"Dek Raka!" Panggil Marni dari depan pintu.
"Kulo Mbak Marni." Mbak Sumi menjawab sambil membiarkan Raka merangkak mendekati Marni. Mas Eko hanya merokok sambil menikmati secangkir kopi, terlihat tidak peduli. Begitulah permainannya jika di depan istrinya. Padahal dadanya sudah bergemuruh pelan dan kontolnya juga berdenyut kecil mengingat hangat, licin dan nikmatnya remasan tempik perawan Marni. Begitu juga Marni, tidak sedetikpun melirik ke arah Mas Eko. Padahal gatal sekali tempiknya dari perjalanan pulang kemarin. Malam tadipun sulit tidur karena menginginkan kontol gemuk Mas Eko. Saat pergi ke sekolah, pikiran Marni menjadi sangat kotor. Selalu memperhatikan selangkangan bapak yang pergi mengantarkan anaknya sekolah. Membayangkan mereka telanjang dan bisa menikmati kontolnya. Apalagi bapak yang hanya menggunakan kolor dan dapat terlihat sekilas gundukan kontolnya. Tempik Marni basah membayangkan itu semua. Selama sekolahpun Pak Guru wali kelasnya tidak luput dari bayangan nafsu Marni. Apalagi penjual jajanan sekolah yang juga bapak-bapak separuh baya. Sambil membelipun marni curi-curi pandang ke arah selangkangannya. Marni terus membiarkan pikiran liarnya menjelajah hutan kenikmatan yang baru saja dia masuki.
Celana dalam Marni basah. Mas Eko yang berada di sampingnya itu benar-benar membuat Marni tidak bisa menahan nafsunya. Hampir sehari semalam orang itulah yang berada di benak Marni. Bau tubuhnya, deru nafasnya, getaran desahannya, basah keringatnya, hangat dekapannya, sodokan kontol gemuknya dan semburan pejuh di dalam tempiknya. Marni tetap luar biasa bisa menahan itu semua. Dia bahkan tidak melirik sedetikpun.
"Dek Raka melu Mbak Marni yo? Ibu rep ngumbahi." Raka hanya tersenyum manis di dekapan Marni. Mbak Sumi mengambil cucian seember besar ke dalam kamar lalu berjalan menuju kamar mandi di belakang rumah. Setelah pintu tertutup Marni langsung duduk di samping Mas Eko.
"Eehh . . . Ojo mbumbuh." Mas eko menyingkirkan tangan Marni dari selangkangannya.
"Nek Mbak Sumi ngumbahi kan sue Mas." Sergah Marni sambil memelorotkan celana Mas Eko. Langsung dilahapnya tanpa aba-aba.
Eengghh . . .
Mas Eko menahan desahannya. Lumatan Marni sudah sangat nikmat. Kontolnya ngaceng sempurna di dalam mulut Marni. Denyutan kontolnya semakin sering seirama dengan lumatan Marni yang semakin baik. Tangan kekarnya mencoba menerobos celana dalam Marni yang sudah basah. Jari-jari kasarnya sudah menerobos lubang kenikmatan Marni. Sebentar saja jarinya sudah basah kuyup. Marni sudah tidak tahan lagi. Dia bangun dan memelorotkan celana dalam hingga lutut, lalu menduduki kontol gemuk Mas Eko.
Aaahh . . . Ahhh . . .
Mereka mendesah bersamaan. Marni terus naik turun semakin cepat. Titik kenikmatannya diarahkan ke kepala kontol Mas Eko. Remasan tempik Marni semakin kuat. Kontol gemuk Mas Eko seperti diperas di dalam tempik Marni. Rupanya Marni sudah bisa memanjakan kontol di dalam tempiknya. Badan gemuk Mas Eko bangkit dari kursi tanpa melepas kontolnya dari tempik Marni. Langsung saja pinggangnya maju mundur memompa tempik Marni. Mereka menahan desahan bersamaan. Raka hanya bermain sendiri tanpa tahu apa yang mereka lakukan. Semakin lama sodokan kontol gemuk Mas Eko semakin cepat. Desahan mereka bersahutan merasakan kenikmatan masing-masing.
Serr . . . Serrr . . . Serr . . .
Cairan kenikmatan Marni langsung menyembur. Nafsu yang dia tahan hampir sehari semalam tumpah dengan kenikmatan yang luar biasa. Badannya terus bergetar, tempiknya masih dipompa Mas Eko yang juga ingin segera mencapai puncak kenikmatan.
"Marniii, jukukno sikat pakaian." Perintah Mbak Sumi langsung membuat mereka menyudahi aktivitasnya. Mas Eko mencabut kontolnya yang masih berdenyut terbakar nafsu dan duduk sambil menaikkan celananya. Marni menaikkan celana dalam dan mengambil sikat pakaian yang dimaksud Mbak Sumi. Lalu mengantarkan ke kamar mandi.