(2)

1.1K 92 4
                                    

Ruangan dengan lampu penerangan redup terlihat sumpek bagi siapapun yang melihatnya. Ditambah jendela yang terhalang pohon rindang menghalangi pencahayaan alami dari matahari pagi. Buku dan baju berserakan dimana-mana dan setumpuk makanan berjamur terletak begitu saja di atas nakas. Si pemilik kamar masih tertidur pulas di atas kasur layaknya orang yang sudah tidak bernyawa.

Hari sudah sangat siang namun si pemilik kamar masih enggan membuka matanya. Tidak ada yang membangunkan juga, mungkin dia hanya tinggal seorang diri. Tak berselang lama kelopak mata itu terbuka, menampilkan netra aurora yang terlihat indah dan mungkin langka?

Remaja pendek yang mungkin berusia 15 tahun itu mengernyit seolah merasa ada keanehan di sekitarnya. Dia kemudian duduk dan langsung disuguhi pemandangan yang menjijikan.

"Iyuh, ini dimana sih? Jorok banget perasaan."

Dia menyibak selimut yang membungkus tubuhnya. Matanya melotot melihat kaki mungil terpampang di sana. Saat itu juga dia menyadari jika suaranya berbeda dengan suaranya dulu. Dengan tergesa dia turun dari atas kasur, berlari ke arah pintu yang dia yakini merupakan kamar mandi. Dia berhenti di depan wastafel, tepatnya menatap pantulan dirinya dari cermin yang ada di atas wastafel.

"W-wait, i-ini kenapa? A- bukannya aku sudah mati karena kecelakaan? K-kenapa aku berubah menjadi anak kecil?"

Dia menjabat rambutnya sendiri. Merasa apa yang dilihatnya hanya halusinasi ataupun delusi. Tapi rasa sakit yang malah diterimanya karena tindakan itu. "Shh g-gak mungkin kan? Gak, ini gak nyata sama sekali! Tapi kok sakit ya..." ucapnya memilih di akhir kalimat.

Tatapan itu menjadi murung, bahkan bibirnya melengkung kebawah dengan semburat merah di pipi serta hidungnya. Terlihat cukup menggemaskan apalagi jika pipi itu tidak tirus. Sayangnya tatapan kurangnya hanya sesaat karena setelahnya dia menatap tajam pantulan dirinya di cermin setelah mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"AARRRGGHHH SIALAN! VERREL BANGSAT! BERANINYA DIA KHIANATI SAYA! "

"Huft, sialan! Padahal dia satu satunya orang yang ku percaya, dia juga yang sering menasehatimu untuk waspada. Tapi nyatanya dia juga yang berkhianat padaku."

Yap, dia adalah Sky Nugroho. Si bos properti yang mati setelah dikhianati asisten sekaligus sahabat dekatnya. Lupakan itu, sekarang Sky tengah kebingungan dengan tubuh siapa yang dia tempati saat ini. Tidak ada yang menemuinya saat bangun tidur serta kamar yang berantakan membuatnya berpikir jika tubuh ini hidup seorang diri.

"Argh lupain dulu lah, baiknya aku membereskan kamar ini dulu. Pikirkan itu nanti, Sky."

Saat asik membersihkan, Sky menemukan foto satu keluarga bahagia. Sepasang suami istri yang terlihat romantis, lalu dua balita kembar berusia dua tahun di gendongan si suami dan sang istri yang sepertinya tengah hamil besar. Sebenarnya itu hanya foto biasa, tapi entah kenapa saat melihatnya kepala Sky terasa pusing dan pening.

Ingatan asing melintas terus menerus ke dalam kepalanya membuat rasa pusing itu semakin menjadi. Bahkan air matanya juga tumpah begitu saja dan Sky terduduk lemas di lantai kamar.

Setelah beberapa menit rasa pusing itu menghilang, menyisakan Sky yang kini menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. "Sialan. Kaya doang tapi anak gak diurus. Kalau tidak bisa mengurus anak harusnya jangan buat atau sekalian melajang sampai tua sepertiku dulu!"

Sedikit banyaknya informasi yang dia dapat dari ingatan tubuh yang ditempatinya, Sky tahu nama tubuh ini Stevian Arelka Gardenia dengan panggilan Arel atau Relka. Putra bungsu dari pasangan Kalingga Chandra dan Camelia Gardenia, memiliki kakak kembar bernama Caine Lucairo Kalingga sebagai sulung dan Vines Louis Kalingga sebagai kakak kedua. Sang ibu, Camelia sudah tidak ada, wanita itu dikabarkan meninggal sehari setelah melahirkan Relka karena penyakitnya. Karena kejadian itu Relka dibenci oleh ayah serta kedua kakaknya karena menganggap jika kelahiran Relka merupakan pembawa sial. Situasi itu terus berlanjut sampai sekarang usia Relka 15 tahun, Relka kerap mendapat penindasan dari para pelayanan tanpa diketahui tuan rumah dan saat di sekolah pun dia menjadi korban bullying. Relka semakin terasingkan setelah Chandra mengadopsi seorang gadis cantik yang usianya satu tahun lebih tua dari Relka.

Jujur saja itu kisah yang sangat klise, terlebih untuk Sky yang sudah menyelami banyak genre novel. Tapi jika memikirkan dia yang tiba-tiba menjadi karakternya, rasanya itu sangat menakjubkan, terlebih dia yang pernah mati satu kali. Ini rasanya seperti diberi kesempatan kedua untuk membenahi hidup untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

"Relka ya. Anak yang malang. Kau tenang saja, paman ini akan menunjukkan pada mereka seperti apa rasanya menderita, hahaha"

.
.
.

Sky pov

Hari sudah malam dan sampai saat ini tidak ada seorangpun yang datang menemuiku. Apa segitu terlupakan nya sosok Relka sampai mereka tidak menyadari ketidakhadiran nya? Anak yang malang, tapi aku tidak ingin bersimpati karena menurutku ada yang lebih menderita di luaran sana. Perutku keroncongan tentu saja, aku bahkan belum makan dari pertama kali terbangun. Entah mungkin sebelum jiwaku menggantikan jiwa anak ini sepertinya tidak ada makanan yang masuk sama sekali. Ku lihat setumpuk makanan juga sudah berjamur saat aku membersihkan kamar.

Karena kesal aku memutuskan untuk turun menuju dapur meskipun ini belum waktunya makan malam. Salahkan saja para pelayanan yang tidak memberiku makan dari pagi!

Saat aku menuruni tangga, tanpa sengaja aku berpapasan dengan seseorang yang kelihatannya salah satu kakak kembar bocah ini? Tatapan remaja itu tajam dan mengintimidasi. Mungkin jika itu Relka, dia akan langsung menghindar dan kembali ke kamarnya. TAPI ITU TIDAK BERLAKU UNTUKKU HUWAHAHA... Sekali lagi ku tegaskan, aku ini Sky Nugroho pengusaha properti sukses yang berasal dari kalangan bawah. Intimidasi seperti itu sudah jadi makanan sehari-hari, jadi untuk apa aku takut? Lagipula aku ini lebih tua darinya, bahkan seharusnya dia seumuran dengan putraku jika saja aku sudah menikah.

Aku membalas tatapan itu dengan intimidasi juga tentunya. Lihatlah, dia sedikit tersentak dan beringsut layaknya puppy. Aku melewatinya begitu saja, terlalu malas jika harus berdebat. Lagipula perutku sudah kelewat lapar.

______________

Aku segera bergegas menuju ke dapur dan melihat jika tidak ada makanan selain nasi, SHIBAL!

Terus aku mandiri dan masak makanan sendiri begitu? Sungguh tidak elit bagiku, untungnya aku bisa masak!

Aku melihat seorang pelayan perempuan yang sedang mencuci piring, langsung lah aku mengambil piring yang berada di tangannya, tentunya piring yang aku ambil itu higenis.

Sontak pelayan itu terkejut dan menatapku dengan tajam, tsk. Ayolah!

Aku mengabaikannya dan mengambil bahan-bahan di kulkas, dalamnya banyak jenis makanan.

Ada pula makanan kaleng. Aku memikirkan untuk membuat nasi goreng bombay.

Aku mengambil beberapa cabai, bawang, daging, kecap dan telur.

Menyalakan kompor dan menuangkan minyak goreng, memasukkan telur mata sapi jika minyaknya sudah panas.

Memotong kecil-kecil cabai dan daging serta bawangnya.

Mengangkat telur ke atas piring dan menuangkan nasi ke wajan, kemudian menuangkan kecap.

Di oseng-oseng, lalu memasukkan daging dan cabainya.

Setelah itu, nasi goreng bombay telah siap! Sudah kuduga, skill memasakku tidak memudar bahkan setelah mati.

Patut dibanggakan. Aku memakan nasi gorengku dengan khidmat, tentunya aku mengabaikan tatapan pelayan itu yang senantiasa mengawasi ku.

Pasti dia heran karena aku bisa masak. Dibuat terheran-heran kenapa aku bisa tau cara memasak.

Hahaha! Untung aku belajar masak-- setidaknya sebelum aku mati.... Pokoknya, pengalamanku tidaklah luntur.

Aku lanjut makan dan membiarkan pelayan itu sibuk dengan urusannya sendiri, aku juga tidak peduli.

Tapi.... Kenapa aku merasa seperti ada yang mengawasiku? Aku melihat ke sekitar dan tidak ada yang terlihat mencurigakan.

Pelayan dapur? Hmm, dia juga tampak masih mencuci piring, berarti bukan dia pelakunya.

Aku cepat-cepat menghabiskan makananku, tidak ingin bertemu dengan hal-hal ghaib-- oh iya, aku kan tidak percaya takhayul.

Setelah memakan habis makananku, aku membawa piringku dan mencucinya sendiri, bahkan wajan dan sendok pun aku cuci.

Pokoknya aku harus tidak bergantung dengan keluarga yang mengabaikan diriku, jauh-jauh.

Setelah mencuci, aku bergegas kembali ke kamarku untuk tidur.

Kan enak kalau sudah makan ya pasti tidur, pasti nyenyak.

Sky's Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang