Marni 6 - Some

1.9K 11 0
                                    

Marni mengambil uang jajan di dalam tas setelah berganti baju, lalu pergi jajan ke depan sekolah. Hanya ada tiga penjual dengan sepeda di sekolah Marni. Minuman, some dan es potong. Dua penjual lagi karena rumah mereka dekat dengan sekolah. Mereka menjajakan makanan kecil dan nasi bungkus. Teman laki-laki di kelas biasanya akan menyerbu nasi bungkus itu setelah bermain bola nanti. Marni membeli es potong dan berjalan menuju penjual some.

"Gangsal atus mawon Mas." Pinta Marni begitu dekat dengan penjual some. Marni tidak kenal penjual itu karena berasal dari desa lain. Hanya namanya saja yang Marni tahu karena sudah lama berjualan di sekolah.

Tanto, berkulit gelap dan bertubuh sedikit gemuk dan pendek untuk ukuran orang dewasa. Marni mungkin sampai lehernya. Perutnya tidak terlalu buncit, kepalanya botak licin tapi selalu pakai topi. Wajahnya bulat dan selalu tersenyum. Kumisnya tipis dan hidung mancung. Tangannya terlihat berotot walaupun sedikit gemuk. Semua orang desa selalu terbiasa bekerja keras dan kasar.

"Kok agi jajan saiki Dek?" Tanto bingung karena semua teman perempuan Marni sudah jajan sejak tadi. Semua siswa disana dipanggil Dek oleh Mas Tanto.

"Wau leren teng kelas Mas." Marni kembali curi-curi pandang ke selangkangan Pak Tanto.

"Ndelok nopo Dek?" Mas Tanto yang sedang mengambilkan some menangkap basah pandangan Marni ke selangkangannya. Marni hanya tersenyum malu karena ketahuan. "Nek some sing kui ra di dol Dek." Canda Mas Tanto sambil memberikan saus dan kecap ke dalam some Marni.

"Mboten enak barang nggih Mas?" Tanya Marni sedikit bercanda.

"Lha malah enak sing kui, nek gur some semene we raenek apa-apane." Mas Tanto bergurau agak sedikit kotor. Tentu saja dia tidak berharap anak SD akan paham candaannya itu.

"Nopo enggih Mas?" Marni sedikit bertanya konyol. Mas Tanto sedikit curiga, tapi masih belum percaya. Mungkin hanya sekedar basa-basi saja.

"Ra percoyo. Mbesuk nek wis gede yo ngerti rasane. " Cegat Mas Tanto. Karena candaan itu memang tidak sepatutnya dimengerti oleh Marni. Mas Tanto memberikan some, Marni memberikan uang pas.

"Angsal ngrasakke mboten Mas?" Tanya Marni sambil tersenyum manis.

"Ngrasakke opo? Someku sing kui?" Tanya Mas Tanto kaget setengah mati.

"Enggih Mas." Jawab Marni singkat dan jelas. Mas Tanto melihat sekeliling memastikan tidak ada orang yang mendengar percakapan mereka. Jantungnya berdetak kencang tidak percaya.

"Oleh wae, ning ojo neng kene ndak ngerti wong okeh." Bisik Mas Tanto terkejut setengah mati Marni paham candaannya, bahkan seperti sudah pernah melakukannya. Diapun menantang Marni.

Simak kelanjutan kisahnya di https://karyakarsa.com/kabut15/6-some

MarniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang