🏫 Chapter 2

35 4 0
                                    

‼️️Typo(s) everywhere
‼️tw | mention of death, blood

Chapter 2

Semua barang milik Lin Yi disita.

Senior dengan social bull itu berjalan di depan sambil menyeret koper Lin Yi, sementara Lin Yi dengan enggan mengikutinya dari belakang.

Dia tidak punya pilihan selain menyerahkan barang-barangnya; jika tidak, senior itu pasti akan menyerahkannya ke kantor polisi. Jika dia dibawa ke kantor polisi dan diminta untuk menjelaskan mengapa dia membawa pisau yang dilarang di bawah pengawasan polisi, jari-jari kakinya akan mengkerut kuat, sampai bisa menggali istana peri milik Barbie di bawah kakinya.

*[Kalimat hiperbola yang memiliki arti bahwa dia sangat takut hingga jari-jari kakinya akan mengkerut dengan sangat kuat seolah-olah ia bisa menggali sebuah kastil peri Barbie dengan kekuatan itu.]

Meskipun saat dimana kopernya terbuka, dia sudah mati sekali karena malu.

Lin Yi mengikuti senior itu, seperti gambaran seorang junior yang patuh, tetapi di dalam hatinya, pikirannya terus berputar. Dia sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk melumpuhkan senior di depannya dengan sebuah tebasan karate ke belakang leher senior itu dan mengambil kembali barang-barangnya.

Jika tidak, tidak ada cara lainnya. Dia bisa melihat secara sekilas bahwa senior ini bukan tipe orang yang mudah dipengaruhi. Dia juga tidak bisa bertingkah manja untuk mendapatkan simpati dari senior itu.

Saat memikirkan kemungkinan keberhasilan dari cara ini, tiba-tiba senior itu berbalik dan menatapnya.

Lin Yi untuk sesaat menahan pikirannya dan memandang senior itu dengan tatapan bersalah.

"Sudahkah kamu memikirkannya?" tanya senior itu tiba-tiba.

Lin Yi: "Hah?"

Dia menepis pikiran bahwa pikirannya telah terbaca. Dia bukan tipe orang yang pikirannya mudah untuk dibaca.

"Kita sudah berjalan begitu lama, aku merasa lelah," kata senior itu dengan santai sambil bersandar pada tiang telepon dan meletakkan koper bobrok itu di kakinya. "Jadi, katakan saja."

Dia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.

Ujung rokoknya menyala dengan kilau merah untuk sesaat dan kemudian meredup.

Lin Yi tidak tahu apa yang diinginkan senior itu darinya, sehingga dia hanya bisa menundukkan kepala.

"Keringanan hukuman bagi mereka yang mengakui dan hukuman berat bagi mereka yang menolak mengakui kejahatan mereka. Ada kantor polisi sejauh 500 meter di depan," senior itu menghembuskan asap dan mengangkat dagunya dengan ringan. "Kamu pilih antara menceritakan alasan membawa begitu banyak pisau atau pergi ke kantor polisi dan ditahan selama tiga hari. Itu bukan pilihan yang sulit, adik kecil."

Sungguh bukan pilihan yang sulit. Lin Yi berbisik, "Pertahanan diri."

Senior itu terdiam sejenak dan butuh beberapa saat sebelum dia bertanya, "Berapa tinggimu?"

"Ah?" Lin Yi: "182."

"En." Senior: "Pertahanan diri."

Lin Yi: "Itu benar-benar untuk pertahanan diri..."

Senior itu menatapnya beberapa saat lebih lama kemudian membuang puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya. "Tunggu disini sebentar, seseorang akan menjemputmu nanti. Ikuti semua yang dia perintahkan."

Lin Yi: "En"

Dia berpikir dalam hatinya, 'Aku akan menjawabnya seperti ini untuk sekarang. Nanti, aku bisa memilih untuk tidak mengikutinya.'

BL | Aku Membongkar Satu Lagi Urban Legend KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang