(8)

560 42 1
                                    

Relka pulang ke rumahnya dan disambut tatapan maut oleh ayahnya, entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Relka yang merasa risih dilihat seperti itu.

Chandra mengedikkan bahunya, "Tidak ada, apa kau benar-benar berteman dengan Farel?"

Relka berdecak, "Tsk, tentu saja, memangnya apa tujuan anak dari Keluarga Vermansyah datang ke sini?"

Chandra terus menatap Relka hingga memutusnya duluan. Chandra pergi ke ruang kantornya.

Sedangkan Relka menatap Chandra dengan tatapan tidak suka, "Ish, kenapa pula itu tua bangka sinis-sinis tidak jelas."

Relka memutuskan untuk menikmati hari libur dengan cara...... BERMAIN GAME!

Di waktu masa mudanya, Relka lebih banyak menghabiskan waktu belajar dan belajar agar bisa menjadi orang sukses di masa depan.

Tiada waktu yang tersisihkan untuk bermain-main, seluruh waktunya dioptimalkan untuk belajar saja.

Sekarang, Relka memiliki berbagai game yang sudah dia install, seperti pokemon, apex, valorant, mobile legends, free fire dan lainnya.

.
.
.

Tidak terasa waktu telah berlalu, Relka melewatkan makan malamnya karena ketiduran seusai bermain game hingga tenaganya habis.

Gehenna ingin membangunkan Relka untuk makan malam, tapi dicegat oleh Chandra yang berkata, "Biarkan dia tidur, dia pasti sudah sangat lelah."

Awalnya Gehenna bingung dengan pernyataan tuannya, tapi Gehenna menurut saja dan tidak memprotes.

Hingga keesokan harinya.
Relka terbangun dari tidurnya dan merasa perutnya sudah keroncongan.

Relka keluar kamar dan berjalan menuju ke dapur, diliriknya mengarah ke jam yang menunjukkan pukul 06.17 pagi.

Di sana, sudah ada Chandra, Louise, Lucairo dan satu anak pungut.

Relka duduk begitu saja tanpa mengucapkan salam kepada kakak-kakaknya dan ayahnya.

Biarkan saja, toh tidak ada yang peduli juga--

"Ihh, kenapa kakak bermain game sampai ketiduran seperti itu, kakak tidak belajar--"

Relka menatap tajam anak yang merebut gelar bungsunya, "Diam kau anak pungutan."

Alisha terperanjat dan matanya mulai berkaca-kaca.

Lucairo mulai geram, tapi ditahan oleh Louise untuk tetap diam dan tenang.

Relka mengangkat satu alisnya, "Tumben sekali kedua bodyguardnya tidak bereaksi," Batinnya, tapi dia tidak peduli.

Toh, moodnya sedang baik hari ini, tidak ingin diganggu karena rencananya sudah berhasil, tinggal menunggu waktu saja.

Relka memakan makanannya dengan nikmat, tidak lupa juga senyum liciknya tidak pernah luntur, "Waktu balas dendam dimulai~" Batinnya.

Setelah makan, Relka berniat untuk berangkat ke sekolah duluan, tapi segera Gehenna menghalangi jalannya.

"Ada apa lagi?" Tanya Relka menatap ayahnya dengan garis imajiner kesal.

Bukannya menjawab, Chandra berdiri dari kursi makannya dan berjalan mendekati Relka, kemudian memberikan beberapa lembar uang merah.

Terkejut? Relka pun demikian, "Lah kok iso?" Kini bukan batinnya, melainkan langsung diucapkan begitu saja.

Awalnya Chandra agak heran dengan logat Relka, tapi tetap saja memberikan uang itu kepada Relka, "Uangmu," Ucapnya.

Relka? Jangan ditanya, langsung memicingkan matanya, "Disambar apa kau-- tidak, rohaniawan mana berani menceramahi mu?"

Sky's Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang