tiga

24 0 0
                                    


Di pagi hari, matahari cerah, sinar matahari hangat dan tidak menyengat . Burung-burung terus berkicau, dan angin sepoi-sepoi sejuk. Daun tanaman tertutup tetesan embun. Tingkat polusi suara pada pagi hari lebih sedikit dibandingkan waktu-waktu lainnya.

Setelah memakai seragam lengkap aku pun keluar dari kamar mandi.

Aku sedang menunggu ema sedangkan ranti dan ana mereka berangkat lebih dulu karena ada piket kelas.

By; pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

By; pinterest.

Anggap aja lagi nyender di tembok.

Sudah satu minggu aku berada di pondok pesantren ini dan sekarang waktu nya aku masuk ke jenjang SMA.

Yahh sebenar nya dulu aku tidak bodoh dalam hal akademik dan non akademik tapi bodoh dalam hal etika.

" Tungguin ema ya kenanga "

" Iya cepetan yaa " Jawab ku.

Mengulang semua nya dari pendidikan ,semua nya mungkin akan berbeda nanti, dulu aku berada di SMA swasta yang cukup hits dengan banyak nya pembullyan dan guru guru yang makan gaji buta.

Mereka? Hanya mengajar kan apa yang ada di buku paket bukan yang nama nya ppertemanan, solidaritas,sosialisasi,dan tata krama.

Mereka hanya bisa mencela saat kami salah bukan nya mendidik untuk menghindari itu semua.

Bukan nya aku menjelekkan guru tapi bukan kebanyakan tapi ada guru yang seperti itu melupakan tanggung jawab dan memilih memamerkan status dan muka.

Dulu aku bukan pembully tapi salah satu pentolan sekolah ya bisa di bilang bad girl.

Dan sekarang aku berada di sekolah yang faktor pendukung utama nya adalah agama ya mau tidak mau sulit ataupun tidak aku harus lebih berusaha menjadi cewek alim dan feminim walau kadang sifat bar bar ku sedikit muncul.

Aku melihat arloji hitam di tangan kiri ku waktu masuk sedikit lama tapi masih banyak yang mengantri kenapa ema tidak ke luar.

Dia sudah menghabis kan waktu lima belas menit.

Aku pun mulai masuk ke area kamar mandi dan di sana yah kejadian yang sangat amat biasa di lakukan yaitu pertengkaran.

Ema yang tengah di sudut kan oleh segerombolan santriwati senior.

Emosi ku mulai tersulut saat salah satu kakak kelas mendorong kepala ema hingga terhuyung dua langkah.

Aku tak bisa sembrono dengan ikut campur, aku tidak mau kami yang malah kena imbas nya mau merekam tapi aku tidak punya handphone lalu dengan apa.

" Yah bisa juga " Aku menatap penuh minat kepada kotak sampah kecil yang sudah penuh di samping ku.

Tinggal ku lempar dan sembunyi juga sedikit akting walau sedikit berisiko aku harus sedikit hati hati supaya tak mengenai ema.

Asmaradana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang