Seorang cowok berdiri, bersandar di loker didepan seorang gadis yang diketahui sebagai kekasihnya. Gadis itu berambut setengah blonde dan dia merupakan sekertaris dari organisasi teater kampus. Wajahnya rupawan hingga ia selalu mendapat peran utama dalam drama yang biasa dibawakan anak-anak teater.
Berbeda dengan cowok itu yang bukan apa-apa disana. Dia hanyalah mahasiswa biasa dari jurusan Manajemen yang dengan beruntung menjadi kekasih dari si barbie kampus.
"Boleh ya.. babe. Boleh dong, masa nggak boleh. Ini demi tugas aku lho, kamu nggak kasian kalo tugas akugak selesai? Kamu memang mau aku ngulang semester cuma karena nggak ikut tugas kelompok?"
Gadis menghela nafas jengah. Ia males mendengar rengekan sang kekasih. Dia juga paling tidak suka kekasihnya itu berkumpul dengan gadis lain sangat dekat. Apalagi teman-temannya.
"Di kelompok kamu, cowoknya cuma kamu sendirian. Gimana aku bisa tenang?" Gadis itu akhirnya mau menatap cowok itu. Dia menutup pintu lokernya.
Cowok itu manyun. "Tapi mereka cuma Ansa dan Rabea."
"Ansa atau Rabea juga cewek, Aldo. Dan kamu cowok sendirian diantara dua cewek itu?"
"Ansa udah punya cowok. Rabea apalagi, dia mah demennya om-om bukan aku."
"Tapi itu gak menjamin kamu nggak akan suka sama mereka kan?"
Aldo menyentuh kepalanya pusing. Dia masih bingung bagaimana membuat kekasihnya yang protektif ini mengerti.
"Ngapain aku suka sama mereka kalau aku udah kenal sama mereka dari awal semester?"
"Jadi kamu mau bilang mereka duluan yang kenal kamu daripada aku, gitu? Makanya kamu bebas pergi sama mereka?"
"Enggak gitu maksud aku.. Ini tugas kelompok. Aku juga gak larang kamu buat adu acting sama cowok lain, kan?"
"Jadi kamu mulai banding-bandingin aku sama kamu? Dan kamu ngerasa aku salah? Aldo, aku di teater banyakan. Nggak kayak kelompok kamu yang cuma tiga orang, dan kamu cowok sendirian!"
"Karena itulah.. please, kali ini aja. Ya?"
Mata gadis itu menajamkan. Dia menekukkan dahi. "Terserah kamu ajalah. Capek aku." Dia membalikkan badan pergi.
Aldo menghela nafas lelah. Memukul dahinya lelah. Dia menatap punggung sang kekasih yang menjauh dan menghilangkan dibalik tembok. Dia membalikkan badan dan mencoba mengumpulkan kembali energi nya. Dia memacu laju menuju parkiran fakultas. Tiba disana dia menemukan dua gadis berdiri didekat mobilnya menunggunya.
Rabea bahkan sudah ikut duduk di atas mobilnya karena lelah menunggu lama. Kedua gadis itu akhirnya menyadari kehadirannya. Aldo berlari kearah mereka dengan senyum lebar.
"Hallo nona-nona!" katanya merangkul Rabea yang berdiri.
Gadis itu membungkuk menghindari lengan Aldo dan menahannya. "Bacotmu nona. Lama banget sih izinnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr. Husband?
Romance"Siapa yang kemarin ngajakin nikah duluan?!" *** Orang lain berpikir bahwa menjadi Khansa menyenangkan. Hidup bergelimang harta, suami tampan, mertua baik dan sahabat yang selalu ada. Tetapi mereka tidak pernah berpikir resiko apa yang harus Ansa h...