39 - Semak

1.4K 6 0
                                    

Ratih tidak keluar dari kamar sejak tadi. Dia tidak tidur tidak juga melakukan sesuatu. Hanya duduk di pojokan ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Pandangannya kosong dan hanya melamun. Pikirannya terus berkelana di dalam khayalan. Apa yang disaksikannya tadi siang membuat birahinya memuncak tanpa bisa dikontrol. Tempiknya terus berkedut becek dan sangat gatal. Dia menginginkan apa yang dilakukan bapaknya dan Dini tadi siang. Semakin dipikirkan birahi itu semakin meledak-ledak di dalam dada. Dia terus menghela napas penuh hasrat. Hanya bisa membayangkan tapi tak bisa melakukan. Sodokan kencang bapaknya dengan burung yang terlihat besar. Masuk ke dalam nunuk Dini yang entah bagaimana bisa melahap burung bapaknya yang besar. Suara rintihan mereka yang saling bersahutan terus terngiang-ngiang di kepala Ratih. Keplakan selangkangan bapak yang terus dibenturkan nunuk Dini terdengar seolah mereka masih melakukannya di depan Ratih saat ini. Terdengar begitu nyata dan membuat sesak dadanya dihimpit gairah. Kucuran nunuk Dini yang terlihat aneh. Tubuhnya bergetar hebat sambil merintih yang lebih membuat sesak dadanya. Diikuti dengan air kencing yang mengucur deras dari nunuknya. Kenapa Dini bisa terkencing-kencing seperti anak kecil begitu? Terlihat kelelahan dan aneh. Apakah rasanya sakit karena bapak terlalu cepat mengobok-obok nunuk Dini dengan burung besarnya? Tapi Dini tidak terlihat seperti orang yang kesakitan. Malah seperti orang yang kenakan. Walaupun tidak tahu tapi terlihatnya begitu. Kalau sakit pasti Dini tidak mau saat bapak mengajak begitu. Tapi kenyataannya Dini juga mau, malah seperti Dini juga menginginkan itu.

Ratih terus kepikiran itu. Apalagi saat meminta Pakdhe Budi untuk melakukan apa yang dilihatnya, kemarahan justru yang didapatkannya. Pakdhe Budi menolak tegas dan mengatakan itu hanya dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Dia kesal sekali. Padahal jelas-jelas Dini melakukan itu dengan bapak di depan matanya. Apa bedanya? Padahal justru bapak yang sangat ingin melakukan itu dengan Dini. Terlihat jelas saat Dini datang bapak langsung terlihat aneh. Begitu juga dengan Dini. Memang mereka sangat menginginkan itu. Kenapa Pakdhe Budi tidak seperti itu? Kenapa dia tidak mau dan sampai marah-marah seperti itu? Melakukan itu memang terlihat jorok dan sangat tidak sopan. Terlihat bagian celana dalam saja tergolong sesuatu yang jorok. Apalagi sampai telanjang dan memasukkan burung ke situ. Memang sangat jorok kelihatannya, tapi Ratih sangat penasaran. Dia menginginkan itu lebih dari apapun. Hanya itulah yang ada di pikirannya saat ini. Dia tidak ingin hal yang lain. Begitu Pakdhe Budi menawarkan hal lain sebagai hadiahnya Ratih tak bergeming. Dia siap marah hingga keinginannya terpenuhi. Tentu saja Dia orang yang sangat egois dan keras kepala.

Sudah tak terhitung lagi kedua orang tuanya menyuruhnya untuk mandi dan makan. Dia tetap tak beranjak dari tempat tidur sedikitpun. Kedua orang tuanya datang dari sawah dan langsung mengurusi sapi dan kambing di samping rumah. Ratih mendengar kedatangan mereka dan suara aktivitas di sekitar kandang. Suara kambing dan sapi yang mendadak berhenti setelah mereka memberikan rumput terdengar jelas. Karena kamar Ratih dekat dengan kandang kambing dan sapi. Ibunya datang dan menyuruhnya mandi masih dengan baju dari sawah yang terlihat kotor. Wajahnya memancarkan kelelahan yang wajar. Walaupun usahanya masih sia-sia Dia kembali beberapa saat kemudian setelah mandi. Ratih masih tak mempedulikannya. Mereka terus membicarakan sikap Ratih sejak tadi siang. Di rumah, sawah dan sampai sekarang. Bapaknya datang beberapa saat kemudian. Sudah mandi dan berganti baju. Aroma sabun mandi memenuhi kamar Ratih. Ratih juga tak mendengarnya. Masih diam membisu dengan tatapan kosong yang tak banyak bergerak. Bapak Ratih kembali ke dapur menyaksikan istrinya memasak sambil meminum kopi melepas lelah. Pikirannya tak berhenti ke sana kemari. Hanya Ratih yang ada di sana. Tidak ada hal yang lain.

***

Aahhhh aahhhh aahhhh eeengghh eengghh eengghh

Desahan Yuni begitu kencang tak tertahankan. Tempiknya disumpal penuh oleh kontol gemuk Gino dari belakang. Sodokan pinggul Gino membuat tempiknya tak berhenti berkedut kencang. Apalagi kontol gemuk Gino terus menghantam titik birahinya tanpa ampun.

Simak di https://karyakarsa.com/kabut15/39-semak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MarniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang