🌻 14 🌻

177 22 1
                                    

Langit cerah tanpa awan, dan sinar matahari yang hangat menyinari pasir putih di pantai. Ombak berdebur lembut di tepi pantai, menciptakan irama yang menenangkan. Gyuvin dan Ricky baru saja tiba di pantai untuk merayakan keluarnya Ricky dari rumah sakit. Rasa bahagia terlihat jelas di wajah mereka.

Ricky berlari ke arah air, seolah-olah merindukan kebebasan setelah berhari-hari di rumah sakit. Gyuvin, dengan tawa riangnya, mengikuti di belakang. Ricky mencipratkan air ke arah Gyuvin, membuatnya terkejut.

"Hei! Tidak adil!" teriak Gyuvin sambil tertawa, mencoba membalas dengan cipratan air yang lebih besar.

"Kalau tidak adil, kejar aku!" tantang Ricky, lalu berlari ke arah yang lebih dalam.

Gyuvin berlari mengejar Ricky, mencoba menangkapnya. Namun, Ricky dengan lincah menghindar dan berlari lebih jauh ke dalam air. Mereka terus berkejar-kejaran, tertawa dan berteriak riang, menikmati momen kebebasan ini.

Setelah lelah bermain air, mereka duduk di tepi pantai, menarik napas dalam-dalam. Gyuvin memandang Ricky yang tersenyum dengan penuh rasa syukur.

Mereka kemudian bermain pasir, membuat istana pasir besar dengan menara dan parit. Gyuvin, dengan penuh semangat, memberikan ide-ide kreatif, sementara Ricky membantu mewujudkannya. Mereka tertawa melihat hasil karya mereka yang lucu dan sedikit berantakan.

"Kalau kita jadi arsitek, mungkin istana pasir kita ini bakal jadi daya tarik wisata," gurau Gyuvin.

Ricky tersenyum lebar. "Mungkin kita bisa buka bisnis istana pasir. Apa pendapatmu?"

Gyuvin tertawa. "Ide yang bagus! Kita pasti akan kaya raya!"

Setelah puas bermain pasir, mereka membeli es serut dari pedagang yang lewat. Es serut dengan rasa stroberi dan mangga membuat hari mereka semakin cerah. Mereka duduk di bawah payung pantai, menikmati es serut sambil melihat ombak yang datang dan pergi.

"Rasanya enak, kan?" Gyuvin berkata sambil menyuapkan sendok es serut ke mulutnya sendiri. "Es serut di pantai memang punya rasa yang beda."

Ricky mengangguk sambil tersenyum. "Iya, mungkin karena suasananya. Terasa lebih segar."

Gyuvin tertawa kecil. "Coba punyaku yang ini," katanya sambil mengambil sendok penuh es serut dan mendekatkannya ke mulut Ricky. Namun, saat Ricky hendak membuka mulut, Gyuvin dengan cepat menarik sendok itu kembali dan memakannya sendiri.

Ricky mendelik, menatap Gyuvin dengan kesal. "Kamu ini menyebalkan," katanya dengan nada mengambek.

Melihat ekspresi Ricky yang marah, Gyuvin tidak bisa menahan tawanya. "Maaf, maaf. Aku Cuma bercanda," katanya sambil mencubit pipi Ricky dengan gemas. "Kamu terlihat imut saat ngambek begitu."

Ricky mendengus, berpura-pura marah, tapi matanya memancarkan kehangatan.

Gyuvin tersenyum lebar, kemudian menyuapkan es serut ke mulut Ricky dengan benar kali ini. "Nih, sekarang sungguhan. Maaf ya, aku tidak bermaksud membuatmu kesal."

Ricky menerima suapan itu dan tersenyum, merasa hangat oleh perhatian Gyuvin. "Kamu memang selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik," katanya pelan.

Senja mulai muncul, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu. Gyuvin dan Ricky berjalan berdampingan menyusuri pantai dengan kaki telanjang, merasakan deburan ombak yang lembut menerpa mereka. Angin laut yang sejuk menyapu wajah mereka, membawa aroma garam dan kebebasan. Gyuvin sesekali melirik Ricky yang tampak lebih bersemangat setelah keluar dari rumah sakit. Melihat Ricky yang begitu ceria, Gyuvin tak bisa menahan diri untuk mengingat Rui. Rasanya seperti melihat Rui kembali hidup melalui Ricky.

[✓] SUNFLOWER SMILE 🌻 | GYUICKY ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang