Sepulang dari kampus, seperti biasa Lentera disibukkan oleh pekerjaan part time. Pengunjung cafe yang membludak membuatnya tampak kewalahan.
"Lentera, tolong bawain makanan ke meja no 24!"
"Lentera bersihin mejanya!"
"Lentera tolong bawain minuman ini"
Seniornya menghampiri "Lentera, bisa gantiin gue sebentar? Gue mau pipis" pintanya.
Lentera mencoba menyemangati diri "Gak apa-apa Ra, mungkin dapat tip dari pelanggan vvip ini..."
Tak terhitung Lentera sudah beberapa kali menginjakkan kaki di ruang vvip, namun masih terperangah akan interiornya.
Dari pandangan Lentera, tampak empat pengusaha laki-laki sedang berbincang. Terkadang Lentera berandai-andai akankah masa depannya seperti para pengusaha itu? Yang bergelimpangan harta? Entah lah, untuk bisa berkuliah saja Lentera amat bersyukur.
Lentera membungkukkan badan sopan "Permisi tuan, makan malam sudah datang" terangnya.
Ia menyajikan hidangan secara luwes, alunan musik merdu menemani mereka dalam keheningan.
Setelah semua tertata rapi badannya kembali di bungkukkan dan berlalu pergi "pamit tuan".
Tak sengaja ia mencuri pandang, seseorang merebut atensinya seperkian detik.
"Bara? Dia Bara?"
"Mungkin mata ini salah liat!"
"Tapi bener itu Bara... dengan tampilan maskulinnya"
Di sepanjang jalan, pikiran Lentera dipenuhi satu nama.
Bara
Laki-laki itu berhasil memunculkan desiran aneh di dada. Setelah sepekan lalu ia menemukan tubuh Bara, hingga kini Bara membuat kehidupannya porak-poranda.
Kini Lentera sedang menuntaskan panggilan alam, akhirnya ia bisa bernafas lega. Kesibukan yang sedari tadi tanpa jeda meremukkan persendiannya. Sambil bersenandung ria, Lentera menikmati jalan di sepanjang lorong yang sepi ini.
Brak
Lentera tidak merasakan tubuhnya jatuh ke lantai, tangan kekar ini membelit pinggangnya sigap.
"Astaga, Ra ya ampun udah berapa kali lo ceroboh?"
"Malu gue, mau ditaruh mana muka ini!"
"Sial! Tangan kekarnya buat gue fantasi"
Tubuh Lentera ditegakkan oleh pemilik lengan kekar itu, keterdiaman Lentera membuat sang pemilik risih. Mata Lentera bersitatap, untuk ketiga kali orang yang ia pikirkan ada di depannya.
"Pantas jantung ini berdegup kencang" kata Lentera malu.
"Bara?"
Lentera menatap manik coklat itu, "maaf, tadi gak sengaja kesandung___" cicitnya penuh penyesalan.
"Harusnya gue gak ceroboh" sautnya kembali.
Bara menatap datar, ia tidak peduli atas pernyataan membela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
RandomSaat pulang dari tempat kerja Lentera menemukan tubuh Bara yang terbujur kaku, aroma Bara berhasil memunculkan desiran aneh di dadanya. Ia terus memperjuangkan cinta Bara dan di saat bersamaan aksi teror muncul melukainya. Akankah ia berhasil menda...