20

16.6K 1.2K 232
                                    

Titik terendah seseorang adalah saat ia bercerita sambil meneteskan bola matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik terendah seseorang adalah saat ia bercerita sambil meneteskan bola matanya.
.
.

Ding, Dong~

Jam ketiga telah di mulai~

Bel yang berbunyi nyaring dari setiap speaker yang terpasang di sudut kelas itu beradu dengan keberisikan para generasi muda harapan bangsa penghuni kelas 12 IPA 1 yang saat ini sedang jam kosong. Meski kelas itu terkenal sebagai kumpulan siswa berprestasi, tak semua dari mereka yang memilih memanfaatkan waktu dengan hal berfaedah.

Seperti manusia-manusia unik di pojok sana.

"Yanti, kosong.

"Samsuloh, kosong."

"Bambang Subambang. Isi Buaya Jantan Hitam Gepeng. Saat ini kodam kamu sedang bersemayam di puncak gunung arah barat."

"Menurut lo, kenapa di langit cuman ada 1 bulan?" tanya Emet tiba-tiba pada Natan.

"Ya kalo 2 bulan namanya haji Thoriq," jawab Natan ngasal tanpa beralih dari benda gepeng di tangannya.

Emet berdecak, Natan bener-bener gak bisa diajak deep talk!

"Gue serius, anjir! Malah bercanda."

Natan mendongak malas. "Lagian, pertanyaan lo gitu. Suka-suka Tuhan dong mau ciptain satu kek, dua kek, empat kek. Yang penting lo sebagai pelengkap ekosistem di bumi bisa hidup dan bisa menikmati keindahan bulan!" jawab Natan sok bijak lalu lanjut cek khodam.

"Sumenep. Kosong."

"Natan. Kosong."

Emet ber-oh singkat, seolah paham lalu kembali bertanya. "Btw, lo pernah gak sih, pas buka helm malah kecabut sama kepala lo?"

Natan mendongak lagi, menatap Emet jengah. Menurut lo?! 

"Kalo lo pernah gak makan daging sapi terus kandangnya ikut nyangkut di mulut?" tanya Natan balik, agak emosi.

"Marah-marah mulu, santai dong! Gue kan cuman nanya!" ucap Emet, mengerucutkan bibirnya.

Natan mencoba sabar. "Kalo bukan temen, udah gue jual lo!"

"Kejamnya. Lo lupa siapa yang masangin popok lo waktu bayi?" tanya Emet membuat Natan mengernyitkan kening berpikir, mungkinkah Emet yang memasangkan popoknya saat itu? "Ya, bukan gue, sih. Emak lo, dong. Masa gue, kita aja belom kenal." 

Makin emosi, Natan menimpuk wajah tampan Emet dengan buku.

"Aw! Sakit! " ringis Emet, mendelik kesal.

Berbeda dengan Emet dan Natan yang mulai bergelut, siswa berkacamata yang tengah duduk sendirian di bangku belakang mereka itu malah sibuk dengan pikirannya sendiri.

GHARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang