༘⋆🌷💭₊˚ෆ 6. ANAK CHANDRES

72 44 100
                                    

"Silahkan, Tuan." Seorang asisten mendekati Mochaka, memberinya sebundel berkas.

"Saya sudah merangkum silsilah keluarga Cahaya di sana, jika ada yang masih belum kamu pahami silahkan tanya."

Cowok itu lantas memeriksa runtuian data yang Aldwin sajikan. Dimulai dari gambar pohon keluarga sampai biodata para sepupu Cahaya yang menjadi sorotan paling utama.

Aldwin Chandres. Bunyi judul yang Mochaka baca di halaman 5.

Sebenarnya, dia sudah cukup kenal dengan Aldwin. Mereka bersahabat, kurang lebih sejak 10 tahun lalu. Namun, Mochaka baru tahu kalau Aldwin adalah Cucu paling pertama atau sama dengan sepupu paling tua bagi Cahaya.

Cowok berusia 32 tahun tersebut diketahui masih lajang. Memiliki postur badan seperti raksasa. Tinggi hampir 194 cm dan badannya kekar dengan otot basah yang sempurna. Aldwin menaruh foto dirinya yang belum memelihara janggut dan kumis, sehingga penampakkannya di laporan ini kelihatan sangat muda. Sedikit berbeda dengan penampilannya sekarang yang mengesankan pesona pria matang.

Sebagai tambahan, Aldwin menyertakan riwayat pekerjaannya. Dia sudah mengabdi untuk ayah Mochaka selama bertahun-tahun, dan kali ini dia meraih posisi tinggi di perusahaan minuman sari buah.

"Ettan Chandres," ujar Mochaka menginterupsi.

"Ya?"

"Dia adikmu yang dulu pernah menjitak saya?" tanya Mochaka ujug-ujug teringat kenangan masa lalu saat dirinya bermain ke rumah Aldwin. Waktu itu mereka masih sama-sama belasan tahun, adiknya Aldwin yang kini berambut gondrong, sangat barbar. Seingat Mochaka, Ettan tidak suka dengan bocah laki-laki karena dia sangat menginginkan adik perempuan.

"Benar. Dia seperti anjing gila yang menyamarkan diri sebagai kutu buku sejati, tapi dia tidak nerd. Kamu tahu ambisinya seperti apa? Saya saja seringkali kelimpungan untuk mengendalikan tabiat serampangannya."

"Saya akan sedikit kesulitan bukan?" Mochaka mengerti. "Dia pasti sangat menyayangi Cahaya."

"Bukan main!" Aldwin membenarkan. "Dia yang paling menempel pada Cahaya."

Mochaka kembali menelaah biodata Ettan Chandres. Di sana disebutkan kalau cowok itu juga masih lajang di usia yang ke 25 tahun. Dia memelihara iguana bernama Coco Chans. Ciri fisik Ettan bertato naga di bagian lengan kiri dan selalu memakai jedai unik untuk mengikat rambut.

"Bouzid Chandres." Mochaka mengeja antusias. "Saya tahu dia gen z paling jenius. Raja dolar!"

Aldwin tertawa mendengarnya. "Saya pikir dia kloningan Eugene Harold Krabs, suka sekali uang."

Memang benar, cowok berusia 21 tahun itu terkenal sebagai mesin cuan. Selain sangat aktif di aplikasi TikTok sebagai penjual produk, dia juga merangkap profesi sebagai streamer di aplikasi lain. Orang-orang mungkin akan heran bukan kepalang, pasalnya nama Bouzid ada di setiap platform. Apalagi kalau mengklik tautan di profil Instagramnya, siapa pun akan kaget dengan rentetan akun yang dia punya. Belakangan Bouzid mulai mengepakkan sayap ke aplikasi Lemon8, padahal sebelumnya dia baru saja menggaet jutaan pelanggan di YouTube short. Tidak hanya sampai situ, Bouzid juga membuka peluang di trakteer id sebagai kreator yang menyajikan referensi style fashion untuk laki-laki. Pokoknya, dia itu pemuda sibuk dan kreatif. Pundi-pundi rupiah mengalir ke rekeningnya kendati cowok itu sedang tidur sekali pun.

"Kalau tidak salah, Daddy tertarik dengan bocah ini."

Aldwin menimpal dalam hati. Bocah? Kenapa Mochaka sok tua sekali? Bukannya mereka hanya selisih 1 tahunan?

"Dia sedang mempertimbangkan untuk merekrut Bouzid," terang Mochaka sembari melihat foto cowok tampan yang memiliki tompel besar di hidungnya. "Untuk proyek baru."

"Terima kasih, sila siapkan segunung koper emas," sambut Aldwin sarkas. "Saya berani sumpah, dia akan menjadi anjing yang penurut."

"Tapi ngomong-ngomong, dia tidak berbahaya untuk saya?" tanya Mochaka selidik.

"Dia hanya obsesi dengan uang."

"Hm, baiklah. Sekarang kita lihat ... oh Harjun Chandres."

Aldwin beringsut. "Jangan hiraukan dia, Junjun masih SMA. Dia tidak akan mampu menghambatmu."

Mochaka setuju. Lagipula dari mukanya saja ketahuan kalau anak bermata sayu ini masih terlalu polos.

"Masih kelas 1 SMA, ya?" tanya Mochaka basa-basi.

Aldwin merengut atas sikap cowok itu. "Apa dia menarik daddy-mu juga?"

Mochaka tergelak. "Apakah kamu ingin Daddy menjadi pengasuh anak Chandres?"

Aldwin balas menyeringai. "Dia juga ingin jadi penyanyi, siapa tahu daddy-mu ingin mencetak Jaguar junior."

Mochaka tersenyum hangat. "Jangan merenggut masa mudanya, biarkan dia menikmati hidup dulu sebelum terjerat kegelapan dunia dewasa."

Aldwin seiya sekata dengan Mochaka. Dia memutuskan kembali diam.

"Oh well!" Tapi kemudian dia teringat pada orang yang barusan dia sebut. "Jaguar, bagaimana kelanjutannya? Saya dengar kalian dihadang gengnya Ozias. Apakah dia akan selamat?"

Mochaka mengatupkan lembaran kertas yang dipegangnya. "Atas dasar apa kita bisa meragukan Jaguar? Dia itu murid terbaik di Cogan Alam Security Academy. Sejak berdirinya, hanya ada segelintir murid yang mendapat gelar Saéhu* dari Daddy. Jaguar mendapatkannya, bahkan di saat saya hanya meraih posisi Maur. Aldwin, kamu lupa, sebelum jadi biduan dia pernah menjadi pengawal pribadi keluarga Asep!"

Aldwin mengangguk. "Memang benar, Jaguar adalah jenawi kesayangan Daddy-mu, tapi melawan orang sebanyak itu ... agaknya ...."

Mochaka terkekeh geli. "Justru saya lebih khawatir pada gengnya Ozias. Mereka terlalu banyak membawa peralatan. Itu sangat menguntungkan bagi Jaguar. Saya benar-benar tidak bisa membayangkan karya apa saja yang akan dia hasilkan melalui keterampilan eskrimanya."

Ingatan Mochaka langsung terlontar ke kejadian tadi sebelum dia meninggalkan Jaguar. Cowok itu memang sangat berbahaya. Baru mulai saja dia sudah mengelabui musuh dengan memasang kuda-kuda petinju, akan tetapi yang menjadi pembuka untuk perang tersebut justru spinning side kick taekwondo.

Prang!

Senjata yang jatuh dari tangan musuh, berarti satu kuas gratis untuk Jaguar.

"Mematikan," ringis Mochaka ngeri, "semoga tidak ada korban jiwa, nanti."

Aldwin termenung dalam pikiran bercabangnya. Dia juga tahu bahwa Jaguar sangat bisa diandalkan, namun di sisi lain Aldwin ingin Jaguar menyisakan Ozias. Dia merasa harus memberi pelajaran dulu untuk bajingan itu karena telah berani mengusik Cahaya.

"Jangan khawatir, Aldwin. Saya akan segera menghukum Ozias." Seolah bisa membaca pikirannya, Mochaka memberitahu. "Enak saja, dia mau membidik buruan saya juga?"

Mochaka menggigit kuku telunjuknya sambil menengok ke arah lantai. "Tidak boleh, saya paling tidak bisa memaafkan jika ada hama yang beterbangan di sekitar bunga yang saya incar."

•─────── bersambung .... ❀:ཻུ۪۪⸙͎╯

BERBURU UKHTI JUDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang