14. | Penuduhan!

4 3 0
                                    

Happy Reading All 🩵
.
.
.
.

Elio menaikkan satu alisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elio menaikkan satu alisnya. Ia bertanya lagi kepada Sabiru. "Sejak kapan gue berani ngebunuh?"

Sabiru merotasikan bola matanya. "Lo masih ga mau ngaku?" Kemudian ia keluar dari kamar Elio untuk mengambil sesuatu.

"Gue bukan ga mau ngaku, tapi emang bukan gue pelakunya!"

"Ini sebenernya ada apa sih? kok gue dituduh yang ngga-ngga?" tanya Elio sembari menggaruk kepalanya dan bertanya ke mereka yang sedari tadi hanya menyimak saja.

"El ... kamu ga tau?"

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "To the point."

Atlas menghela napas pelan, ia duduk di sebelah Elio untuk menceritakan kejadian sebenarnya. "Kamu tau kan, kita ber-3 ngapain semalem? iya, kita ngecek kamar kamu dan Sabiru. Aku berniat buat bantu Sabiru untuk jaga-jaga kalo Sabiru diapa-apain, tapi nyatanya kamu dateng ke kamar dan mukul kita berdua ..." kata Atlas. Ia menjeda kata-katanya sejenak.

"Kita hampir ga sadarkan diri hampir 2 jam, setelah kita bangun, aku dan Sabiru tetap di tempat yang sama. Alhasil kita nyalain lampu, di lantai ada baju kamu dan tongkat bat. Apa itu ulah kamu?" ujar Atlas.

Elio mendengar itupun juga kaget, yang hanya Elio tau adalah ketika ia di ganggu oleh makhluk lain, lalu ia pergi ke lantai 1. Di situ ia melihat teman-temannya yang bersifat aneh, kemudian ia pingsan begitu saja. "Tapi, Las! gue ga bakal berani buat ngebunuh sahabat gue sendiri!!"

Tap

Tap

Tap

Seseorang datang dengan membawa sebuah baju dan sebuah tongkat. Elio menatap Sabiru tak percaya dengan semua hal ini, Sabiru mengangkat barang-barang itu ke semua orang dan menunjukkannya.

Elio menggeleng pelan, tak percaya. "Ga, lo pasti bercanda kan? gue ga mungkin ngelakuin itu sama sahabat gue sendiri!!" ucapnya dengan nada tinggi.

"Tapi semua bukti udah di depan mata, Kafka Elio Biantara!!"

"Lo ga bisa nuduh gue seenaknya, Sabiru Diaskara Pradipta!!" geram Elio.

"KALIAN BISA DIAM NGGA!?" teriak Bintang.

Satu kalimat terucap dari mulut Bintang, sederhana namun tajam, bergema di ruangan yang tiba-tiba sunyi. Semua orang terdiam, terpaku oleh beratnya kata itu yang seolah mengguncang pemikiran mereka masing-masing.

Luka Semesta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang