"What was that again?"
Laki-laki bertopi bisbol 3 ring itu merentangkan tangan seraya menghela napas panjang. Tidak menghalau pertanyaan lawan bicara, malah melukis senyum ke hamparan langit yang nun jauh di atas kepalanya.
"The one and only!" Jaguar menyingsing sebelah bibir guna memasukan sebatang rokok. Akibatnya salah satu taring cowok itu terekpos, panjang nan runcing mewakili kebuasan dari nama bekennya. "Gue gak nyangka, putra semata wayang Daddy Asep bakal nyari calon pendamping dari pelosok."
Orang yang dimaksud menerbangkan pantat ke kap mobil. Tentu dengan tangan yang berpegangan terlebih dulu ke paruhnya. Lanjut memperhatikan Jaguar yang mulai anteng menyesap linting. Batinnya bertanya-tanya penasaran, 'Sejak kapan Kakak nyentuh barang itu lagi?'
"Udik, Bung!" Kepulan asap menghilang seiring berembusnya angin besar yang membuai belukar di bawah kaki. Jaguar mendongak ke angkasa, menyaksikan awan emas yang menyembunyikan wujud surya. "It never crossed in mind."
Alih-alih menanggapi topik yang dibahas, Mochaka justru mengecam. "Kalau stepa ini kebakaran, saya viralin kamu."
Jaguar melirik dengan ujung mata. Mendapati cowok itu memasang tampang serius, Jaguar mendengus sebal. "Up to you!" katanya misuh-misuh sambil mencubit ujung puntung yang menyala. Lalu, membuangnya jauh.
"Cahaya Pinasti Gumbira." Setelah membiarkan dersik menggenapi keheningan beberapa waktu, Mochaka angkat suara. "Dia rekomendasi Aldwin, Jazziel dan Om Galuh."
Satu alis Jaguar terangkat. "Oh? I see." Cowok itu akhirnya mendekati Mochaka. Ikut duduk di hadapannya setelah bodyguard memasang sebuah kursi portabel dengan gesit. "Lo tahu gue gak pernah ngeraguin keputusan lo?"
Cowok berdagu sabit itu meletakkan tangannya ke belakang. Menyambangi angin sepoi yang bertandang. "Apa kamu ingin saya mempertimbangkan sesuatu, Saéhu?" tanya Mochaka penasaran.
Setelah ucapannya rampung, seorang pengawal datang menghaturkan bungkusan kacang panggang pada Mocahaka dan Jaguar. Masing-masing satu, ditambah kaleng minuman soda yang baru keluar dari pendingin. Mochaka berterima kasih singkat, lantas mengembalikan soda tersebut karena dia sudah berhenti mengkonsumsinya.
"Wew! Florida gagal nyepuh lo ternyata." Jaguar tak habis pikir.
"Apa?" Mochaka terkekeh. "Tempat tergantung penghuninya-"
"I don't think so," sela cowok itu tak setuju. Mendadak berapi-api sambil membuka kaleng soda. "Dulu doi--sorry, maksud gue mantan--juga polos banget."
Mochaka berhenti mengunyah, dia menatap Jaguar dengan tatapan ngilu.
"Sebelum gue bawa dia ke kota besar yang notabene bebas," cemoohnya ngegas.
Mochaka berpaling wajah, tak sanggup menyimak kilat-kilat kelabu yang timbul tenggelam dari selaksa mata Jaguar. Bagaimana pun cowok itu adalah kakak tirinya, Mochaka tentu jadi ketularan lara kalau beliau tertimpa musibah.
"Back to topic, maksud gue tolong selidiki yang bener! Pendekatan 6 bulan sematang apa, Bung? Gue aja sama si p3rek udah pacaran 6 tahun, hasilnya?"
Mochaka kehilangan kata-kata.
"Diselingkuhin! Sama orang terdekat, pula!" Jaguar meremas kaleng di tangannya sampai tak berupa. Ombak emosinya kelihatan mulai surut, berganti dengan hasrat rakus untuk menggerus kacang.
"In a nutshell, Aldwin, Jazziel dan Om Galuh, mereka saudara cewek itu--siapa namanya?"
Mochaka menyebut, "Cahaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBURU UKHTI JUDES
RomanceDari bejibun pemburu cinta, tak ada satu pun yang mampu meluluhkan hatinya. Cowok-cowok sudah merangsek untuk mempersunting Cahaya, tapi cewek itu terlalu judes! Belum lagi kehadiran 10 sepupu laki-laki yang menjadi tameng dalam eksistensinya, menam...