02 | BULE PRANCIS

859 53 1
                                    

"Oi, Bule!"

Ullie menoleh. Bejo, kawan seperjuangan selama skripsi, duduk di dekat meja panjang kantin yang dipenuhi mahasiswa dari MAPALA. Beberapa di antaranya ada yang Ullie kenal, sisanya adalah junior yang baru masuk saat dia absen dari kampus.

Tadi sebelum bimbingan, Ullie sempat bertemu Bejo di tempat parkir. Bejo bilang mau mentraktirnya makan siang karena uang bulanannya baru cair. Untungnya bimbingan tadi cuma menghabiskan waktu satu jam, jadi Ullie masih punya waktu buat makan siang di kantin.

"Siapa, Mas? Kok ada bule di sini?"

Kasak-kusuk dari para junior langsung terdengar saat Ullie duduk di sebelah Bejo.

Sebenarnya Bejo bukan anggota MAPALA. Cowok hitam manis itu berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Tapi Bejo pandai bergaul. Jadi pemandangan cowok itu nongkrong bersama mahasiswa dari berbagai UKM maupun BEM sudah tidaklah asing.

"Bonjour!*" Ullie menyapa sambil memonyongkan bibir dengan gerakan lebai.

"Kenalin, ini Mahasiswa Pertukaran dari Prancis." Bejo mengenalkan.

"Je m'appelle Elisé Maullie. Enchanté de faire votre connaissance.**"

Empat junior itu melongo.

"Je m'appelle Ullie. Et toi?***" ulang Ullie pada cowok yang duduk di hadapannya-menatapnya tanpa berkedip.

Cowok itu bisa dibilang paling good looking. Meski hanya mengenakan kaus oblong, tapi ada logo Balenciaga di dadanya. Jelas itu bukan kaus KW yang dijual di pasar malam karena kainnya berkualitas bagus.

Ullie jadi tertarik untuk memperhatikan penampilan cowok baik-baik itu. Hidungnya mancung. Wajahnya nihil komedo apalagi jerawat. Rambut hitam bergelombangnya dipotong gaya curtain khas '90-an yang belakangan populer lagi di kalangan anak muda. Benar-benar gen unggul.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Tidak ada jawaban.

Ullie menyemburkan tawa. "Cok, nggak kuat!"

Bejo dan senior lainnya ikut tertawa. Para junior akhirnya sadar telah dipermainkan.

"Oalah, bisa Bahasa Jawa ternyata!" celetuk cowok berambut cepak yang duduk di sebelah Si Good Looking.

"Aku lahir di sini. Bapakku orang Prancis, ibuku asli Surabaya. Mukaku ya begini. Jiwaku tetep Jawa," ujar Ullie, menjelaskan tanpa ditanya, kemudian menyeruput es teh yang sudah Bejo pesankan untuknya.

Si Good Looking mengulurkan tangan, masih sambil terpana. "Namaku Aldo. Aliando Hartono. Semester 3 Fakultas Seni. Kamu?"

"Maullie. Ullie," balasnya singkat tanpa menyentuh tangan Aldo.

Perhatian Ullie langsung teralihkan pada semangkuk bakso dengan uap mengepul yang baru saja diantar. Ullie melahap bakso tersebut tanpa menambahkan sambal, kecap, ataupun saus.

"Gimana bimbinganmu?" tanya Bejo.

"Diluk maneh beres!****"

Ullie mengernyit. Ada pentol puyuh di mangkuknya. Ullie tidak suka. Menurutnya, pentol puyuh itu rasanya aneh. Alih-alih protes ke Bejo, Ullie menyendok dua butir pentol puyuh tersebut, lalu memindahkannya ke mangkuk Aldo yang isinya hampir habis.

"Pentol puyuh bagus buat masa pertumbuhan."

Aldo memandang mangkuknya dan Ullie bergantian. Sejak kuliah, tak ada lagi yang peduli dengan pertumbuhannya.

Tiba-tiba ponsel Ullie berbunyi. Panggilan dari nomor tak dikenal. Meski heran, Ullie tetap mengangkat telepon tersebut.

"Katanya dua jam?"

"Hah? Siapa ini?"

"Direkturmu. Saya perlu teleconference dengan tim di Prancis. Jangan bikin saya mecat anak magang gara-gara harus saya sendiri yang menghubungi kamu. Cepat kembali!"

Tut... tut... tutt...

Gawat! Ullie lupa kalau dia harus kembali ke kantor. Perut keroncongan ternyata bisa menumpulkan ingatan! Terutama janjinya pada Bos Pulu-Pulu.

Bejo menyenggol lengannya, agak keras. "Kenapa? Siapa yang telepon?"

"Bosku, Jo. Kayaknya habis ini aku jadi pengangguran." Ullie buru-buru bangkit, meninggalkan mangkuk baksonya yang isinya masih tersisa setengah. "Makasih bakso sama esnya, Jo!" Tanpa menunggu jawaban, Ullie berlari secepat kilat menuju parkiran motor.

Sepeninggal Ullie, Bejo hanya geleng-geleng kepala. Namun-

"Ullie cantik ya, Mas?" ujar Aldo seraya senyam-senyum. Wangi lembut dari parfum Ullie masih membayanginya.

Bejo melempar segumpal tisu bekas ke arah Aldo. "Ulla Ullie, matamu! Itu senior! Panggil yang bener!" semprotnya galak.


***


* Sapaan dalam Bahasa Prancis.

** Namaku Elisé Maullie. Senang bertemu kalian.

*** Namaku Ullie. Kamu?

**** Bentar lagi beres.

**** Bentar lagi beres

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hei, Intern!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang