lima

16 0 0
                                    

The raindrops on my windowpane are like the fragments of my broken heart, falling with a melancholy rhythm." (Butiran hujan di jendelaku seperti pecahan hatiku yang hancur, jatuh dengan irama melankolis.)

Angin berhembus kencang, suasana di jogja benar benar mencengkam hujan deras mengguyur dengan hebat nya guntur berkumandang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin berhembus kencang, suasana di jogja benar benar mencengkam hujan deras mengguyur dengan hebat nya guntur berkumandang.

Badai ini sudah terjadi dari isya dan sekarang sudah subuh badai juga belum reda.

Aku sudah siap dengan sajadah di pundak kiri ku, niat hati ingin pergi ke mushola malah semua santri Wati terjebak di asrama.

Memandang jenuh hujan aku pun menguap entah lah rasa kantuk ku kembali menyerang.

" Ishh ini kok gak reda reda sih " Kesal ku.

" Jangan begitu kenanga, hujan itu anugrah itu arti nya pintu langit sedang di buka hingga hujan turun untuk menyuburkan bumi. " Ucap ustadzah fatimah.

Kami tersenyum senang melihat ustadzah fatimah yang berdiri di ambang pintu.

" Ustadzah tapi kan hujan nya menghalangi kita untuk ke masjid "

Ustadzah fatimah menggeleng kan kepala nya mencubit pipi ema dengan gemas " Ema sayang bukan nya menghalangi tapi kalian aja yang kurang perjuangan kan bisa pake payung yakan anak murid ustadzah ter sayang"

Kami tertawa canggung benar juga ya.

Akhir nya kami pergi ke masjid bersama sama dengan payung di tangan masing masing.

Aku mengangkat abaya ku sampai ke mata kaki takut bila ia akan basah karena air yang menggenang di mana mana.

JDEAAARRR

" Allahumma sholi alaa syaidina muhammad " Latah ku.

Sontak ana, ranti, ema dan ustadzah tertawa melihat tingkah ku.

Kami sudah sampai di mushola aku sempat saling lirik dengan zizah hingga aku memutuskan pandangan dengan acuh tak acuh.

Aku masih sedikit jengkel dengan nya.

Jengkel yang tak berujung karena dia tak melukai ku aku yang melukai nya.

Sebenernya jengkel aja sama dia gak ada alasan, jengkel pandangan pertama.

Aku duduk di atas sajadah menunggu ema ranti ana yang sedang mengambil air whudu sedangkan ustadzah pergi menemui teman teman nya.

Ranti ana dan ema sudah kembali mereka duduk di samping ku posisi nya aku di tengah.

Di depan sana ada rombongan zizah, kami pun berdiri karena sholat sudah mau di mulai.

" Eittt buset nikmat mana yang kau dustakan yaampun gus ezra makin tampan " Aku melihat kedepan, pemuda yang memakai kemeja hitam di gulung sampai siku sarung abu abu sajadah di pundak kiri nya berjalan sekilas menghampiri abah.

By Pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

By Pinterest.

Tak berselang lama kami pun melaksanakan sholat subuh, setelah selesai aku melepas mukena ku melipat nya membenarkan abaya juga kerudung ku yang berwarna putih.

Abaya biru muda dan kerudung putih aku bangga dengan gaya pakaian ku sendiri.

" Hari ini setor hafalan ya " Aku mengangguk menjawab pertanyaan Ranti, aku dan ema berjalan ke arah tumpukan Alquran yang ter tata rapih di rak.

Di belakang ku ada ana dan Ranti yang sedang membicarakan gus ezra.

Aku tak terlalu melihat nya karena tadi aku sedang menunduk aku hanya melihat punggung nya sekilas.

Banyak pasang mata yang melihat ke arah kami aku hanya berjalan santai acuh tak acuh, mengambil Alquran tiga dua nya untuk Ranti dan ana sedangkan ema dia sudah mengambil sendiri.

" Makasih kenanga sayang " Aku hanya menggeleng kan kepala nya lama kelamaan mereka berdua ini terjangkit virus absurd ema.

Kami kembali duduk di tempat semula, mulai menghafal ayat ayat yang belum kami hafal.

Tes..

Tes...

Hijab ku basah air menetas melewati pipi dan dagu, ku cium aroma nya ku tebak itu air teh.

Kepala ku terasa panas, cairan itu membasahi hijab dan abaya ku.

" Ah maaf gak sengaja, sepurane yo kenanga " Suara itu terdengar menghina di telinga ku,Aku menunduk mencengkeram erat abaya ku.

Melihat tatapan nya, aku tersenyum kecil " Mbak ,mbak, " Panggil ku.

Dengan emosi menggebu aku memukul nampan itu dari bawah hingga gelas nya berhamburan, menyiram zizah dengan keras.

Aku berdiri menggendong Alquran, " Mundur " Titah ku dingin.

Ana Ranti dan ema berjalan mundur ke belakang.

Kami jadi pusat perhatian, ustadzah ustad ummi abah datang menghampiri kami.

Zizah masih terkejut teh panas itu tumpah ke wajah nya. Aku menatap nyalang, memberikan Alquran itu ke ana.

Lalu berjalan mendekati zizah mengangkat wajah nya dengan jari yang berada di dagu.

Saat wajah itu tepat menghadap wajah ku aku tersenyum " Gak usah kemaki nduk, rai mu saiki iso tak kampleng I "

" K - kowe"

Aku terkekeh sinis memebelai pipi tirus tersebut manik ku menatap lurus netra kelam nya.

" Raimu ki ayu sayang atimu bosok" Aku tertawa seolah-olah ini ada hal yang sungguh lucu.

Tangan zizah terangkat ingin menampar ku, tapi sebuah tangan menahan nya.

" Mandek!! " Bentak abah.

Ranti menarik ku ke belakang, aku belum meluntur kan senyuman ku.

Masih menatap zizah yang tangan nya masih di tahan oleh abah.

" Kalian berdua ikut kami ke ndalem " Perintah ummi tegas.

Tak ada raut kelembutan di wajah nya, ustadzah fatimah menatap ku sebentar sebelum mereka semua pergi menyisakan kami.

Ema memeluk lengan ku " Ayo ganti baju, gak ada yang luka kan kenanga " Aku menggeleng.

" Gapapa ayo gak usah takut yang salah tadi jelas jelas mbak zizah kita bisa bantu jelasin nanti "

Aku tidak takut namun sedang menyusun rencana, tidak ada kata selesai dan ampun sebelum dia memohon ampun dia bisa membully aku juga bisa lebih kejam dari nya.

Lihat akting siapa yang akan menang.

Seringai itu terpampang cantik.

Jangan mencari kenanga yang dulu cukup nikmati kenanga yang sekarang.

Aku melihat sekeliling bagai ada yang menatap nya dengan intens, tapi sudahlah.

Asmaradana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang