༘⋆🌷💭₊˚ෆ 5. KONSTELASI PEMBURU

57 33 44
                                    

"Halo B@ngsat! Jumpa lagi kita!"

Matahari kian melarikan diri ke arah Barat, tapi dua pemuda yang asyik berbincang-bincang itu tidak sempat menyadarinya. Mereka berdebat terkait pelbagai hal hingga pertanyaan terakhir Jaguar mengambang di udara karena kehadiran seseorang yang tak terduga. "Lo mulai berburu Cahaya minggu ini?"

Alih-alih satu kepala, predator yang tetiba menyergap mereka di padang rumput ternyata berjumlah lipatan lusin.

"Bewan* pasti seru, tapi ... gimana nih, Bos kami pengen kalian cepet mati."

*by one / one by one = satu lawan satu

Melihat tiga lelaki spontan membuat formasi perlindungan untuk Mochaka, ingar tawa mengalun sambung-menyambung.

"Mochaka, lo bilang hari ini quality time kita?" Jaguar berpose boxing stance southpaw membelakangi Mochaka yang kini diapit oleh dua bodyguard--yang menondongkan pistol. Dia berteriak berang seraya sedikit menoleh kaku. "Tapi apa-apaan ini? Orang yang kata lo gak bakal sanggup balas dendam, malah ngadain party?"

Mochaka merendahkan paruh topi yang dihiasi 3 lingkaran besi di ujungnya, lantas menatap gerombolan di hadapannya yang membawa senjata beragam rupa.

"Peliharaan Ozias, ya?" desis Mochaka dengan irama takjub. Hatinya berdecak menyesalkan bocah berseragam SMA itu yang sebelumnya pernah dibuat tak berkutik oleh para pengawal Jaguar. "Huft, mereka gak paham situasi ternyata."

"Bajingan! Lu tahu berapa harga 2 gigi Ozias yang rontok gegara asisten lu?" Bocah SMA itu berseru dari jarak belasan meter. Masih dengan dasi yang diikat di kepalan tangan, cowok bermata sipit itu menepuk-nepuk selongsong besi ke atas bahu.

"Apa kalian jauh-jauh bersilaturahmi kesini hanya untuk meminta biaya gigi palsu?" tanya Mochaka penuh ejek.

"Sialan! Memangnya Ozi kami kekurangan duit?" tinpal anggota geng Ozias lain yang memakai jaket kulit hitam bercorak bulu tarantula hijau neon.

"Siapa tahu?" balas Mochaka. "Kalau itu yang dia butuh, saya akan membayarnya dengan kelipatan jumlah kalian. Silahkan berhitung!"

Kasak-kusuk para remaja yang marah dengan provokasi Mochaka menyalip suara dersik. Berbeda dengan kedatangannya yang hening, denting dari alat-alat tempur yang mereka bawa memberi efek ngilu. Membuat jantung Jaguar berdebar-debar. "Apa yang harus kita lakuin?" tanya cowok bertaring panjang itu.

"Selesaikan! Setengah jam lagi saya ada janji temu dengan Aldwin di kantornya."

Jaguar menyeringai bingah. "Kalau gitu, gue boleh bikin mereka mokad?"

Mochaka mengerutkan alis. "Kecuali itu."

"Bung! Bercanda?" Jaguar berbalik tak terima. "Dermawan dikit, napa? Lo gak akan kecipratan noda sedikit pun gue jamin," rayunya sambil menepuk-nepuk dada Mochaka menggunakan punggung tangan.

Netra cowok itu berkilauan menyorot mata Jaguar. Darahnya berdesir sekelibat, ngeri melihat gelora memangsa yang tumbuh pesat di pelupuk Jaguar.

'Jati diri kakak dipaksa tidur beberapa lama oleh Daddy, sekarang bangun lagi. Ini bahaya,' batin Mochaka penuh pertimbangan, 'tapi, anehnya saya tidak gelisah.'

"Please, Bung!"

"Just do what i told ya!" Mochaka mencegah dengan tegas. "Kamu cuman disuruh Dad hiatus, bukan hengkang dari industri hiburan."

Jaguar mengerang, kemudian kembali ke posisi awal. "Gak seru!" kesahnya sebal.

"Emang!" timpal anak SMA dari pihak Ozias. "Kurang kissing scene tuh. Ekhem, gini deh."

BERBURU UKHTI JUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang