4

325 24 2
                                    

Selama mengandung Vanya jauh dari kata fit, bagi wanita itu kondisi tubuh yang benar-benar sehat hanya akan berlangsung selama dua bahkan tiga hari saja, selebihnya tidak. Jadi, trimester pertama ini bukanlah sesuatu yang bisa dia sepelekan.

"Sudah?" Dava muncul dengan segelas teh hangat di tangannya. Ia sedikit melirik  dari kaca lalu kemudian kembali menunduk dan menggeleng.

Sudah tiga hari sejak makan malam keluarga, sekarang mereka telah pindah ke rumah baru. Jika di tanya perasaan Vanya lega atau tidak, jawabannya tidak. Memang ia jauh dari Fika, tapi memikirkan tentang dirinya yang akan selalu di tinggal sendiri membuatnya benar-benar tidak tenang apalagi di kondisi lemahnya seperti sekarang.

Sekarang jam sudah menunjukan pukul tujuh malam tapi mereka masih terus berdiri berdampingan di dalam kamar mandi. Rasa mual yang Vanya alami begitu buruk sejak kemarin,  mengharuskan Dava menjaganya kalau-kalau ia limbung karena terus muntah.

"Sudah?"

Vanya menghela nafas lantas menegakkan tubuh "Sudah"

Dava kembali mengulurkan teh hangat "Minum ini saja, kau belum makan malam"

Sang wanita meraih gelas tersebut dan mengucap terima kasih dengan nada pelan. Setelahnya mereka keluar, dengan Dava yang masih setia memegang rambut istrinya dari belakang.

"Aku sudah membuang parfumnya" Ucap Dava tiba-tiba, tangannya mulai menggulung rambut Vanya.

Sebagai respon Vanya menoleh sebentar "Maaf"

"Tidak perlu meminta maaf"

Dava kemudian bangkit lagi menuju lemari dan mengambil sepasang baju tidur.

"Ganti baju dulu"

Vanya menyambutnya lalu kembali masuk ke kamar mandi. Di tempatnya  Dava menatap lamat punggung kecil istrinya itu, sedikit membatin mengatakan tubuh dan pipi berisi wanita itu tidak sama lagi seperti awal mereka kenal. Berat badannya turun banyak membuatnya terlihat tidak se bersemangat dulu.

"Semuanya begitu berbeda"

°°°

Satu minggu lagi pernikahan Annette akan di laksanakan dan Vanya sudah menyiapkan dress code yang akan ia kenakan nanti. Senyum manis menghiasi wajah cantiknya saat menatap dress yang ada di tangannya. Namun sesaat kemudian perlahan memudar. Mengingat kondisi tubuhnya yang gampang drop membuatnya tidak bisa berharap lebih. Berjalan sebentar saja dia pusing, bagaimana nanti disana?

"Mau kemana?"

Vanya sontak berbalik, menatap siapa yang kini berjalan mendekat.

"Tidak, hanya melihat-lihat"

Dava tahu tatapan mata di depannya terlihat sendu. Sebentar lagi ia harus berangkat, namun raut istrinya yang berbeda membuatnya risau.

"Masih mual?"

"Tidak" Vanya hendak menggantung dress di tangannya ke dalam lemari, tapi baru saja memutar tubuh, keningnya mengernyit mendapati Dava yang kini diam memandangnya.

"Kenapa?"

"Kenapa wajahmu sedih begitu?" Pertanyaan ini membuatnya heran.

"Aku tidak, wajahku biasa saja"

"Tadi sedih"

Vanya menggeleng sambil tersenyum tipis "Kau salah lihat. Sekarang pakai dasinya atau kau akan terlambat"

Surreptitious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang