WTK - 15 [end]

116 3 6
                                    

"Si—apa lo?" tanya Maura sambil memundurkan langkahnya, ketika seseorang berpakaian serba hitam berjalan mendekat ke arahnya.

Orang itu tersenyum dibalik maskernya. "Lo nggak perlu tau siapa gue. Yang jelas, lo harus mati! Lo udah buat gue sengsara!"

Maura semakin ketakutan dengan orang itu, hingga punggungnya menabrak dinding. Tidak ada celah untuknya pergi. Perempuan yang hanya mengenakan celana di atas lutut dan tanktop putih dengan dipadukan kardigan merah, seperti mengenal suara siapa orang yang ada di depannya. Posisi mereka saat ini di gang sempit, jauh dari keramaian.

"Gue salah apa sama lo?! Gue nggak kenal lo! Pergi!" teriak Maura, berharap ada orang lain yang mendengar teriakannya. Hal itu disadari oleh orang yang ada di depannya.

"Percuma lo teriak, karena tempat ini jauh dari keramaian. Malam ini, lo bakal mati di tangan gue, Maura." Orang itu mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. Sebuah pisau daging yang baru saja dirinya beli, sebelum ia menemui Maura.

"Lo mau tau apa salah lo. Lo udah buat hidup gue sengsara dan buat mental gue down. Lo udah rundung gue, baik fisik atau ucapan! Lo emang pantes mati!" teriak orang itu sembari mengarahkan pisaunya ke leher Maura.

Deg!

"Re—a? Apa bener itu lo?" tanya Maura ketika ia ingat siapa yang pernah ia rundung.

Orang itu membuka maskernya dan membuat Maura terkejut."Ya, gue Rea, korban perundungan lo dan temen-temen lo, Monna dan Yena! Kaget lo sama gue?"

Maura ingat apa yang telah dirinya dan teman-temannya perbuat kepada Rea. Mereka sering merundung Rea, bahkan menyiram wajahnya menggunakan bekas pel-pelan. Maura tidak menyangka orang lemah yang ia rundung adalah pelaku dibalik kematian Yena dan Monna.

"Gue minta maaf sama lo, Rea. Gue nyesel. Lepasin gue ..." lirih Maura.

Rea tertawa sarkas. "Gue, lepasin lo. Nggak akan pernah. Lo udah buat gue sengsara dan takut sama orang baru. Itu semua karena lo, Jalang!"

"Gue nggak akan pernah maafin lo. Lo dan teman-teman lo pantes mati! Lo emang jahat," lanjutnya.

"Gue—"

Jleb!

Rea menancapkan pisaunya ke bahu Maura, membuat Maura kesakitan. Napasnya tidak beraturan. Maura masih tidak percaya jika Rea adalah pelaku pembunuhan sebenarnya. Jujur, Maura menyesal karena sudah merundung Rea.

"Rea ... gue minta maaf ... gue dan temen-temen gue ... emang salah. Gue ... bakal tebus kesalahan gue ..." lirih Maura.

Rea tersenyum miring, mendengar perkataan Maura. Rea mengelus pipi perempuan itu dengan sensual, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Maura.

"Salah lo udah besar, Maura Sayang. Lo udah buat hidup gue hancur. Lo nggak tau, 'kan, kalau selama ini gue punya perasaan pribadi ke lo." Rea menarik napasnya. "Gue rela lakuin apa pun demi lo, walau harus dirundung sama lo. Gue suka sama lo, Maura!"

Deg!

"Mak—sud lo?" tanya Maura kaget dengan perkataan Rea.

Rea menjauhkan mulutnya dari telinga Maura. "Lo masih belum paham, ya, maksud gue. Yang jelas, gue suka lo, bukan sebagai temen, tapi layaknya sepasang kekasih. Gue ... belok, Ra."

"Lo udah ... gila. Gue masih ... normal ..." lirih Maura sembari menahan sakit di bahunya.

Rea menarik dagu Maura, memberi kecupan singkat di bibir. Hal itu membuat Maura muak dan merasa tidak ada harga dirinya.

"Tapi itu dulu ... sebelum kelakuan lo dan temen-temen lo keterlaluan, seperti lo fitnah gue di depan umum. Kalian bilang kalau gue pelacur!" teriak Rea.

[✔️] Who's The Killer? | Sunghoon - WonyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang