16

200 21 5
                                    

"Akhir-akhir ini kau terlihat sibuk tapi santai juga"

Dava tertawa kecil "Proyek yang aku katakan padamu waktu itu hampir selesai"

Vanya yang tengah berkutat pada masakannya menoleh "Jadi keluar kotanya batal?"

"Hm, asisten ku sudah meng-handlenya. Lagi pula itu bagus, artinya aku tidak harus khawatir meninggalkan mu sendirian"

"Bagus karena itu atau karena batal ikut perjalanan bisnis?"

"Dua-duanya"

Vanya tergelak saat Dava memasang wajah tengil sambil menatapnya. Benar apa dugaannya, Dava pasti senang tidak jadi pergi, karena pria itu tipe malas bepergian jauh.

"Jangan terlalu tertawa, ingat sedang memasak"

Vanya mengusap ujung matanya sambil berusaha menghentikan tawa. Dava benar-benar lucu, ekspresinya tadi sukses menggelitik perutnya.

Selesai sarapan, mereka menuju garasi. Dava menepuk lengan wanita hamil itu, merangkul bahunya sebentar lalu masuk ke dalam mobil.

"Baik-baik di rumah. Hubungi aku jika butuh sesuatu"

"Iya"

"Aku pergi"

Vanya tersenyum kecil. Setelah mobil suaminya sudah tidak terlihat, matanya kemudian bergulir menatap taman kecil yang berada tepat di depannya. Karena tidak ada kegiatan penting, ia berniat bersantai sebentar di gazebo dekat taman itu.

Suasana pagi di rumah ini sangat menenangkan. Dulu jauh sebelum ia menikah, suasana inilah yang sangat dirinya impikan untuk di nikmati bersama anak-anak panti asuhan. Tapi sekarang hanya dirinya sendiri, mimpi itu tidak sepenuhnya terwujud. Namun meski demikian ia tetap bersyukur karena Tuhan masih mengabulkan keinginannya.

Vanya menatap ponsel sebentar, tadi sebelum Dava berangkat ia sudah memiliki janji dengan Annette. Dimana wanita itu akan berkunjung bersama Sangga.

Saat tengah asik mengetik pesan, matanya tak sengaja melirik kakinya yang memang tengah ia luruskan. Terlihat kedua tungkai itu sedikit membengkak. Baru saja hendak menyentuh, klakson mobil menyentaknya membuat tubuhnya menegak lalu bangkit menuju gerbang.

"Bibi!" Sangga muncul dengan senyum cerahnya lalu di susul Annette yang kemudian menyodorkan paper bag.

"Hai tampan"

Saat akan menggendong anak laki-laki itu, Annette menepis tangannya dan menggantikan dengan dua buah paper bag.

"Anak ini sudah berat, jangan pernah berniat mengendongnya lagi"

Vanya berdecak. Tidak membalas, atensinya kini fokus pada bag di tangannya.

"Kau merepotkan dirimu sendiri"

"Tidak jika untuk ibu hamil ini" Annette mengelus perut buncit Vanya membuat wanita itu mendengus

"Ya sudah, ayo masuk"

°°°

Malam mulai menyapa. Tadi setelah Annette dan Sangga pulang, itu bertepatan dengan mobil Dava masuk ke garasi membuat Vanya tidak harus memikirkan kesendiriannya lagi.

Saat ini mereka baru saja selesai makan malam. Vanya tengah mencuci peralatan makan, sedangkan Dava hanya memperhatikan sambil tersenyum.

Di benak pria itu berpikir betapa bahagianya ia melihat perkembangan kehamilan Vanya. Tubuh dan pipi yang semakin berisi begitu menggemaskan di matanya, cantik.

Surreptitious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang