(1)

1.6K 103 0
                                    

Berlari di tengah kegelapan malam bersama bintang dan rembulan. Genangan air yang tertinggal setelah hujan deras terciprat karena terinjak menimbulkan suara yang membingungkan. Seorang gadis dengan penampilan kacau merupakan pelakunya. Gadis itu ialah Zaira yang berhasil meloloskan diri dari beberapa orang yang sempat menculiknya. Pikirannya kacau, andai saja kemarin dia tidak menerima ajakan Geron untuk kencan buta, andai dia tidak ke toilet di tengah acara makan bersama, andai dia punya kekuatan untuk melawan atau sekedar berteriak memanggil sang kekasih. Mungkin dia tidak akan berakhir seperti ini.

Tidak, dia sudah berhasil melarikan diri jadi lebih baik fokus mencari bantuan meski jalanan yang dilewati sepi karena jauh dari pemukiman, tai siapa tau ada orang baik yang kebetulan lewat dan memberinya bantuan kan? Dari kejauhan dia melihat cahaya kendaraan yang mendekat. Sedikit takut dan waspada karena takut kendaraan itu milik orang yang menculiknya.

"ZAIRA!"

Zaira mematung, tidak kembali berlari setelah mendengar teriakan itu. Matanya yang bengkak kembali memanas dengan batu yang bergetar. Kendaraan yang berupa motor berhenti tepat di samping Zaira dan si pengendara langsung turun seraya melepaskan helm nya. Dia menjatuhkan helm begitu saja lalu memeluk Zaira erat, membuat isakan itu berubah menjadi raungan.

"Za sorry, gue telat nemuin lo."

Zaira tidak membalas, gadis itu sibuk menangis meluapkan ketakutannya di pelukan sang kekasih. Yap, pria itu Geron. Pria yang dua hari ini tidak tenang mencari keberadaan sang kekasih. Geron membiarkan Zaira menangis sembari mengusap kepala gadis itu sementara tatapannya menatap lurus ke semakin belukar yang mana terdapat tiga orang. Dua pria berpakaian serba hitam dan satu remaja mungil yang sekarat dengan banyak luka lebam di tubuhnya.

"Sudah tenang?" Geron bertanya setelah tangisan Zaira tidak lagi terdengar. Zaira tidak menjauhkan wajahnya dari dada bidang Geron dan hanya memberi anggukan sebagai jawaban singkat.

"Ya sudah, sebaiknya kita pulang. Keluarga kamu pasti senang melihat kamu baik baik saja." Lagi, Zaira hanya mengangguk tana mengeluarkan sepatah kata. Setelahnya kedua sejoli itu pergi meninggalkan lokasi begitu juga dengan dua pria berpakaian hitam yang pergi meninggalkan si remaja yang sudah kehilangan nyawanya.

Setelah kejadian itu Zaira mengalami trauma ringan, membuatnya menjadi lebih diam dari biasanya yang selalu ceria. Geron serta orang di sekitarnya tentu tidak senang dengan perubahan itu dan perlahan membantu Zaira mengatasi trauma nya.

Hari hari berjalan cukup suram hingga setengah tahun lamanya. Di hari ulang tahun Geron, pria itu mendapat kejutan hangat dari sang kekasih yang sudah bisa tersenyum hangat seperti sebelumnya. Geron yang senang langsung melamar Zaira saat itu juga, membuat tamu undangan terkejut tentu saja. Apalagi Zaira dang dengan mantap menerima lamaran Geron. Membuat hari ulang tahun Geron malam itu menjadi hari paling membahagiakan untuknya.

End.

Tak...

Suara buku ditutup mengambil alih atensi seorang pria yang sedari tadi berdiri di samping pria yang memegang buku. Helaan nafas terdengar dari si pelaku yang selanjutnya melemparkan buku itu ke sembarang arah. Gurat kekesalan terlihat jelas di wajahnya yang masih terlihat muda di usia kepala empat, dan hal itu membuat pria yang berdiri juga ikut menghela nafas. Terlalu biasa baginya melihat sang atasan kesal hanya karena sebuah buku layaknya remaja labil yang kesal karena soal matematika.

"Anda kesal karena bukunya, tuan?" Si pria inisiatif bertanya seperti biasanya.

"Ya! Tentu saja lah! Novel macam apa itu? Bagaimana bisa ceritanya sangat menjijikan?" si bos memaki buku yang baru saja dia baca dengan kekesalan yang sudah ada di ubun-ubun.

Sky's Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang