10. Siapa Aca?

8 4 0
                                    

Jadinya triple up😅

Maaf kalo jarang update nanti lagi sibuk di real life


Di temani temaram lampu tampak seseorang berbaju hitam, ia mencari tempat gelap menjauhi pantulan cahaya. Rokok yang diapit kini tinggal setengah, sesekali asap rokok keluar dari hidung dan mulutnya.

“Bajingan! Dia mengulur waktuku!”

Ia merogoh saku mencari gawai, tidak ada telepon masuk. Bau lembap di ruangan tidak meredakan amarahnya, kepalan tangan semakin kaku. Suara derit pintu memecahkan senyap, ketukan sepatu melangkah ke arahnya.

Bug

Badan orang itu terhuyung terkena pukulan di wajah.

“Maaf, gue telat”

“Bajingan ini jam berapa!”

“Gue harus nganter orang itu dulu, lo gak mau rencana yang udah lo susun hancur kan?” Gertak marah “Atau lo udah gak mau bales dendam...”

“Tutup mulut lo!”

“Lo masih berperang sama perasaan kan? Sadar dia yang buat lo hancur ACA!” orang itu sangat lancang mengulik kehidupannya.

“Jangan sebut nama gue BAJINGAN!” pukulan kembali ia layangkan, bau anyir keluar dari hidungnya.

“Hahaha, gue yang bodoh!” ungkap sendu orang itu, darah mengalir di hidungnya diusap begitu saja. “Lo kapan lihat gue Ca? GUE JUGA CINTA LO!” sambung orang itu.



***




“Ra, ini pesanan buat meja 11” ujar senior Lentera, sebagai pekerja paruh waktu di masa kuliahnya terkadang membuat Lentera keteteran. Harus pintar membagi waktu antara kuliah dan kerja, belum lagi keterlibatan ia dalam unit kegiatan mahasiswa semakin menguras energinya.

“Permisi ini makanannya pak...” ucap Lentera sopan, sembari menatakan makanan sepasang mata terus tertuju padanya, ia risih.

“Saya pamit...”

“Eh, jangan buru-buru pergi neng” saut pria paruh baya, ia mencekal lengan Lentera.

“Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?” balasnya masih sopan, ia menyingkirkan tangan itu.

“Ini tip dari saya” tangan itu menyerahkan selembar uang berwarna merah, tatapan nakal terus melihatnya. Sebelum Lentera menerimanya, uang itu sengaja ia jatuhkan dan sialnya tepat di atas pangkuan pria itu.

“Ambil dong neng...”

“Maaf pak boleh tolong ambilkan”

“Punya tangan kan neng? Ambil sendiri coba, sekalian punya bapak di elus-elus juga!” mesum, pria tua bangka itu sudah menguji kesabaran Lentera, seharusnya ia tidak mengindahkan ucapan bapak itu.

“Ya sudah, saya kembali pak... Untuk uang tip saya tidak bisa menerimanya, permisi” perkataan bapak itu berhasil membuat Lentera sakit hati, harga dirinya hancur sebagai perempuan.

“DASAR JALANG SOK JUAL MAHAL! SEBERAPA MENARIKNYA LO? CANTIK KAGAK JIJIK IYA! SADAR DIRI MUKA KAYA MONYET BELAGU!!!”

“LO CUMA KARYAWAN RENDAHAN! TUBUH LO JUGA BISA GUE BAYAR!”

Kemarahan bapak itu berhasil menarik perhatian, banyak pasang mata kini menatap Lentera rendah. Bisik-bisik pun menyebar, menghasilkan rumor-rumor tak mengenakkan.

“Tindakan yang bapak berikan sangat lancang! Saya bisa membawa anda jalur hukum atas tindakan asusila dan mencemarkan nama baik!” balas Lentera tak kalah tegas, pelecehan seksual bukan tindakan main-main para pelaku harus dihukum agar jera.

“HAHAHA”

“PUNYA UANG BERAPA LO?”

“KARYAWAN RENDAH KAYA LO, MANA MUNGKIN BISA JEBLOSIN GUE KE PENJARA!”

“UANG GUE MENGALIR, YANG ADA LO YANG DI PENJARA!!!”

“DASAR RAKYAT MISKIN!”

Sakit, Lentera yang kini rasakan. Ia hanya ingin membela dirinya, tetapi sekarang dirinya seolah menjadi tersangka. Apakah mencari keadilan di negerinya sesulit ini? Apalagi untuk para rakyat jelata, apakah harus mengemis-ngemis dulu baru mendapatkan sebuah keadilan? Benar, stigma hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas akan terus mengakar di negeri ini.

“Ada apa ribut-ribut?” suara intrupsi seseorang berhasil mengalihkan perhatian.

“Lo siapa?”

“Saya Cleo pak, pemilik cafe ini!” balas Cleo lugas, ketika di kantornya sedang ada tamu suara keributan menghentikan percakapan mereka.
“Gue mau, karyawan ini di pecat! Perilakunya menjijikan!”

Sontak membuat Lentera marah, “Bukannya kebalikan ya pak? Bapak yang berperilaku menjijikan kepada saya!” sambung Lentera tidak terima.

“Apa lo? Mau main-main sama saya! Dasar jalang!”

“Maaf, perkataan anda sudah tidak mengenakan apalagi menyangkut karyawan saya. Jika mau bicara damai silakan ke ruangan saya, atau bapak mau keluar dari restoran ini silakan...” balas Cleo, mungkin pembeli adalah raja tetapi jika menyangkut karyawannya ia akan bertindak tegas.

“Wah bapak mau main-main dengan saya? Saya bisa membeli cafe ini beserta karyawannya!!!”

Laki-laki di belakang Cleo melangkah maju menghampiri bapak itu, perasaan terkejut tergambar jelas dimatanya. Ia tersenyum, tak ada balasan sama sekali dari orang itu.

“Dengar pak Handoko, anda sudah lancang menghina gadisku!”

“Jalang kata anda? Baik, mulai detik ini saya tidak akan menyokong perusahaan anda!”

Bisikan itu meremangkan telinganya, ia masih melamun tidak menyangka jika perusahaan yang ia bangun mati matian kandas.

“Ikuti saya!” titah Laki-laki itu pada Lentera.

“Bara lepasin, sakit...” rintihannya kesakitan, lengannya memerah akibat cekalan Bara.

“Tidak ada yang boleh menyentuh anda! Kecuali saya”

“Karena anda pelacur saya, camkan itu!” titah Bara tegas, ia geram mainannya di sentuh orang lain. Lentera hanya mengangguk kepala, ia lelah berdebat dengan Bara.

Ia membaringkan tubuhnya di sofa, tidak peduli sang pemilik apartemen memandang tajam. Kekacauan di tempat kerja menguras energi Lentera, ia hanya ingin sendirian dan tidak mau diganggu.

“Siapa yang membolehkan anda tidur di sini!”

“Keluar!”

“Atau saya akan menyeret anda seperti hewan!”

Kelopak mata Lentera tertutup, ia tertidur pulas.

“Keras kepala!”


***


Tolong...

“Ayah... Ibu aku takut!” ucap anak kecil itu ketakutan, kakinya bergetar hebat.

“Tolong...”

“Siapa saja tolongin aku, hiks” teriaknya, air mata meleleh. Di tengah gelap gulita, anak kecil itu terus mencari pertolongan entah apa yang membuatnya ketakutan.

“Tuhan, tolongin aku...”

“Aku takut orang itu terus mengejarku” pintanya, ia mendengar suara langkah kaki semakin dekat.

Tolong...

Hiks...

Tolong...

“Hai gadis kecil kemarilah!”

“Paman, tidak jahat kok sayang! Hahaha, tetapi sayang tubuhmu sangat menggoda!” teriak pria dewasa di belakang, anak kecil itu terus berlari meminta pertolongan.

Hiks

Hiks

Tolong...

“Percuma kamu minta tolong, mereka sudah tidur!” tubuh itu semakin mendekat, ia berhasil mengikis jarak antara gadis kecil itu.

Hap

“Lepasin paman!” tubuh kecilnya memberontak, menggigit dan mencakar orang di depannya.

Plak

Tubuh kecilnya tersungkur ke tanah, tamparan itu membuatnya kesakitan. Anak kecil itu meraung keras, sendirian di tengah malam menjadi saksi bisu semesta sangat kejam terhadapnya.

“Anjing! Lo tau jalang, gue bisa bunuh lo!” dagunya di renggut paksa, pria dewasa itu mencengkram kuat.

“Tuhan, apakah kau sejahat ini! Aku membencimu!” monolog anak kecil itu, ia lelah doa yang dilayangkan tidak didengar sang pencipta.

Deru nafas Lentera terengah-engah, pasokan udara seperti menyempit di dadanya. Ia baru mengalami mimpi itu, terasa nyata baginya.

Kenapa dada aku sakit?

Ia memegang dadanya kesakitan, kepalanya pun seperti ditusuk ribuan jarum.

Tolong hentikan Tuhan...

Kepalanya semakin ia cengkeram kuat, tak luput pukulan keras di kepalanya berharap bisa meredakan sakitnya sejenak.

“Tolong”

“Aku takut__”

“Paman itu ingin merenggut ku__”

Suara-suara itu memenuhi indra pendengaran Lentera, suara ketakutan, erangan, menyayat sayat kalbunya. Tubuhnya limbung ke depan, pikirannya semu ia yakin jika dirinya sedang berhalusinasi.

Linangan air mata mengalir di wajahnya, Lentera tidak bisa mendeskripsikannya.

Semacam ada luka yang kembali membuka.

“Ma, Pa”

“Aku takut__”

“Berisik!” teriaknya ketika suara itu kembali muncul, ia tak kuat untuk mencerna situasi ini. Ketakutan -ketakutan tak mendasar, sekelumit memori terlintas menjadi abu-abu, dan suara dengungan semakin keras di kepalanya. Ia bingung untuk mempercayai siapa? Tubuh atau pikirannya karena tak ada yang bisa dipercayai lagi termasuk dirinya.


***

Tolong promosiin cerita ini ya😉

Terima kasih

Jangan lupa follow akun ini📍

Wattpad : sebotolcerita
Instagram : @sebotolcerita
Tik tok : @fa69512

Jangan lupa vote
⬇️

Tentang Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang