11. | Malioboro?

15 2 0
                                    

Story Continue 🐳
.
.
.

"Lo bilang apa??"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo bilang apa??"

Langit terkejut, ia keceplosan. Apa yang barusan ia katakan membuat Raga juga terkejut, tapi, untung saja ia tak mendengar apa yang Langit ucapkan diakhir.

"Ngga. Salah kata."

"Yakin lo?" tanya Raga dengan serius.

Langit hanya membalas anggukan. Dan Raga percaya saja pada Langit. "Kita ke ruang makan, habis makan kita keluar ke suatu tempat."

Langit menghembuskan nafas perlahan. "Yaudah, gue duluan."

Langit beranjak dari ayunan itu dan menuju pintu masuk, Raga masih santai berada di situ. Ia memikirkan ucapan Langit yang terpotong tadinya. Ia tak mendengar begitu jelas, "Aneh, apa gue harus cari tau lebih dalam?"

Raga kembali masuk ke dalam rumah untuk menyusul Langit di ruang makan.

Mereka semua sudah berkumpul untuk makan, setelah ini mereka akan di ajak oleh Raga untuk jalan-jalan.

Di tengah-tengah mereka semua asik makan, tiba-tiba seseorang berucap, "Gue ijin kerja buat penghasilan tambahan ya?"

Pandangan mereka beralih ke Raga, entah apa isi pikiran mereka yang terheran-heran ketika Raga mengucapkan kalimat tersebut. "Kenapa lo pada ngeliatin? setan makhluk apa gue?"

Elio tertawa dengan kencang, menertawakan Raga. "Kunti? Pocong? Suster Ngesot?" kembali ia menertawakan Raga, ia di pukul oleh Sabiru dengan panci Atlas.

"Mau kerja apa lo, Rag?" ucap Bintang.

"Sakit, Bodoh," bisik Elio kepada Sabiru.

"Gue, kerja di Rooster Cafe. Ntar gue sharelock kalo emang ga tau tempatnya."

Baik. Mereka semua mengangguk setuju, tapi tidak dengan Langit. Entah mengapa ia punya firasat yang tidak enak, apa ada hal yang akan terjadi sesuatu?

5 menit kemudian.

Mereka telah menyelesaikan makanan masing-masing, dan sekarang mereka bersiap siap untuk jalan-jalan. Sebelumnya Sabiru memang sudah selesai, ia ditugaskan untuk memanaskan mobil. Hanya Sabiru.

Satu kejanggalan dilihat olehnya. Sebenarnya mobil Raga berhadapan dengan rumah tersebut, sehingga ia melihat keseluruhan maupun dari sisi kanan dan kiri. Bagian kiri adalah menuju taman belakang, bagian kanan menuju lapangan basket.

Luka Semesta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang