Fabian sudah kembali ke kantor pukul 16.30. Benni sulit dihubungi, sedangkan Fabian keburu datang. Benar-benar gawat!
"Sore, Pak!" sapa Ullie dengan senyum lebar yang dipaksakan. Dia sengaja menghadang Fabian yang sedang berjalan menuju ruangannya.
"Minggir."
Saat ini Ullie tak takut dengan tatapan tajam Fabian. Akan lebih menakutkan jika bosnya tahu kalau dia habis membunuh ikan-ikan kesayangannya. "Nanya sesuatu boleh, Pak?"
Fabian menunggu.
"Emangnya boleh nangkep ikan hias di laut?" Ullie sengaja mengulur waktu.
"Kalau caranya nggak melanggar aturan, ya boleh-boleh aja."
"Pak Bian pernah nonton Finding Nemo?"
"Pernah."
"Kalau diibaratkan di film, Pak Bian tuh kayak penyelam yang misahin Nemo sama bapaknya. Emang Pak Bian nggak ngerasa bersalah?"
"Saya nggak pernah misahin ikan dari keluarganya."
Kedua mata Ullie membulat lebar. "Terus ikan-ikan di ruangan Bapak, didapat dari mana kalau bukan dari hasil misahin keluarga?"
"Ikan-ikan di sana sudah ada sebelum saya menempati ruangan itu."
Ullie mengerjap, agak bingung. "Jadi bukan hasil nyelam di Kepulauan Seribu?"
"Saya nggak pernah belajar diving, apalagi di Kepulauan Seribu."
Ullie menemukan fakta baru lagi! Ternyata tidak semua cerita tentang Fabian itu benar. Banyak yang dilebih-lebihkan.
"Sekarang minggir, saya mau ambil tas."
"Saya ambilin deh, Pak!" Ullie baru akan berbalik menuju ruangan Fabian saat tangannya dicekal.
Fabian memandang curiga. "Tingkahmu aneh. Kamu habis melakukan apa?"
Di saat yang sama, Benni datang. Dia memberi isyarat berupa siulan kecil sebelum kabur ke pantry. Tanpa sepengetahuan Fabian, tentu saja.
"Nggak ada, Pak!" Ullie menggeleng cepat, lalu meninggalkan Fabian yang keheranan.
Setibanya di pantry, Benni menyerahkan plastik berisi ikan berwarna-warni yang jenisnya beragam. Ada goldfish, manfish, botia, molly, sampai guppy. Ullie mengambil akuarium kecil dan memindahkan semua ikan tersebut.
Tidak lama kemudian, terdengar suara bariton Fabian dari pelantang. "Hei, Intern! Ikan-ikan saya mana?"
Semua orang mendongakkan kepala, apalagi saat Ullie keluar dari pantry sambil membawa akuarium kecil, lalu tergopoh-gopoh menuju ruangan Fabian.
Fabian mengawasinya dengan tajam, tapi Ullie tak gentar dan justru memasang senyum manis.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Fabian.
"Saya senang karena Pak Bian nggak pernah misahin keluarga ikan. Masa senang doang nggak boleh?"
Kedua tangan Fabian terlipat di depan dada. Pinggulnya bersandar pada meja. Dia memandangi Ullie yang sedang memindahkan ikan-ikan tersebut ke akuarium yang sudah dibersihkan. Firasatnya mengatakan ada yang tak beres, tapi belum tahu apa.
***
HAMALEM'S NOTE
Nah, segitu dulu sneak peeknya. Setiap bab yang kuupload terkesan loncat-loncat supaya bikin kalian kzl, tapi penasaran.
Seperti yang kalian bayangkan, cerita ini memang sangat klise dan mainstream. Bos sama karyawan. Yadda-yadda... Lha, terus... apa yang bikin menarik, dong?
Ekhem... biar kuterangkan kepada kalian agar berubah pikiran bagi yang tadinya berpikiran nggak mau ikut PO atau skip bukunya, bahkan. Opini di bawah sebagian kucomot dari hasil review editorku. Okay, here we go!
1. Karakter Ullie. Biasanya FL di novel tuh loveable bgt, yang polos, pekerja keras, dst. Tapi Ullie itu termasuk karakter manusiawi. Males ngerjain skripsi sampe dibelain cuti aja sekalian. Biasanya sifat ini ada pada cowok, terutama jurusan teknik. Bikin telat lulus kan jadinya. Meski terkesan malas dan sembrono, Ullie passionate sama kerjaannya sebagai pemagang atau intern yang mungkin dianggap sepele di mata karyawan tetap. Atau bos korporat. Walau sering bikin salah, digas aja terus sambil sambat.
2. Karakter Fabian. Too good to be true itu sering bgt muncul di tiap novel, cuma sometimes ada yang nggak realistis. Sebutannya Gary Stu. Di cerita ini, Fabian tidak digambarkan sempurna. Sebagai penulis, aku suka menaburkan sifat-sifat imperfect pada semua ML dalam universe ceritaku. Terlalu baik, sampe disangka bego dan ga tegas. Terlalu kekar dan berjanggut kembar sampe bikin ilfeel. Terlalu pucat dan cantik, sampai dikira cewek jadi-jadian. Nah, untuk karakterisasi Pak Bos alias Bos Pulu-Pulu alias Fabian Wendra Hartono... well, meski dianggap pandai, dia orang yang spekulatif. Mungkin kalian akan mengerti jika baca bukunya sampai akhir.
3. Setting: Kantor. Banyak Office Romance, yang isinya bukan di kantor, atau malah daily plot (plot sehari-hari). Kacung seperti kita semua BUTUH MICIN! Sebab itu, Ullie datang ke hadapan kalian dengan membagikan kegiatan sehari-harinya yang di luar prediksi BMKG!
Jadi... baca buku ini tuh ga perlu nyiapin otak yang fresh. Justru, kalau kalian baca ini... otak kalian yang ter-refresh!
Makanya... kalian PO ya nanti! Soalnya AKU PUNYA SUPRISE YANG KALIAN TIDAK AKAN BISA TEBAK! HOHOHO! Seorang Hamalem akan keluar dari cangkang! Tapi ya abis itu masuk lagi sih. So, jangan lupa follow IG Hamalem buat yang belum follow supaya terupdate.
Makasih udah mau baca Author's Note ini. luv yu semua, mwah ❤❣💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Intern!
RomanceJudul sebelumnya: Intern&Lover Direktur galak di tempat magang bikin hari-hari Ullie di kantor terasa lebih menantang. Semua tugas random rela diselesaikan Ullie demi menafkahi diri, termasuk menjadi asisten direktur sementara menggantikan Bu Andrea...