Jennie POV
Selama tiga hari ini aku tidak datang ke sekolah. Aku sibuk dengan agendaku di agensi dan juga sibuk dengan pikiran ku sendiri. Alison unnie berusaha mengatur jadwalku agar lebih lapang untuk beristirahat dan sekolah, tapi aku meminta memadatkannya karna aku terlalu takut untuk berhadapan dengan Lisa.
Setelah kejadian siang itu, aku menyadari bahwa ada yang salah dengan ucapanku. Harusnya aku tidak melontarkan pertanyaan seperti itu. Bukankah itu adalah urusan Lisa dan juga Chiquita? Kenapa aku harus sampai mempertanyakan letak rasa bangga ibunya yang telah tiada?
Jika ia memilih untuk menyakitiku dengan kata katanya, maka aku dapat mengerti. Karna akulah yang pertama kali menyayat hatinya, dia tidak akan berisik jika hatinya tidak ku gores. Aahh bagaimana ini, apa aku harus meminta maaf padanya? Bagaimana caranya aku melakukan hal tersebut? Aku bingung sekali.
Pagi ini, mau tidak mau aku akan bertemu dengannya. Aku sudah harus masuk sekolah hari ini, tidak ada alasan lagi untuk tidak masuk. Apalagi, minggu depan akan ada acara pentas seni untuk anniversary Prestige. Aku akan bertemu dengan Lisa di kelas, duduk di sebelahnya, dan pulang sekolah juga harus bertemu dengannya di studio dance. Apakah aku bisa mengatasi hal ini? Ku rasa tidak.
Mobil ku berhenti, aku menarik napas untuk menginjakkan kaki ku di sekolah ini lagi. Langkah ku terasa sangat berat untuk menuju kelas. Tapi bagaimanapun harus ku lakukan, kemana lagi aku akan kabur?
Saat sampai di depan pintu kelas, aku dapat melihat Lisa sudah duduk di kursinya. Entah buku apa lagi yang sekarang dia baca, dia terlihat sangat fokus. Aku berusaha menguatkan mentalku untuk berjalan ke sana dan duduk di sebelahnya. Bahkan jika ia tiba tiba mengusirku, itu bukanlah hal yang mengejutkan.
Aku berjalan menuju kursi ku dan duduk di sana, tapi Lisa tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya membalik lembar buku yang sedang ia baca. Aku bernapas lega dan meliriknya dari ujung mataku. Apa aku tidak terlihat? Kenapa dia seperti mengabaikan keberadaanku. Tapi begini lebih baik daripada kami berdua menciptakan keributan.
***
Aku sedang di studio dance berbicara dengan pelatih Chae. Lebih tepatnya, aku hanya menemani manager ku, Alison unnie, yang sedang berbincang dengannya. Ini terkait penampilan pada pentas seni tersebut, aku tidak memiliki banyak waktu luang untuk berlatih dengan mereka semua. Jadi, Alison unnie menawarkan pada pelatih Im bagaimana jika hanya aku dan back up dancer dari agensiku tampil secara terpisah.
"Bahkan itu skenario yang lebih baik lagi, pentas seni kami selalu diisi dengan penampilan yang menakjubkan. Dan akan semakin menakjubkan jika Jennie tampil sendiri" aku tersenyum mendengar respon baik dari pelatih Chae.
Mereka mencapai kesepakatan melalui obrolan tersebut, dan sekarang aku ingin berjalan ke kantin, bagaimanapun aku perlu makan siang.
"Aahh" aku kaget karna seseorang menabrak ku.
"Mian" aku meminta maaf karena merasa terintimidasi dengan mata tersebut.
Tapi lihatlah, bahkan gadis ini tidak menjawabku padahal aku sudah berbesar hati meminta maaf duluan. Dia hanya menatap ku sangat dingin kemudian pergi meninggalkan ku. Hari ku benar benar buruk, haahh ini tidak benar, aku harus mengisi energiku.
Tapi kaki ku menginjak sesuatu, tangan ku meraih benda tersebut, sebuah kuas? Sepertinya ini punya gadis tadi.
"Heii, kuas mu terjatuhh!!" aku meneriakinya yang sudah berjalan sedikit jauh, dia berbelok dan menghilang di balik tembok.
"Aisss kenapa orang orang suka sekali mengenakan earphone" aku menggerutu karena tidak senang.
"Berikan padaku" aku kaget saat aku ingin menyusul gadis tadi tapi orang lain malah mengambil kuas tersebut dari ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never too much BLUE
FanfictionHidup dengan kasta tertinggi, ternyata tidak semenyenangkan itu. Berjalan dengan tenang dikeramaian tapi selalu menjadi pusat perhatian, padahal yang ia inginkan hanyalah sebuah pengabaian atas kehadirannya. Kehilangan sosok yang paling dicintai, di...