5. Satu waktu

14 6 0
                                    

“Papa” panggil anak kecil itu.

Tubuhnya yang gempal berlarian menuju papanya, di umurnya yang kurang dari dua tahun itu ia sangat lengket pada sang papa.

Pria itu berjongkok mensejajarkan diri dengan anaknya, ia mengacak surai anak kecil itu lembut.

Tangannya terulur mencubit pipi tembam itu, ia gemas.

Rengek anak kecil itu tak suka, "papa anti pi ga adi embem___" adunya marah. Bibirnya mengerucut seperti bebek, membuat sang papa semakin senang menggoda anaknya. (Papa nanti pipi Agra jadi tembem)

"Sengaja biar pipi Agra kaya bakpao___"

Ia sengaja memberikan jeda yang lama, dengan muka menakut-nakuti berkata "Nanti kalo pipi Agra tambah besar... dimakan tikus hayo" lanjutnya.

Agra menatap sang papa berkaca-kaca, tarikan senyum puas tersemat di rautnya ia yakin perkataannya berhasil menakuti Agra.

Satu

Dua

Ti...

"Ga ga akut ikus" (Agra gak takut tikus)

"Ata ma yang akut ikus papa, ga kan belani! Ga aya papa akut ikus... Huuuuu" (kata Oma yang takut tikus papa, Agra kan berani! Gak kaya papa takut tikus... huuuuu)

Olokan sang anak membuat pria itu membisu, dahinya mengernyit kala anaknya menyebutkan sang Oma. Ia akan protes kepada sang mama untuk tidak menjelekkan dirinya di depan sang anak, papa mana yang mau nama baiknya tercemar?

"Kata siapa? Papa gak takut tikus tuh"

"Papa kan kaya Agra pemberani" selorohnya.

Mata Agra mengerjap lucu saat melihat papanya memperlihatkan otot besinya.

"Papa boong! ga kemalin iat papa lali akut diejal ikus" sangkalnya, kedua tangan ia taruh di samping pinggang pandangan matanya menajam berusaha mengintimidasi sang papa. (Papa bohong! Agra kemarin liat papa takut dikejar tikus)

Mata tajam itu mendelik tak senang mendengar penyangkalan sang anak.

"Heh bocil berani ya sama papa___"

"Papa akan jadi monster hahaha" pria itu kini memeragakan seorang monster, suaranya dibuat-buat menakutkan.

"Ini ejal ga... wle" tantang Agra, lidahnya memelet mengejek papanya. (Sini kejar Arga... wle)

"Awas ya anak kecil, akan ku makan kau"

Dam

Dam

Dam

Agra berlari tunggang langgang menjauhi sang papa, tawa renyah mengiringi setiap langkah.

Drrt

Getaran ponsel menghentikan langkah pria itu, nama sekertaris terpampang di depan layar.

"Saya hari ini libur"

Panggilan itu dimatikan sepihak, tak peduli jika hari ini ia harus menemui klien. Toh perusahaannya juga tak akan bangkrut, tapi momentum bersama anaknya tak akan datang dua kali.

Cukup kemarin saja ia gila kerja, ia tak mau tawa anaknya kembali surut.

"Papa sayang Agra..."

"Papa ayo ejal ga__" seru Agra, memecahkan lamunan sang papa. Kaki itu kembali melangkah, menimbulkan suara berdebum. (Papa ayo kejar Arga__)

"Aku sang monster kelaparan... haumm haumm"

Tentang Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang