༘⋆🌷💭₊˚ෆ 1. UKHTI JUDES

108 41 62
                                    

"Ukhti!"

Perempuan yang tengah mengendarai sepeda itu menoleh kecil ke tengah jalan. Mendapati sebuah mobil hitam Hummer H3 berjalan alot membersamai kayuhan kedua kaki.

"Dia lagi!" Cahaya membuang napas jengah. Kedua mata mengerling diekori gelengan kepala.

"Mau kemana?" tanya cowok itu mengusik. "Naik geh, biar gue anter."

Cahaya berdecak. Selain karena cuaca ekstrem, kehadiran cowok random di pinggirnya benar-benar membuat gerah.

"Yah, gak respon dia." Cowok itu menggelantungkan tangan kanannya ke luar pintu, menepuk-nepuk badan mobil. "Mending naik geh, ngeringkas waktu. Sekalian ngadem."

Cahaya bergeming. Laju sepedanya kian cepat.

"Jangan jual mahal gitu geh. Mending kita kenalan. Gue Ozias, dipanggil Ozi, anaknya Dewan xx-"

Cahaya tidak sempat menangkap penuturan lengkap cowok itu, hanya ketika dia menyebut kata 'dewan' hati Cahaya mengumpat sebal. Dewan kek, dewa kek, bodo amat! Orang-orang kenapa sih suka sombong sama pangkat?!

"Lo Cahaya Pinasti Gumbira 'kan? Anaknya Abah Pinas sang petani kaya raya hahaha."

Sejujurnya Cahaya kaget karena Ozias mengetahui nama lengkapnya dan nama ayah Cahaya. Tapi demi keselamatan diri sendiri, Cahaya harus memasang wajah poker dan tetap bungkam. Lalu lanjut murojaah ayat-ayat Allah di juz 27 dalam hati.

"Ah sial!" Cowok itu mengerang, dia tidak suka diabaikan. "Rumornya bener, lo judes banget!"

Seringai Ozias melengkung lebar. "Tapi lo cantik, bjir! Gak boleh lolos."

Cahaya beristighfar. Perasannya berangsur-angsur rikuh lantaran para penduduk yang rumahnya dilalui oleh mereka mulai memperhatikan. Cahaya paling tidak mau diserbu prasangka buruk. Lebih-lebih karena cowok yang mengejarnya kelihatan seperti bad boy.

"Anaknya Pak Pinasti jalan sama preman?"

"Si Cahaya?"

"Iya, Jeng!"

"Bukannya dia nyantri? Fintah ah."

"Serius, Jeng. Saya lihat pake mata kepala sendiri."

"Ah, masa sih dia begitu? Saya gak percaya."

"Loh, kenapa? Dia aja ngeasrama cuman setengah tahun, nyatri gimana?!"

Gugusan dialog palsu tereka di dalam otak. Melalui tatapan sinis orang-orang, Cahaya berhalusinasi seandainya mereka bergosip keji tentang dia.

"Jangan-jangan, Si Cahaya belum nikah bukan karena gak laku lagi."

"Tapi?"

"Gak direstuin. Soalnya si Cahaya demennya bandit!"

"Gak!" Cahaya mengenyahkan overthinking. Berhenti sejenak guna mengentaskan penolakan. "Jangan ganggu! Saya sudah menikah."

Ozias agaknya betulan gila. Dengan mimik antusias cowok yang memakai tindik di ujung bibirnya itu berdecak. "Kebetulan! Gue spesialis ngerebut istri orang."

Cahaya melotot tak habis pikir.

"Minta nomor lo! User IG lo! Nomor rekening lo! Biar gue penuhin semua kebutuhan lo. Dibanding suami lo yang cuman mampu beliin sepeda butut kayak gitu."

BERBURU UKHTI JUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang