🌻 12 🌻

184 20 0
                                    

Hari pertandingan yang ditunggu-tunggu oleh Ricky akhirnya tiba. Ia duduk sendirian di ruang tunggu, mencoba mengendalikan sarafnya. Ini adalah hari yang sangat penting baginya, mungkin terakhir kalinya ia bisa berlari dalam sebuah kompetisi besar. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.

Namun, tiba-tiba dadanya kembali terasa sesak, dan pusing menyerangnya dengan cepat. Kakinya melemah, tidak bisa menopang tubuhnya, membuatnya terjatuh ke lantai. Ricky terkejut dan merasa frustrasi. Ia telah berlatih keras untuk hari ini, dan tubuhnya seakan mengkhianatinya pada saat-saat terakhir.

"Kenapa... kenapa harus sekarang?" Dengan napas tersengal-sengal, ia berusaha bangkit sendiri. Tangannya gemetar saat ia mencoba menarik dirinya ke atas, tetapi kekuatan di kakinya belum sepenuhnya kembali. Frustrasi dan marah, ia berusaha sekali lagi, namun tubuhnya tetap tidak mau bekerja sama.

Pintu ruang tunggu terbuka, dan Gyuvin masuk. Mata Gyuvin melebar saat melihat keadaan Ricky yang berkeringat deras, tergeletak di lantai berusaha bangkit. "Ricky!" seru Gyuvin, segera berlari mendekat.

Gyuvin dengan sigap membungkuk, meraih lengan Ricky, dan membantunya berdiri. "Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada cemas.

Ricky merasa malu dan frustrasi, tetapi ia mencoba menenangkan diri. Dengan sekuat tenaga, ia akhirnya bisa menyeimbangkan tubuhnya. "Aku... aku tidak apa-apa," kata Ricky, berusaha terdengar meyakinkan. "Hanya gugup. Itu saja."

Gyuvin menatapnya dengan penuh kekhawatiran, namun tidak ingin mendesak lebih jauh. "Baiklah, kalau kamu bilang begitu. Tapi kalau ada apa-apa, beri tahu aku, oke?"

Ricky mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya ia tahu ini lebih dari sekadar gugup. Ia merasakan ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya, sesuatu yang mungkin tidak bisa ia atasi dengan mudah. Namun, hari ini adalah hari penting, dan ia tidak bisa membiarkan dirinya kalah sebelum bertanding.

Gyuvin tetap berada di dekatnya, memastikan Ricky bisa tetap berdiri dengan tegak. "Kamu harus tenang, Ricky. Fokus pada apa yang sudah kamu latih selama ini. Kamu bisa melakukannya."

Kata-kata Gyuvin memberi sedikit ketenangan pada Ricky. Ia menghela napas panjang, berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal. "Terima kasih, Gyuvin. Aku akan berusaha."

Mereka berdiri dalam diam sejenak, sebelum akhirnya Ricky merasa cukup stabil untuk melangkah ke luar ruang tunggu. Gyuvin tetap di sampingnya, memberikan dukungan moral yang sangat ia butuhkan.

Saat mereka menuju ke arena, Ricky merasa sedikit lebih tenang. Kehadiran Gyuvin di sampingnya memberi kekuatan yang tidak ia sangka. Ia tahu bahwa Gyuvin mempercayainya, dan itu cukup untuk memberinya dorongan semangat.

Gyuvin memberikan dukungan terakhirnya dengan menepuk bahu Ricky, lalu menuju ke tribun penonton, sementara Ricky melangkah ke arena perlombaan. Di sana, ia merasakan ketegangan yang semakin memuncak, tetapi tekad dan harapannya mengalahkan semua rasa takut yang menghantuinya.

Saat peluit tanda dimulainya perlombaan ditiup, Ricky melesat dari garis start dengan kecepatan penuh. Di tribun, Gyuvin terus berteriak memberikan semangat, suaranya menggema di antara sorak-sorai penonton lain. "Ayo, Ricky! Kamu pasti bisa!" serunya berulang-ulang.

Mendengar suara Gyuvin, Ricky merasakan dorongan kekuatan yang luar biasa. Setiap langkahnya terasa lebih ringan, setiap tarikan napasnya lebih mantap. Ia fokus pada lintasan di depannya, bertekad untuk memberikan yang terbaik.

Kakinya bergerak dengan sangat cepat, melintasi setiap meter lintasan dengan kecepatan yang luar biasa. Ia menyalip pesaing satu per satu, pikirannya hanya terfokus pada garis finish yang semakin mendekat. Gyuvin tidak berhenti bersorak, meneriakkan kata-kata penyemangat yang terus memberi kekuatan pada Ricky.

[✓] SUNFLOWER SMILE 🌻 | GYUICKY ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang