk tetap bangun. Dia punya rencana istimewa untuk mengambil hati Bunda dan saudara-saudaranya. Semoga rencananya berhasil.

****

"Lo bisa minggir nggak, sih?"

Teriakan Ethan terdengar hingga lantai satu, tempat ketiga saudaranya tengah bermain Play Station bersama. Biru, Heksa, dan Zidan kompak mendongak, menatap ke arah lantai dua, meski tidak bisa melihat sosok Ethan di sana.

"Kenapa lagi dia?" Biru, yang berbaring santai di sofa, bertanya.

Dua adiknya menggeleng serentak, kemudian memilih melanjutkan pertandingan yang sempat tertunda. Sepersekian detik selanjutnya mereka sudah tenggelam dengan kegiatan masing-masing.

Jawaban baru mereka dapat setelah Biru menuruni tangga sambil mengomel panjang.

"Enek banget gue liat muka melasnya pagi-pagi!" omel Ethan seraya mendudukkan diri di karpet berbulu, bergabung dengan sang kembaran dan kakak keduanya.

"Kenapa?" tanya Biru tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Adek lo Mas, nyebelin banget."

"Adek kesayangan lo kali." Heksa menyahut seraya menatap Ethan dengan tatapan menggoda.

Ethan mendelik tidak terima, lalu secara paksa mengambil alih kontroler, menyisakan umpatan tertahan dari mulut Heksa. Pada akhirnya, putra kedua Hastana itu mengalah dan membiarkan adiknya bermain.

Suara tawa dan seruan lantas mengisi ruang keluarga itu. Layar televisi dihiasi oleh grafis permainan yang menggambarkan ketegangan persaingan di antara mereka. Tombol-tombol kontroler Play Station ditekan dengan semangat, sementara sorakan dan umpatan kecil terdengar setiap kali ada momen menegangkan dalam permainan.

Biru, yang ikut memusatkan fokus, terpaku menatap layar televisi. Meskipun tidak ikut bermain, dia menikmati momen dengan senyuman. Suasana seperti ini membuat bagian lain dalam hatinya menghangat. Saat ini, rumah terasa seperti rumah pada umumnya.

"Makin payah aja lo, Dan," ledek Biru.

"Sst... minimal menang lawan gue dulu baru boleh bilang gue makin payah," ucap Zidan tidak terima.

Ucapan Zidan disambut gelak tawa oleh Heksa dan Ethan. Di antara mereka semua, Biru paling payah jika bermain Play Station. Si sulung itu bahkan pernah dikalahkan tiga kali berturut-turut oleh Zidan.

HAURA JASMINE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang