empat

21 0 0
                                    


Note : assalamualaikum semua kalau ada sekiranya salah kata saya ucapkan mohon maaf ya.

Tandai kalau typo.

Up malem sama pagi.

" sampean gak iso ngono mbak enek bukti nggak konco ku ganggu sampean " Ranti menarik ana yang sudah mulai tersulut emosi.

Ema memeluk lengan ku, aku menghela nafas ya mau gimana lagi semua perbuatan sudah ada resiko nya.

" Aku nggak ada urusan sama kamu ya na, urusan ku sama anak gak tau adab ini " Ucap zizah sambil menunjuk ku, ema mengeratkan pelukan nya pada lengan ku seperti nya anak itu takut dengan zizah.

Otak ku mulai menyusun rencana, dia pasti punya benteng kuat bila berani melakukan perundungan seperti ini.

Sedangkan aku tidak ada wali kelas kami ,tidak ada ummi, dan abah juga tidak ada, aku harus bermain perlahan.

Bila tidak habis kami nanti.

" Minggir kowe " Dua cecunguk zizah mendorong ema hingga pelukan nya terlepas.

Mereka menahan Ranti, ana, dan ema tidak ada yang bisa menolong kami karena kami ada di taman belakang yang terkenal sepi dan angker.

" Pripun mbak " Tanya ku dengan senyuman yang terpatri. Zizah tersenyum sinis ia membelai pipi ku " Cah anyar koyo kowe gak usah kemaki "

Aku masih menahan senyum ku walau tubuh ku terhuyung akan dorongan nya, aku mengucapkan istighfar dalam hati sebanyak mungkin agar tidak khilaf menghantam kepala nya dengan balok kayu di belakang ku ini.

" Cah sok ayu koyok ngono emang pantes di beri pelajaran mbak " Ucap teman zizah.

" Meneng cangkem mu " Sembur Ranti langsung.

Aku mundur saat zizah mulai maju perasaan ku tidak enak aku melihat sekitar dengan awas, yah ada salah satu santri yang akan datang kemari melihat gerak gerik zizah seperti nya dia akan memfitnah ku.

Sebelum itu.

Aku membuat seolah olah zizah mendorong ku dengan keras ke arah danau tak lupa kaki ku ini memberi sedikit pelajaran ke mulut zizah hingga bibir nya pecah.

Aku pun masuk ke danau dengan keras, karena terkejut aku sampai lupa cara nya berenang.

" Yaalah mosok yo mati neh " Lirih ku.

" KENANGAAA" Teriak Ranti, ana dan ema.

Saat dada ini mulai sesak dan hidung terasa perih seperti ada yang menarik tangan ku tapi naas aku terlanjur pingsan.

Aku tak bisa melihat wajah nya.

Samar samar aku melihat wajah khawatir itu.

Siapa dia kenapa rasanya aku mengenal nya, apakah dia pernah bertemu dengan ku.

_______

" Kenanga kamu udah sadar nduk yaallah alhamdulillah ya gusti " Aku terbangun melihat wajah ustadzah fatimah dan ummi.

Hati ku lega ku pikir aku akan kembali ke kehidupan ku yang dulu, ternyata aku masih tetap berada di sini.

Emm kehidupan ku yang dulu atau gambaran masa depan semua itu masih terlihat buram belum terjangkau otak ku.

Ummi membantuku duduk di ranjang, ku tebak ini pasti salah satu kamar yang berada di ndalem dengan bantuan bantal yang mengganjal punggung ku aku pun duduk.

" Ummi sama ustadzah kapan pulang nya " Tanya ku.

Ummi memeluk ku sebentar lalu memegang pundak ku " Ummi abah sama ustadzah langsung pulang setelah tahu kamu ke cebur danau udah gak usah banyak omong sekarang makan ya soal nya kamu belum makan dari kemarin "

Aku tersedak air liur ku sendiri, aku melihat sekitar yang masih gelap ku pikir aku hanya pingsan empat jam an saja nyatanya ohoo.

Ustadzah datang membawa sepiring nasi dan satu gelas air, ia duduk di sebelah ku mulai menyuapi ku " Ayo makan dulu Bismilah "

" Ummi mau nemuin abah dulu ya assalamualaikum "

" Walaikumsalam " Jawab kami.

Setelah sekitar lima menit terdiam aku sedikit terusik dengan pertanyaan di fikiran ku " Ustadzah kalau boleh tahu siapa yang narik kenanga pas tenggelam "

Ustadzah fatimah terkekeh malah membalikan pertanyaan " Ehh kamu lihat wajah nya ya " Tanya nya dengan wajah jahil.

Aku menggeleng jangan kan wajah nya aku aja keburu pingsan mana nyawa rasa nya udah pas pasan.

" Dia gus ezra Karel al falah " Aku pun mengangguk mengingat ingat apakah aku pernah bertemu dengan nya mendengar nama nya sedikit familiar.

" Sayang nya dia udah pulang kamu tau nggak ustadzah nge fans sama dia dia itu adik junior ustadzah masih muda masih sembilan belas tahun, tapi masyaallah sekali " Aku mengangguk masih terasa aneh di hati dan fikiran ku.

" Alhamdulillah kenanga sekarang udah makan " Aku menatap ustadzah sifat nya yang hangat hingga tak sadar bila aku sudah sangat akrab dengan nya " Makasih ustadzah fatimah "

Ustadzah fatimah tersenyum " Sama temen temen dulu ya ustadzah mau nyusul ummi "

Aku mengangguk tak lama Ranti, ana dan ema masuk kedalam kamar.

Mereka berlari menerjang ku dengan sebuah pelukan, aku terkekeh mereka ini lucu sekali aku seperti mempunyai tiga adik kembar.

" Yaampun kamu oke kan "

" Ema sedih tauuu"

" Kalau kamu kenapa napa tak karat leher mereka semua "

Aku tersenyum kepala ku terasa pening dengan kata kata mereka yang berbarengan.

Tarik nafas dalam dalam keluarkan.

Aku melepaskan dekapan mereka menatap mata mereka satu persatu " Diem aku okey aman gak luka masih hidup masih bernafas dan gak usah teriak teriak "

Mereka mengangguk bersamaan aku mulai menyandarkan punggung ku lagi, rasa nya badan ku masih sedikit lemas.

Ranti sedikit terkekeh gadis itu mencolek pipi ku " Aduh aduh anak gadis beruntung banget bisa di peluk gus ezra "

Ana dan ema sontak tertawa mereka seperti sedang menjahili ku " Uuhh mana di gendong lagi aaaaa so sweettt "

Aku mulai menatap mereka datar, apa apaan mereka ini " Apasih, " Jengkel ku.

Ana menatap ku " Kamu belum haid kan " Tanya nya.

" Belum"

" Alhamdulillah arti nya kamu masih anak anak, jadi kamu gak dosa bersentuhan dengan laki laki yang bukan mahram kamu "

Aku mengangguk angguk, ema memegang tangan ku dari raut wajahnya yang antusias ku tebak ada sesuatu yang seru " Kenanga tau nggak kalau mbak zizah sekarang lagi di sidang "

Alhamdulillah sujud syukur kalau anak tengik itu di depak dari pondok pesantren.

" Di sidang?, "tanya ku.

Ema mengangguk dengan antusias " Tadi gus ezra nyuruh salah satu mbak ndalem buat panggil mbak zizah , terus nggak lama umi sama abah sama ustadzah dateng kayak nya di panggil sama gus ezra deh"

" Tapi sayang nya gus ezra ada kajian terus pulang deh " Aku mengangguk.

Ternyata gus gus itu bukan berasal dari pondok pesantren ini, fikiran ku teralihkan mengingat pada saat aku tenggelam wajah itu tangan itu aku seperti pernah melihat nya.

Asmaradana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang