23

194 22 13
                                    

Setelah semua prosedur donor darah selesai, Fika memutuskan untuk berada di ruangan gadis itu sebentar. Berniat menjernihkan perasaan meskipun ketika melihat wajah pucat perempuan depannya membuatnya kembali mengingat kejadian kemarin.

Sejenak ia membatin cantik kala netranya tidak bisa lepas dari wajah putih yang di bingkai rambut blonde milik gadis itu. Tangannya hendak mengelusnya tapi terhenti saat dokter masuk di ikuti seorang suster.

"Kondisininya mulai membaik" Ucap dokter itu setelah memeriksa sebentar.

"Kapan dia akan sadar?"

"Cederannya tidak terlalu parah, tapi tentang kapan akan sadar kami tidak bisa menentukannya, kita lihat saja dua sampai tiga hari kedepan"

"Ah iya, aku lupa. Siapa nama gadis ini?"

Dokter dan suster itu saling tatap sebentar.

"Devanne..." jawab suster hati-hati.

"Maaf, apa ibu bukan keluarga pasien?" Sambungnya.

Fika jelas menggeleng. Dan ketika melihat reaksi terkejut dua orang di depannya membuatnya buru-buru menyuarakan tanya.

"Tidak ada keluarganya yang datang?"

"Mengetahui fakta bahwa kalian yang membawanya bukan keluarganya, berarti tidak ada. Karena sejak hari kemarin tidak ada yang menjenguknya selain kalian walaupun pihak rumah sakit sudah menghubungi keluarganya"

Fika bisa merasakan hatinya perlahan sedih. Tidak mungkin gadis ini tidak memiliki keluarga.

"Dimana ponsel dan kartu pengenalnya?"

"Mari ikut kami, bu"

Fika mengikuti langkah mereka sampai ke tempat yang dituju hingga akhirnya ponsel dan dompet milik gadis itu berada di tangannya.

"Terima kasih"

°°°

Tiga hari berlalu begitu saja, namun semua masih tetap sama. Vanya masih menutup mata begitupun gadis bernama Deva itu. Meskipun keadaan mereka sudah membaik, entah mengapa tanda-tanda akan sadar belum terlihat.

Di ruangan Vanya ada dua orang yang kini duduk dengan raut wajah berbeda. Bahkan bukan hanya itu, tatapan mereka yang begitu bertolak belakang begitu kontras dengan suasana diam yang ada.

Tak lama terdengar decihan sinis dari sang wanita.

"Sepertinya kau tidak akan melakukan apapun untuk Vanya. Melihatmu tak menanggapi peringatanku kemarin saja membuatku yakin kau pasti tidak bisa menyelesaikan semua ini sebelum istrimu sadar"

Annette menahan diri untuk tidak lepas kendali, jadi demi mempertahankan kewarasannya, ia bangkit hendak meninggalkan pria itu. Tak mau saling berbalas ucapan yang pasti akan berakhir membuatnya emosi lagi. Namun baru saja mencapai pintu, kehadiran Fika membuatnya berdecak keras.

"Awas " Ucapnya tak bersahabat kemudian benar-benar pergi.

Mendapat hal tersebut Fika hanya diam, terlampau paham bagaimana ketidaksukaan istri Varon padanya.

"Ibu sudah bicara dengan pak Tian, kami sepakat malam ini kita bertemu di kediaman mereka"

"Apa Zana tahu?" Dava menatap Fika gamang.

Melihat bagaimana gusarnya tatapan itu, Fika mengusap bahu sang anak.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja"

Surreptitious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang