PART 16. Sepedah?

74 10 0
                                    

Matahari pagi yang hangat menyelinap masuk melalui jendela kamar Taetae, bocah laki-laki berusia lima tahun dengan rambut cokelat lembut yang sedikit acak-acakan. Sinar mentari itu membangunkannya dari tidurnya. Dia menggeliat, mengucek matanya yang masih lengket, dan perlahan-lahan kesadarannya kembali penuh.

Hari ini hari Minggu! Hari yang paling Taetae nantikan. Artinya, lebih banyak waktu untuk bermain bersama keenam hyungnya tercinta.

Tiba-tiba, suara ribut-ribut dan tawa ceria para hyungnya terdengar dari luar kamar. Taetae melompat dari tempat tidurnya dan berlari menuju pintu. Dia mengintip ke luar dan melihat keenam kakaknya tengah berkumpul di halaman belakang rumah mereka.

"Taetae bangun!" seru Jin hyung, sambil melambaikan tangannya. "Ayo, kita bersiap-siap untuk bersepeda!"

Senyum lebar langsung terkembang di wajah Taetae. Sepeda! Pikirannya langsung tertuju pada sepeda barunya yang berwarna Biru cerah, hadiah ulang tahun dari Paman nya minggu lalu. Sepeda itu begitu mengkilap dan lucu, dengan keranjang mungil di depan dan lonceng berbunyi nyaring di setang.

Taetae berlari kembali ke kamarnya dan dengan semangat tinggi dia memakai baju dan celananya. Dia nyaris lupa untuk memakai sepatu saking tidak sabarnya untuk segera menjajal sepeda barunya.

Setelah sarapan bersama, keenam hyungnya dan Taetae berkumpul di halaman belakang. Di sana, berjejer rapi enam sepeda, dan yang paling mencolok adalah sepeda Biru mungil milik Taetae.

"Wow, keren sekali sepedamu, Taetae!" seru J-Hope hyung sambil mengelus setang sepeda Biru tersebut.

"Paman yang belikan untukku!" jawab Taetae dengan bangga, dadanya sedikit menyembul ke depan.

Suga hyung, yang dikenal sebagai hyung yang paling pendiam, tersenyum tipis melihat kegembiraan Taetae. Dia lalu membantu Taetae memasang helm sepedanya dengan hati-hati.

"Ayo, kita berlatih dulu di halaman belakang sebelum ke jalan besar," ujar RM hyung.

Dengan didampingi Jimin hyung, Taetae mulai belajar mengayuh sepedanya. Awalnya, dia merasa sedikit goyah dan takut terjatuh. Namun, dengan sabar dan semangat Jimin hyung yang terus menyemangati, Taetae akhirnya bisa mengendalikan sepedanya dengan stabil.

Setelah beberapa putaran di halaman belakang, mereka pun memutuskan untuk bersepeda ke tempat favorit mereka, yaitu lapangan luas di ujung desa. Di sana, mereka bisa bersepeda dengan lebih leluasa dan menikmati pemandangan desa yang asri.

.
.
.
.
.
.
.
.

Angin sepoi-sepoi membelai wajah Taetae saat dia mengayuh sepedanya mengikuti keenam hyungnya menuju lapangan desa. Matahari bersinar terang di langit yang biru jernih, membuat suasana pagi itu terasa begitu sempurna untuk berpetualang.

Lapangan desa yang luas terbentang di hadapan mereka, bagaikan permadani hijau yang dihamparkan di bawah langit yang cerah. Di kejauhan, terlihat pegunungan yang menjulang tinggi, menambah keindahan pemandangan.

Sampai di lapangan, keenam hyungnya langsung memarkirkan sepedanya di bawah rindang pohon beringin yang besar. Taetae, dengan semangat yang menggebu-gebu, langsung mencari tempat yang datar untuk berlatih mengayuh sepedanya sendiri.

Awalnya, Jimin hyung masih setia mendampingi Taetae. Namun, setelah melihat Taetae sudah semakin terampil dan percaya diri, Jimin hyung pun beranjak bergabung dengan hyung-hyung lainnya.

Keenam hyungnya sedang asyik bermain sepak bola di tengah lapangan. Jungkook hyung, yang dikenal sebagai hyung yang paling aktif , mendominasi permainan dengan dribblingnya yang lincah. J-Hope hyung dan Jimin hyung bertugas sebagai penyerang, sementara Jin hyung, Suga hyung, dan RM hyung berusaha mati-matian untuk menjaga gawang mereka.

Taetae, yang sudah semakin lancar mengayuh sepedanya, berkeliling lapangan sambil sesekali mengamati permainan sepak bola para hyungnya. Dia tertawa terbahak-bahak melihat Jungkook hyung yang dengan sengaja terjatuh untuk mendapatkan hadiah tendangan bebas.

Tiba-tiba, bola yang ditendang oleh J-Hope hyung melesat ke arah Taetae. Taetae terkejut dan refleks membelokkan sepedanya untuk menghindari bola tersebut. Sayangnya, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tanah.

Para hyungnya yang melihat kejadian itu langsung berlari ke arah Taetae. Jimin hyung yang paling dekat langsung menghampirinya terlebih dahulu.

"Aduh, Taetae! Tidak apa-apa?" tanya Jimin hyung dengan cemas sambil membantu Taetae berdiri.

Taetae sedikit meringis sambil memegangi lututnya yang lecet. "Aduh, lutut Taetae sakit," jawabnya dengan nada sedih.

Melihat lutut Taetae yang lecet, Jimin hyung segera mengambil tisu basah dari tasnya dan membersihkan luka tersebut dengan lembut. Jin hyung yang dikenal sebagai hyung yang paling perhatian, berjongkok di depan Taetae dan meniup lututnya dengan pelan.

"Tidak apa-apa, Taetae. Nanti cepat sembuh," hibur Jin hyung dengan suara lembutnya.

Jin hyung, yang selalu membawa kotak P3K kemanapun mereka pergi, mengambil plester dan dengan sigap memasangkannya di lutut Taetae yang lecet. Setelah itu, mereka semua kembali berkumpul di bawah pohon beringin.

"Lain kali hati-hati ya, Taetae," pesan Suga hyung dengan nada datar, namun tersirat rasa khawatir di wajahnya.

Taetae mengangguk pelan. Meskipun lututnya terasa perih, dia tidak ingin momen kebersamaan dengan para hyungnya terganggu. Apalagi, dia tidak mau dianggap sebagai beban oleh para hyungnya.

"Ayo, kita lanjutkan bermain!" seru J-Hope hyung dengan semangatnya yang tak pernah padam. "Kali ini, bagaimana kalau kita main petak umpet?"

Usul J-Hope hyung langsung disambut dengan sorak sorai antusias dari yang lainnya. Bahkan Taetae, yang tadinya merasa sedih karena terjatuh, langsung melupakan rasa sakitnya dan ikut bersorak gembira.

TBC.

Uri tae taeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang