Aslan berdiri diantara meja bundar Ansa dkk. Langkahnya kembali ke meja setelah mengambil piring dessert, terhenti.
Dia menatap pria disamping Ansa. Menyelidiki wajahnya lekat.
"Cowok baru, Sa? Kok kayak kenal.. mirip sama yang kemarin gak sih?" Dia gantian menatap Ansa.
"Apaan sih bukan." Sebelah alis Aslan terangkat. "Ini tuh.. ini, adik bungsunya om gue yang kemarin, nah iya!"
"Ohh gitu ya.. pantesan mirip banget," Aslan menarik kecurigaannya. Percaya saja. Lagian Ansa agak extrovert jadi dia pasti mudah deket dengan semua kerabatnya untuk diajak menjadi partner ke prom.
Cowok itu kembali melangkah ke mejanya. Ada Aaron dan dua gadis dimeja yang sama.
Salah satu gadis menyadari kegelisan Aslan yang pandangannya pada Darren dibawa ke tempat duduk.
"Lihatin apa, Slan?" gadis itu menjauhkan gelas berleher dari bibirnya.
"Itu biasa selebriti kelas."
"Lo kayaknya demen banget ya sama si, Ansa. Diomongin mulu," gadis yang lain menimpali.
Aslan menatapnya tidak terima. "Apaan sih kaga. Maksudnya tuh cewek bawa cowok cakep mulu anjir kaga kenal, tapi wajahnya famillier."
"Oh ya?" mereka bertiga ikutan menoleh tertarik.
Meja Ansa dkk didua meja depan mereka. Ansa duduk mengharah kesamping sementara partner dia duduk membelakangi dengan samping wajah yang dapat dilihat dari jarak itu.
"Wah kalah banget sama Aaron." ucap salah satu gadis bergaun merah tanpa sadar menilai penampilan Darren.
Aaron mendengus mendengarnya. Dadanya sedikit gerah dibanding-bandingan dengan posisi orang lain menjadi pegangan Ansa.
"Ansa semenjak putus dari Aaron lumayan ya seleranya. Kelihatan aura rich nya dapet banget," gadis lain bergaun hitam berkata.
Pandangan mereka kembali pada satu sama lain. "Tapi katanya dia adik om helikopter yang kemarin. Tapi mirip banget ya mereka, gue pikir kembar."
Si gaun hitam kembali menilai Darren. Memicingkan mata mengenali wajahnya. "Hmm.. tapi mungkin emang cowok yang kemarin deh, wajah sama rahangnya sama. Beda dibelahan rambut sama nggak pake kacamata aja,"
"Masa?" Aslan menatap mereka lagi penasaran.
"Tapi kayaknya mirip seseorang gak sih.. apa kita pernah liat di sekolah?" dia menggali pikiran. Mencari ingatan yang telah lalu. Si gaun hitam mengangguk yakin. "Ah tapi itu bukan urusan kita. Mungkin emang kembaran kali, anak juga adik-kakak."
Aslan dan gadis lain mengangguk setuju. Sibuk dengan hidangan manis dihadapan mereka lagi.
***
Rabea meletakan kembali piring makannya. Acara istirahat makan dessert selesai. Dua MC naik keatas panggung dengan penampilan luar biasa.
Mereka menyambut dan saling bercanda untuk mencairkan suasana. Mereka juga mengajak para hadirin bersuara dan menebak-nebak acara selanjutnya.
Tepuk tangan bersorak sebagai tanpa dibukanya acara selanjutnya. Pesta dansa di tengah panggung yang sengaja dikosongkan untuk berdansa—kegiatan paling penting pada semua party.
Meja-meja bundar dengan taplak merah dan sarung kursi hitam tertata di pinggiran, masing-masing dua kursi disetiap meja.
Dibelakang ada meja panjang hidang-hidangan yang menemani acara. Jus dan minum segar lain, semuanya non alkohol karena ini hanya acara sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr. Husband?
Romance"Siapa yang kemarin ngajakin nikah duluan?!" *** Orang lain berpikir bahwa menjadi Khansa menyenangkan. Hidup bergelimang harta, suami tampan, mertua baik dan sahabat yang selalu ada. Tetapi mereka tidak pernah berpikir resiko apa yang harus Ansa h...