༘⋆🌷💭₊˚ෆ 7. MARBOT BARU

63 30 57
                                    

Katanya hujan itu berkah, tapi kenapa hati Cahaya selalu kalut tiap kali langit menurunkan air mata.

Sekarang pun mood gadis itu amat jelek. Apalagi setelah melihat cowok yang disukainya memayungi cewek lain.

Ih! Kesel banget! Mas Jazziel sama siapa coba?

Berjalan mengekor di belakang tidak menguntungkan, Cahaya jadi tidak bisa melihat rival tersebut.

Apal gini Aya gak akan ikut!

Entah pelancongan ke daerah mana, tahu-tahu mereka bertiga sudah berjalan menyusuri parit yang membanjir setinggi lutut.

Aya takut.

Petir di seberang sana menjilat-jilat ilalang yang menari oleh badai. Bersama langkah yang semakin berat, Cahaya memegang erat payungnya yang terbuat dari emas.

"Cahaya!" Cowok itu tiba-tiba berhenti, menengok Cahaya dengan air muka sendu. "Maafkan Mas, maafkan Mas" katanya penuh rintih.

"Hah?" Gadis itu melongo tak mengerti.

"Maafkan Mas, karena Mas menikahi perempuan lain."

DUAR!

Kalimat barusan keluar beriringan dengan guntur yang meledak.

"M-Mas? Apa maksud Mas? Bukannya Mas mau nikah sama Aya setelah lulus kuliah?" Tangisan rebak di dinding kelopak. Degup jantung Cahaya beresonansi dengan amukan angin.

"Maaf, Cahaya. Maafkan Mas. Mas sudah terlanjur memilih dia." Jazziel menunduk, sejurus kemudian perempuan di pinggirnya memutar tubuh.

"Dasar jalang! Siapa yang sudi menikah dengan pecundang seperti kamu?"

Cahaya melotot pada perempuan yang kini menusukkan trisula ke lehernya.

"Akh- Atikah?"

Sang empunya nama menyengih. "Kamu kaget, ya? Haha, kaget aku mengkhianati kamu?"

Cahaya mengumpat dibalik perih yang dia rasa. Darah segar mengucur deras dari mulut dan hidungnya.

"Atikah-"

"Bodoh!" Usai cacian itu digaungkan, Atikah menghujam tombak yang dia cabut ke permukaan tanah.

Bhum!

Bhum!

Bhum!

Seketika guncangan hebat melanda bumi. Menyusul setelahnya suara retakan batu yang menggelisahkan hati.

"Atikah! Apa yang-" Cahaya tidak sempat meneruskan ucapannya. Kedua netra keburu terbelalak mendapati tanah yang terbelah di ujung kedua kaki.

"Babay, Cahaya! Jazziel milik saya selamanya!" Atikah mengalungkan tangan ke pundak cowok itu. Sumpah demi apapun sepertinya Cahaya melihat mata Jazziel berubah merah saga. Apa cowok itu terkena sihir? Kenapa dia hanya diam saja menyaksikan Cahaya dianiaya seperti ini?

"Jazziel! Mas Jazziel!"

Seiring menjauhnya kedua jagat yang terpisah, keberadaan Atikah dan Jazziel semakin kecil. Mereka terbang ke ufuk barat, meninggalkan Cahaya yang kesakitan.

"Jangan! Jangan ambil dia, Atikah!"

Gadis itu hendak berlari menyusul, tapi tubuhnya limbung di antara genangan air.

Blubuk! Blubuk! Blubuk!

Gelap.

Pengap.

Sakit.

"Dek!"

Aya gak bisa ngapa-ngapain.

BERBURU UKHTI JUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang