WTK - 13

67 5 4
                                    

"Nih teh hangat buat kamu," ucap Tara memberikan segelas teh hangat kepada kekasihnya.

Manda menerima gelas dari Tara, lalu meminumnya perlahan. Setelah itu, Manda meletakkan gelas itu di meja.

"Makasih, ya, buat teh hangatnya."

Tara mengelus rambut kekasihnya. "Sama-sama, Sayang."

Saat ini, murid kelas sebelas sedang istirahat di gazebo, setelah dua jam berkeliling museum, dan tidak lupa mencatat tugas yang sudah diberikan kepada wali kelas masing-masing. Tidak hanya mereka, melainkan semua murid kelas sebelas.

Pak Rano dan beberapa guru datang sambil membawa kresek merah besar yang isinya kotak makanan siang. Wali kelas masing-masing memberikan kotak makan siang kepada anak didiknya. Sekolah memang sudah menyediakan makan siang untuk semua murid.

"Habis makan siang, kita langsung pulang. Sebelum pulang, dicek kembali barang bawaan kalian," pesan Pak Rano.

"Baik, Pak!" jawab mereka serentak.

Maura turun dari gazebo, berniat pergi ke kamar mandi. Maura sudah kebelet dari tadi, tapi ia tahan karena masih study tour. Maura ini tipe orang yang tidak ingin ketinggalan pelajaran atau semacamnya.

Setelah menyelesaikan urusannya, Maura berniat kembali ke gazebo untuk melanjutkan makan siangnya. Namun, perempuan cantik berambut panjang menghentikan langkahnya ketika mendengar suara familiar di luar kamar mandi. Karena Maura, orangnya kepo, ia memberanikan diri mengintip siapa yang berbicara.

"Nggak, gue nggak mau ngelakuin perintah lo! Gue nggak mau mengotori tangan gue buat bunuh orang!" tegas orang berambut hitam pekat.

Orang yang diajaknya berbicara mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya dan mengarahkan ke leher orang berambut hitam itu, membuat sang empu dan Maura terkejut.

"Kalau lo nggak mau ngelakuin perintah dari gue, gue bakal bunuh lo, seperti gue yang bunuh Monna dan Yena," ancam orang itu.

Maura menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan orang itu. Maura baru mengetahui siapa dalang dibalik kematian kedua temannya. Maura mengeluarkan ponsel, membuka kamera, dan merekam pembicaraan mereka. Maura melakukan itu karena ingin menyerahkan rekaman ini ke kepolisian, agar bisa ditindaklanjuti. Maura tidak ingin ada korban selanjutnya. Cukup Monna dan Yena saja.

"Gue nggak akan pernah bunuh orang!" teriak orang berambut hitam pekat itu.

Orang berambut blonde mencekik lehernya menggunakan tangan kiri, karena tangan kanan, ia gunakan untuk memegang pisau. Ada raut kemarahan di manik mata orang itu.

"Hani, Hani. Pikirin tawaran dari gue. Kalau lo bisa bunuh mereka, gue bakal lepasin lo dan nggak akan pernah nyakitin pacar kesayangan lo itu. Hanya lo yang dekat sama mereka," ujar orang itu dengan senyuman mengerikan sembari mengeratkan cekikannya.

"Bangsat, lo ..." lirih Hani.

Klak!

Maura tidak sengaja menginjak ranting di dekatnya, membuat dua orang yang sedang berbicara mengalihkan perhatiannya ke sumber suara.

"Sial," gumam Maura. Maura mematikan ponselnya, lalu meninggalkan lokasi sebelum mereka mengetahui keberadaannya.

Orang berambut blonde tidak ada niatan untuk mengejar Maura, karena ia sudah mengetahui jika itu Maura, terlihat dari bentuk tubuhnya. Ia tersenyum miring, seolah tengah merencanakan sesuatu. Orang itu bergegas pergi dari tempat ini dan ikut berkumpul dengan teman-temannya di gazebo.

Hani dapat bernapas lega setelah orang itu pergi. Cekikannya cukup kuat dan hampir ia tidak bisa bernapas. Beruntungnya ada Maura yang datang, tapi Hani takut jika target pelakunya adalah Maura.

[✔️] Who's The Killer? | Sunghoon - WonyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang